Kerokan
Jumat
Kerokan
Konon, warna merah yang   timbul pada kulit setelah kerokan adalah pertanda badan telah  kemasukan   angin secara berlebihan. Makin pekat warnanya, pertanda banyak pula   angin yang berdiam di tubub. Benarkah?
Tentu tidak. Warna merah pertanda pembuluh darah halus (kapiler) di bawah permukaan kulit pecah sehingga terlihat sebagai jejak merah di tempat yang dikerok. Badan orang sehat pun akan memerah jika dikerok.

Karena itu, banyak kalangan  tak meyakini kemujaraban  pengobatan kerok. “Di negaranegara barat,  kerokan sama sekali tak  dikenal,” ajar Saptawati Bardosono, dokter dari  Fakultas Kedokteran,  Universitas Indonesia.
Namun, secara medis, kerokan adalah salah satu metode memperlebar pembuluh darah tepi yang menutup (vasokontiksi) menjadi menjadi semakin melebar (vasaditilasi). “Ini tak berbahaya asal tak jadi kebutuhan primer,” ujar Mulyadi, dokter dari Klinik Medizone. Jika terus-terusan kerokan, akibatnya banyak pembuluh darah kecil dan halus yang akan pecah.
Namun, dalam taraf normal, kerokan akan membuat penderita masuk angin merasa nyaman karena telah melepas hormon beta endofin. “Secara ilmiah, praktek sederhana ini terbukti mampu mengobati gejala masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga),” tandas Mulyadi.
Bukan hanya itu, prinsip kerokan tak beda jauh dengan  akupuntur  yang menancapkan jarum dalam tubuh. Maksud Mulyadi, prinsip  kerokan  adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang  dikerok.  Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh  bagian  luar.Dengan cara ini, saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh. Nah, pada gilirannya, arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga meningkat.



0 komentar to “Kerokan”