Saya mempunyai seorang sahabat dekat, wakil  sebuah grup perusahaan China yang ditempatkan di Korea Utara. Dia pernah  bercerita tentang pengalamannya saat berada di Korut.  Di sana, TV dan radio hanya 1 gelombang saja,  hanya dapat menerima propaganda dari pemerintah. Di bawah tirani  totaliter komunis Keluarga Kim, rakyat Korut sama sekali tidak mempunyai  kebebasan berpikir, berbicara, dan tidak ada kebebasan pers, dan  berorganisasi. 
 Pada 1995, ketika bekerja di Hongkong, saya pernah  berlangganan mingguan Times edisi Inggris selama 3 tahun, pada  1996 terdapat laporan tentang bencana kelaparan yang terjadi di Korut  yang telah mengakibatkan 2 juta orang meninggal dunia. Saya juga pernah  membaca ucapan Mikhail Gorbachev ketika menerima Nobel Perdamaian, yang  mengatakan bahwa mengakhiri tirani politik komunis adalah misi  sejarahnya. Sejarah bangkit dan merosotnya gerakan komunisme  internasional telah membuktikan   dengan sangat jelas bahwa kekuasaan  komunis memang terbukti menggunakan kekerasan, teror dan kebohongan  untuk menjajah rakyatnya.
 Sejak 1989-1991 bekas negara-negara komunis di  Eropa Timur dan Uni Soviet melakukan revolusi, satu demi satu 40 lebih  kekuasaan komunis di seluruh dunia telah runtuh. Akibat penindasan kejam  Deng Xiaoping dengan slogan “membunuh 200 ribu untuk bertahan 20  tahun”, tirani PKC dapat menyambung nyawa yang hampir putus itu hingga  sekarang. 
 Dewasa ini di seluruh dunia hanya tinggal 5  kekuasaan komunis yang tersisa, yaitu China, Korut, Kuba, Vietnam dan  Laos. Para peneliti pada umumnya  beranggapan rezim komunis China dan  komunis Vietnam sesungguhnya telah melenceng jauh dari  ajaran asli  Marxisme-Leninisme, namun Korut dan Kuba masih tetap mempertahankan  Marx-Leninisme sebagai ideologi negara. 
 Ini mungkin juga mengapa Hu Jintao pada rapat  polibiro sentral PKC Oktober 2004 lalu mengatakan, ”Politik Korut dan  Kuba adalah benar, kesulitan ekonomi mereka adalah bersifat sementara,  dalam politik kita harus belajar kepada mereka.” Bersamaan itu Hu bahkan  terang-terangan mengecam Gorbachev adalah pengkhianat komunisme.
 Lalu apa sebenarnya politik Korut dan Kuba itu?  Karena Korut hingga saat ini masih di bawah jajahan otoriter komunis Kim  Jong-il yang amat ketat, “Hampir seluruh informasi adalah rahasia  negara”. Berdasarkan laporan organisasi HAM internasional dan laporan  resmi pemerintah Korut serta kesaksian para aktivis politik yang berhati  nurani, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kondisi dan keadaan  hukum, ekonomi, politik dan masyarakat Korut yang sebenarnya adalah jauh  lebih parah lagi.
 A. Pembersihan besar-besaran dalam partai di  bawah perebutan kekuasaan
 Di antara 21 pejabat tinggi pemerintah pertama  Korut  terdapat 17 orang berturut-turut dibunuh secara rahasia, dihukum  mati  dan diberantas.  3 Agustus 1953, Partai Buruh Korea sudah mulai  melakukan pembersihan terhadap pejabat tinggi partai, 14 di antaranya  dikenai tuduhan, ditangkap, disiksa dan terakhir melalui pengadilan  sandiwara dijatuhi hukuman tembak mati, di antaranya terdapat sekjen  komite sentral partai, menteri dalam negeri, asisten menteri penerangan  dan kebudayaan.
 15 Desember 1955, Menlu Pak Hon Yong divonis  hukuman mati dan selang tiga hari kemudian ditembak mati. Mu Chong  seorang jenderal yang pernah bertugas di pasukan Tentara PKC rute ke-8,  panglima pasukan artileri Korea dan pejabat penting dari pasukan  gabungan China-Korea, pada 1956 juga dibunuh. Seluruh pejabat yang  mempunyai hubungan akrab dengan  Uni Soviet atau China serta pejabat  yang mendukung reformasi Gorbachev semuanya diberantas. 
 Ho Kai dituduh mata-mata Soviet, Kim Du Bong  dituduh mata-mata China kedua-duanya dihukum mati. Sejak itu,  berturut-turut pada 1960, 1967, 1969 dilakukan pemberantasan. Pada 1972  wakil perdana menteri, anggota politbiro Pak Kum Chul dijebloskan ke  dalam penjara, pada 1977 anggota politbiro Li Yong Mu dipenjara. Pada  1978, 1980, 1997, sekretaris komite sentral partai So Hwan Hi dan 17  pejabat tinggi lainnya divonis hukuman mati.
 Apa yang disebut “10 kali Pertarungan Garis  Partai” oleh PKC,  tingkat penganiayaan mereka terhadap skala teror  tidak lebih rendah dari pada Korut. PKC menggunakan semua cara  memberantas pejabat tinggi dalam partai sejak dulu hingga sekarang belum  pernah berhenti, hanya saja belakangan ini cara yang digunakan tidak  sebengis dahulu.
 B. Kegelapan hukum dan teror
 Dalam hukum pidana Korut terdapat 47 butir yang  menyebutkan tentang vonis hukuman mati, jumlah ini menempati urutan  kedua setelah China. Hukum pidana PKC yang berhubungan dengan hukuman  mati ada 77 - 81 butir. 
 Menurut perkiraan ahli hukum Kang Koo Chin, selama  kurun waktu 1958 - 1960 sedikitnya ada 9 ribu anggota partai yang  dipecat  kemudian divonis hukuman mati. Atas dasar pengutaraan tersebut,  Korut yang hingga kini telah melakukan 9 kali pemberantasan, maka  sedikitnya terdapat 90 ribu anggota partai dihukum mati.
 Seseorang lahir di kelas apa bagi penerima hukuman  adalah sangat penting. Semua hakim dan hampir seluruh pengacara  harus  melaksanakan tugasnya sesuai perintah Partai Buruh dan secara  ketat   melaksanakan tugas sesuai petunjuk Marx-Leninisme.
 Di Korut jika seseorang berbuat salah maka akan  menyangkut 3 generasi ke-turunan. Sejak 1953 saat pertama kali diadakan  pemberantasan, sudah langsung diterapkan sistem brutal tersebut. Pada  usianya yang baru menginjak 9 tahun, Kim Chul Hwan dijebloskan ke dalam  penjara bersama ayah, kakak dan kakek neneknya.
 Mulanya seluruh hukuman mati dilaksanakan secara  terbuka, namun sejak 1984 semua pelaksanaan eksekusi dirahasiakan.  Terpidana perempuan jarang  dihukum mati dengan tenang, umumnya mereka  selalu mengalami berbagai macam siksaan brutal serta penghinaan  sebelumnya akhirnya dihukum mati. 
 Saat memberi kesaksian, An Myung Chul ketika  mengatakan, saya menyaksikan buah dada terpidana perempuan dipotong dan  vagina ditusuk dengan gagang sapu. Peraturan memperbolehkan sipir  penjara menangkap kembali terpidana yang melarikan diri dan akan  mendapatkan hadiah sekolah di perguruan tinggi serta menjadi anggota  partai, sehingga ada sipir yang memaksa terpidana melompat dinding  penjara kemudian ditembak mati untuk mendapatkan hadiah.
 Penangkapan selalu dilakukan secara rahasia, tanpa  melalui prosedur hukum. Sanak famili dan tetangga sama sekali tidak  mengetahuinya. Saat menyadari seseorang menghilang, semua orang akan  tutup mulut demi melindungi diri agar tidak terjerat masalah runyam.
 Korut juga telah membangun penjara super besar di  Siberia yang mampu menampung lebih dari 220 ribu terpidana. Sejak 1968,  setiap hari rata-rata 5 orang meninggal, setahun sedikitnya 36.500  orang  meninggal. Selama 46 tahun (hingga 1995) jumlah orang yang  meninggal mencapai 1,5 juta lebih.
 Kebenaran politik
 Di Korut 14% dari jumlah seluruh penduduk adalah  Anggota Partai Buruh, prosentase ini menempati urutan tertinggi dari  seluruh negara komunis di dunia. Jumlah anggota PKC  4% dari jumlah  seluruh penduduk, Afganistan hanya 0.5%, Etiopia bahkan hanya 0.1% saja.
 3 Januari 1996, radio Korut menyiarkan, “Di bawah   pemimpin agung Kamerad  Kim Jong-il, seluruh masyarakat harus bersatu  menjadi sebuah entitas politik yang kuat, berbagi ideologi yang sama,  dan bertindak bersama”. Kini slogan-slogan berbunyi: ”Berpikir, berkata  dan bergerak sama dengan Kim Il Sung dan Kim Jong-il”, “10 prinsip  partai adalah pendorong kesatuan partai”, “Kita harus memperkuat  kewibawaan mutlak pemimpin kita”.
 Setiap penduduk Korut harus mengikuti pelajaran  teori seminggu sekali dan rapat kritik dan oto kritik. Setiap orang  sedikitnya harus melakukan oto kritik sebuah kesalahan politik,  mengkritik tetangga dan teman kerja, sedikitnya 2 kesalahan politik.
 Seluruh TV dan radio hanya bisa menerima siaran  pemerintah. Semua pariwisata harus mendapat izin dari instansi  bersangkutan serta pimpinan unit kerja. Seluruh rumah di Ibu kota  Pyongyang dikendalikan ketat oleh pemerintah.
 Penindasan dan teror pemerintah Korut secara  menyeluruh memengaruhi fisik, jiwa dan mental rakyatnya. Selain  mempropagandakan  Marxis-Leninisme, pemerintah juga menggunakan  seperangkat  alasan yang menyatakan bahwa kerajaan keluarga Kim adalah  mewakili kehendak langit dan bumi, dengan demikian ingin membuktikan  bahwa  kerajaan keluarga Kim mempunyai hak yang sah dalam meneruskan  kekuasaannya.
 Sejak 1950-an, masyarakat dibagi menjadi 51  kategori dengan memandang status kelas, letak geografis dan tingkat  kesetiaan pada rezim. Dasar tersebut menentukan status sosial, politik,  keperluan materi serta masa depannya. Namun sejak 1980 hanya tersisa  tiga kategori. 
 Penyandang cacat dilarang tinggal di ibu kota  Pyongyang, masyarakat yang berada dalam keluarga baik-baik tidak boleh  menikah dengan keluarga yang tidak baik. Masyarakat bertubuh kerdil  ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamp, selain diisolasi, juga dilarang  memiliki keturunan. Kim Jong-il mengatakan, “Asal-usul menusia kerdil  harus dibasmi total.”
 Akibat buruk sistem totaliter
 Sejak 1994 Korut terjerumus ke dalam bencana  kelaparan. Sejak 1996, palawija hanya menghasilkan 3,7 juta ton per  tahun, berkurang 3 juta ton dibandingkan 10 tahun sebelumnya. World  Vision memperkirakan sebanyak 2 juta orang mengalami kelaparan.  Palang merah Jerman memprediksi setiap bulan ada 10 ribu anak mati  kelaparan, namun persediaan makanan tentara Korut sangat berlimpah. 
 Sejak abad 20-an, tidak pernah terjadi kelaparan  di negara-negara bebas dan demokrasi di seluruh dunia. Namun di Uni  Soviet dan negara-negara Eropa Timur bekas negara komunis, juga China,  Vietnam, Korut, Kamboja, Romania, Etiopia dan Peru pernah mengalami  bencana kelaparan skala besar, mengakibatkan jutaan bahkan puluhan juta  orang meninggal akibat kelaparan.
 Totaliter komunis keluarga Kim sudah berkuasa di  Korut hampir 50 tahun. Sembilan kali pemberantasan besar-besaran dalam  partai mengakibatkan 100 ribu anggota partai meninggal, 1,5 juta orang  mati dalam kamp, 1,3 juta orang meninggal dalam perang saudara, jumlah  yang meninggal karena kelaparan berkisar 500 ribu hingga 2 juta orang. 
 Selain itu, sebanyak 400 ribu tentara sukarelawan  China meninggal di Korut dan yang cacat mencapai 450 ribu orang. 50  tahun sudah komunis menguasai Korut, telah mengakibatkan 3 juta  kematian. (Guo Guoding/The Epoch Times/tys)