Soros, Tamatnya Amerika Serikat?
Mengapa Soros tiba-tiba nongol di Istana Tampak Siring Bali bertemu dengan SBY? Apakah Indonesia menjadi pilihan Soros di masa depan? Khususnya melakukan relokasi bisnisnya yang sekarang ini berada di AS dan Uni Eropa serta berbagai negara lainnya? Soros sendiri sudah dapat melihat masa depan AS dan Uni Eropa, yang sekarat ekonominya, serta seperti tak pernah bakal pulih.
Sampai sekarang ekonomi AS belum pulih. Bahkan ekonomi AS lebih buruk dibandingkan dengan Yunani, negara yang belum lama ini terhempas oleh krisis, dan memaksa negara Uni Eropa menggelontorkan dana milyaran euro, guna menyelamatkan Yuni. Karena, jatuhnya ekonomi Yunani mempunyai efek domino bagi setiap negara Uni Eropa. Betapapun Kepala Kebijakan Ekonomi Uni Eropa telah bekerja keras menyelamatkan Yunani dari krisis, tetapi tak dapat mengangkat negeri itu, dan justru sekarang Uni Eropa terseret ke dalam krisis Yunani itu.
Berbagai prediksi menjelaskan bahwa AS sebagai adi kuasa (super power) sudah tamat. AS hanya akan menjadi bagian masa lalu sejarah kebesaran. AS sudah tidak lagi segalanya. Kelemahan yang sifatnya inheren dari sistem kapitalisme yang tak pernah akan lagi dapat membuat negeri itu bangkit. Selama masih menggunakan sistem kapitalis. AS benar-benar sekarat. Tak akan mampu mengangkat dirinya lagi, karena penyakit yang dideritanya sudah sangat akut, akibat dari sistem ideloginya yang sudah tidak lagi mampu menghadapi kehidupan.
Bayangkan. Anggaran belanjanya (APBN) mengalami defisit mencapai $ 1.47 triliun, atau setara dengan 60 persen dari PDBnya. Utang federal terus meningkat dua kali lipat, yang mencapai 66 persen pertahun, dan diprediksi pada tahun 2050 nanti, utang AS mencapai 344 persen dari PDB. Inilah skenario yang paling buruk dalam sejarah AS, sejak negeri itu merdeka. AS terus terseret oleh ambisinya yang ingin terus melakukan campur tangan terhadap masalah-masalah global, seperti di Iraq, Afghanistan, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Latin, yang semuanya menghabiskan anggaran belanja. Semuanya tidak dengan tujuan yang jelas.
Berapa banyak AS harus membiayai militernya di luar negeri, yang sekarang ini terlibat dalam perang, seperti di Iraq, Afghanistan, Timur Tengah, dan negara Asia, seperti di Jepang dan Korea Selatan. Ini semua membuat secara perlahan-lahan ekonomi AS menjadi ambruk, dan tidak pernah tertolong lagi, disamping itu, belakangan ini sistem perbankan di AS dan pasar modal di Wall Street, sudah menjadi tempat kejahatan, bukan lagi tempat sebuah bisnis yang wajar.
Watak dasar sistem kapitalisme yang hegemonik dan penuh ambisi dengan menggunakan militer, yang sampai sekarang terus dijalankannya. Sistem kapitalisme identik dengan perang dan penjajahan, karena dengan perang itu, ekonominya menjadi tumbuh. Perang yang berkepanjangan selalu mempunyai resiko dengan anggaran, yang berpengaruh dengan sistem keuangan mereka. Inilah yang terjadi sekarang ini, dan dialami negara Barat.
Ekspansi militer ke Iraq dan AFghanistan serta Timur Tengah hanyalah sebuah cara untuk mempertahankan industri dan perdagangan mereka, yang bertumpu kepada sumber-sumber minyak dan mineral lainnya, yang itu bertebaran diberbagai yang harus dikuasainya dengan cara militer atau ekonomi.
Kondisi yang memburuk di negara-negara Barat ini, yang menyebabkan George Soros, yang merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di dunia bisnis finansiil, mulai melakukan relokasi usahanya di negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Tentu, bukan hanya bisnis semata, tetapi Soros yang Yahudi itu, ingin membangun ‘networking’ dengan berbagai partners strategisnya di Asia, sekaligus menanamkan pengaruhnya dan jaringan dari kalangan pengusaha Yahudi, yang tujuan akhirnya menguasai negara-negara Asia, sesudah Eropa dan AS bangkrut.
Indonesia ekonominya sangat buruk, dan lima tahun ke depan, utang Indonesia yang jatuh tempo mencapai 150 triliun. Meliputi utang pokok yang harus dibayar 80 triliun dan bunga utang 70 triliun. Semuanya menjadi beban bagi Indonesia. Menurut Dirjen Pengelolaan Utang, jumlah utang Indonesia mencapai 1600 triliun. Sementara itu, uang panas yang beredar di BEJ (Bursa Efek Jakarta) mencapai $ 16.5 miliar dolar, yang sewaktu-waktu dapat pergi, dan pasti akan berdampak sangat negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Disini faktor George Soros yang sangat piawi dalam bisnis finasiil dapat memerankan kepentingan untuk mencaplok Indonesia. Soros bukan hanya menanamkan modalnya melalui saham-saham yang ditanamkannya, tetapi sekaligus ingin membangun kepentingan politik dan ideologinya, yang berimplikasi kepada ketergantungan Indonesia di tengah-tengah krisis ekonomi yang dihadapinya. Indonesia akan berada di bawah kepentingan Soros? Wallahu ‘alam.
0 komentar to “Soros, Tamatnya Amerika Serikat?”
=