Apa yang menyebabkan tindakan bunuh diri semakin marak terjadi di kawasan Asia, khususnya Jepang dan Korea?
 
 Simak obrolan kami bersama dr. Rahmat Yanuardi, CHt. CCH. HBCE. QAHP, dari Al Ashr Mind Institute.
 Apa yang melandasi seseorang untuk mengakhiri hidup lewat cara bunuh diri?
 Dorongan   untuk bunuh diri memiliki latar belakang yang berbeda di setiap  tempat.  Di beberapa negara, dorongan bunuh diri umumnya disebabkan oleh  depresi  berat yang tidak terkontrol. Namun di Jepang dan Korea kasus  bunuh diri  sering kali berkaitan dengan harga diri dan kehormatan, dan  hal ini  sepertinya sudah membudaya sejak dulu di kedua negara tersebut.  Meski  begitu, tidak menutup kemungkinan depresi berat juga memiliki  peran  kasus bunuh diri di negara tersebut akibat dari kompetisi  kehidupan  sosial.
 Mengapa   mereka menjadikan bunuh diri sebagai jalan keluar? Apakah terlalu   banyak menonton tayangan yang mengandung adegan bunuh diri, atau   memiliki teman/keluarga yang meninggal bunuh diri, atau pemikiran bahwa   "mati itu enak"?
 Di   Jepang dan Korea, berlaku sebuah budaya bunuh diri untuk menyelamatkan   harga diri. Meskipun anggapan tersebut sudah tidak seperti dulu, namun   budaya itu masih ada. Untuk kedua negara itu sepertinya bunuh diri  masih  merupakan pilihan bila seseorang merasa hancur harga dirinya atau  sudah  tidak sanggup lagi menanggung beban kehidupan sosial. Jadi bukan   masalah "enak" atau "tidak enak" dalam melakukan hal tersebut.
 Ada   seorang artis Korea yang bunuh diri karena mengaku pernah dipaksa   berprofesi ganda sebagai wanita penghibur untuk kalangan pejabat dan   produser TV dengan iming-iming popularitas. Apa yang menyebabkan   seseorang rela melakukan apa saja demi meraih popularitas?
 Manusia   biasanya dikendalikan oleh faktor "fear and greedy". Maksudnya, ketika   seseorang dalam kondisi ketakutan atau terancam (fear), cenderung  untuk  melakukan apapun untuk bisa lepas dari rasa takut atau ancaman  itu.  Sedangkan bila orang yang memiliki kepentingan yang besar atau  keinginan  yang amat sangat (greedy), orang itu juga akan melakukan  apapun untuk  mencapai tujuannya. Sayangnya, kedua tindakan tadi sering  meninggalkan  akal sehat sebagai landasan berfikir, sehingga resiko  untuk munculnya  suatu penyesalan sangat mungkin terjadi.
 Korea   dan Jepang menjadi negara dengan kasus bunuh diri (khususnya di   kalangan selebritis) terbesar di dunia. Mengapa bisa seperti itu?
 Dilihat   dari segi budaya, kedua negara itu memiliki kemiripan. Seperti yang   sudah disebutkan, bunuh diri masih menjadi sebuah cara untuk melepaskan   tekanan atau menyelamatkan harga diri.
 Apa tanda-tanda orang yang pernah atau akan berniat untuk bunuh diri?
 Biasanya   orang selalu melakukan percobaan bunuh diri sebelum melakukan bunuh   diri yang sesungguhnya. Pada kasus bunuh diri dengan cara menyayat   pergelangan tangan, pasti ada minimal dua sayatan, dan sayatan yang   lebih dangkal adalah sayatan percobaan. Sedangkan pada kasus bunuh diri   minum racun seranggga kerap masih bisa diselamatkan, karena minumnya   tidak dalam jumlah yang banyak. Untuk kasus bunuh diri dengan melompat   dari tempat tinggi, biasanya pelaku suka berdiri di tepi bangunan yang   tinggi. Orang-orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebaiknya   diawasi dengan teliti, karena selalu mencari kesempatan saat   orang-orang di sekitarnya lengah.
 Bagaimana cara untuk mengalihkan keinginan bunuh diri dan pemikiran "mati itu enak"?
 Cara   mengalihkan keinginan bunuh diri ialah konseling dan therapi. Intinya   membantu orang itu untuk melepaskan depresinya, mengembalikan harga   dirinya atau memberi sudut pandang baru tentang kehidupan sosialnya.   Penggunaan obat anti depresan juga dapat membantu, namun dapat juga   berbalik menjadi alat untuk bunuh diri (over dosis obat). Konseling,   hypnotherapi, ego state therapi, EFT (Emotional Freedom Technique), dan   penggunaan NLP (Neuro Lingusitic Programming) dapat membantu orang   dengan potensi bunuh diri.
 http://menujuhijau.blogspot.com/