"Jangan Aborsi Aku Ma..."

Sabtu

Melihat laporan jurnal kesehatan beberapa waktu lalu menyebutkan angka aborsi yang sangat tinggi dan memprihatinkan kita semua, dikutip ruanghati.com dari kantor berita Antara, angka aborsi tahun lalu pertahunnya mencapai hingga 2,5 kasus. Bayangkan 2,5 juta bakal manusia di hilangkan nyawanya, kesempatannya untuk menghirup udara segar menjadi manusia seutuhnya. Mengenaskan karena justru orang tua merkalah yang tidak menginginkan kehadiran buah hati mungil tersebut.

Mereka berhak untuk hidup, kenapa  kau hilangkan haknya

Mereka berhak untuk hidup, kenapa kau hilangkan haknya

Lihat jutaan pasangan yang lama tidak dikaruniakan keturunan sangat merindukan buah hati hadir disisi mereka, disisi lain justru mereka yang oleh Tuhan dikaruniakan keturunan tega mematikan dan membunuh darah dagingnya sendiri. Semoga kita terhindar dari kekejian ini.
Wahai para ibu coba kau renungkan suara merdu nan polos dari dalam perutmu, mereka bersuara menyampaikan pesan ini untukmu, dengarkanlah ungkapan buah hatimu ini, darah dagingmu ini bunda tersayang, senandung mereka disuarakan waktu ke waktu,mari bunda kita renungkan.


di bulan pertama
Wahai Bunda, Aku memang hanya 3/4 inci saja panjangnya,tp aku sdh punya seluruh organ tubuh. Aku suka suaramu. Setiap kali aku mendengarnya,aku pasti menggerakkan tangan dan kakiku. Suara detak jantungmu adalah lagu kesukaanku.

di bulan kedua
Duhai Ibuku tersayang, Hari ini aku belajar mengisap jariku, bila kamu bisa melihatku, Ibu pasti tau kalau aku adalah bayimu. Aku memang blm cukup besar utk hidup diluar. Betapa nyaman dan hangat didalam sini, ibu.


di bulan ketiga
Tahukah bunda tentang nanda, aku anak laki2. Aku harap ibu bahagia karenanya.Aku selalu berharap ibu selalu bahagia. Karena bila kamu sedih, akupun ikut sedih, dan akupun ikut menangis walaupun ibu tdk bisa mendengarnya.

di bulan keempat
Bundaku tersayang, rambutku mulai tumbuh, memang masih pendek dan halus tp akan tumbuh banyak sekali. Aku telah berlatih lama sekali, sehingga aku bisa menengok, melipat dan meregangkan kaki dan tangan2ku. Aku menjadi ahli dalam hal2 itu.

di bulan kelima
Bundaku tercinta,kamu pergi ke dokter hari ini. Tp ma, dia bohong kepadamu.Dia bilang kalau aku tidak ada. TAPI AKU ADA!!!!! MA.. DENGARLAH AKU, AKU BAYIMU!!
Mommy, apa itu ABORSI???

di bulan keenam
Aku bisa mendengar dokter itu lagi. Aku tidak suka dia.Dia sangat tidak berperasaan. Sesuatu datang mengancam rumahku. Dokter2 itu bilang itu jarum. Mommy apa itu???
TOLONG, AKU TERBAKAR!!
TOLONG HENTIKAN DIA!!
AKU TIDAK BiSA MELAWANNYA!!
MOMMY!! TOLOOOOONG!!!!!

di bulan ketujuh
Wahai bunda terkasih, aku baik2 saja. Aku sudah bersama TUHAN, DIA MEMEGANG TANGANKU.
Dan dia telah memberitahuku apa itu aborsi.. Mengapa kamu tidak menginginkanku, Mommy??



Tahukah kau Ibundaku apa yang terjadi.
Satu jantung LAGI yg berhenti berdetak.
Dua mata yg tidak dapat lagi melihat dunia.
Dua tangan lagi yg TIDAK AKAN pernah memegang.
Dua kaki LAGI yg tidak akan pernah bisa berlari dan berjalan.
Satu mulut LAGI yg tidak akan pernah bisa berbicara.
Pikirkanlah sebelum kau bertindak.
dari anandamu yang mengasihimu...


http://ruanghati.com

FULL STORY >>

Buatlah Pria Mau Melamar Anda

TERNYATA bukan perkara mudah membuat pria benar benar jatuh hati dan melamar wanita. Meskipun sudah lama bersama, mengenalkan pria kepada keluarganya apalagi mengajaknya bicara masa depan,, menjadi hal yang sulit
pada beberapa pria.



Serngkali seorang pria bisa saja berkencan dengan wanita selama bertahun-tahun tanpa pernah terpikir untuk menikahi sang kekasih.

"Pria memang sangat berhati-hati sebelum melamae. Ia akan melakukannya hanya jika sudah yakin ada keuntungan yang diraihnya. Ketakutan datang dari keengganan mereka menukar kebebasan hidup lajang dengan hidup terikat," jelas Ellen Kreidman, Ph. D, penulis Single No More, How and Where to Meet Your Perfect Mate.

Tapi ada beberapa cara yang bisa membuat si dia bersedia melamar dan menjadikan Anda sebagai istrinya.

1. Pergi jalan-jalan
Bepergian dengan sahabat ke tempat yang jauh bisa membuatnya teringat dengan Anda. Ada kecenderungan hubungan yang telah berlangsung lama membuat seseorang merasa tak ada yang berubah tanpa kehadiran pasangan.

Pria merasa hubungan percintaan masih baik-baik saja. Karena itu pergi jauh darinya selama beberapa waktu bisa membuatnya tersadar tentang arti kehadiran Anda untuknya.

2. Dicintai teman-temannya
Cobalah mendekati teman-temannya. Membuat Anda dicintai oleh teman-temannya bisa membuatnya berpikir kalau Anda tak akan menjauhinya dari teman-temannya setelah menikahi Anda.

3. Merahasiakan Kegiatan sosial
Merahasiakan kegiatan sosial Anda bisa membuatnya "cemburu" dan menuntut perhatian lebih dari Anda. Selain itu wanita yang tampak mandiri namun misterius menunjukkan bahwa ada kegiatan lain yang harus Anda lakukan selain menuntut darinya.

Tindakan yang independen juga akan menjamin pernikahan yang tidak saling bergantung satu sama lain. Tapi jangan rahasiakan semuanya, cukup 25 persen saja.

4. Buat keputusan finansial
Meski sudah lama bersama bukan berarti wanita tidak bisa membuat keputusan finansial. Jika Anda ingin melakukan sesuatu dengan penghasilan Anda lakukakanlah, tapi diskusikan dulu dengan pasangan.

Keputusan dan kemampuan Anda mengolah finansial bisa menunjukkan kalau Anda adalah wanita yang mandiri.

5. Terus maju tanpa si dia
Jika percintaan Anda harus berhenti dan tidak bergerak memasuki daerah pernikahan, berpikirlah untuk maju ke depan. Mulailah mencicil rumah, mobil, bekerja atau melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Tapi tetap diskusikan dengannya. Hal ini untuk mempertegas masa depan Anda.

Tribunnews.com

FULL STORY >>

Candi Gedong Songo, Ambarawa

Ambarawa sebuah kota kecil yang terletak di jalur lintasan antara kota Bawen dan Muntilan di Jawa Tengah. Mungkin, kota-kota kecil tersebut tak terlalu akrab bagi masyarakat yang tinggal di luar kota Semarang atau Yogyakarta. Kota Bawen memang kota kecil. Kota ini merupakan persimpangan jalur kendaraan dari Semarang menuju Salatiga atau Magelang. Nah, bila kita berkendaraan dari Semarang menuju Magelang, setelah Bawen kita akan melewati Ambarawa.

Sedikit cerita tentang kota berhawa sejuk ini. Ada legenda yang melatarinya, yakni legenda Rawapening. Rawa ini memang terbentang amat luasnya. Rawa inilah yang menjadi sebab mengapa kota ini bernama Ambarawa, yang artinya rawa yang luas (amba=luas; bhs. Jawa). Dan, sampai saat ini Rawapening tersebut pun masih ada.

Berkunjung ke Ambarawa, kita akan menemukan berbagai obyek wisata menarik. Di sana ada museum kereta api dengan koleksi kereta tuanya. Atau jika kita bergeser ke daerah wisata Bandungan, terletak kurang lebih 20 kilometer dari Ambarawa, kita bisa berkunjung ke lokawisata sejarah Candi Gedong Songo.

Untuk mencapai obyek wisata ini tidaklah sulit. Bila berangkat dari kota Semarang kita naik bus jurusan Yogyakarta. Begitupun sebaliknya, bila dari Yogyakarta pilihlah bus ke Semarang. Lalu, turun di kota Ambarawa. Demikian pula bila menggunakan kendaraan pribadi. Tempuhlah jalur Semarang-Yogyakarta.

Sesampainya di Ambarawa kita bisa langsung menuju ke Bandungan. Untuk yang berkendaraan umum tak perlu khawatir. Banyak angkutan pedesaan yang siap mengantar pelancong ke lokawisata tersebut. Mintalah turun di pertigaan Poli (toko Pauline). Di sini telah berjejer angkutan pedesaan tersebut. Namun, angkutan umum itu tak langsung membawa pelancong ke lokasi candi. Kita turun di pertigaan Gedong Songo. Kemudian perjalanan ditempuh dengan menggunakan ojek hingga tujuan.

Menjejakkan kaki di pelataran candi anganpun bisa melayang ke sebuah negeri khayalan. Bagaimana tidak? Kabut putih akan segera menyergap kita, meskipun kita masih berada di kaki candi. Belum lagi udara dingin yang menggigilkan sumsum. Kemudian, memandang ke atas akan terlihat gugusan sembilan candi yang berdiri megah berpencar.

Candi ini memang dibangun berpencar dan tersusun di atas bukit. Satu bangunan candi berdiri di atas lahan sendiri seluas sekitar 150 X 30 meter persegi. Bangunan candi berurutan. Candi pertama menempati lokasi paling bawah, kemudian berurutan naik dengan jarak bervariasi antara candi pertama, kedua dan seterusnya.

Letak candi tidak berdiri berurutan seperti anak tangga. Antara bangunan yang satu dengan yang lain terkadang berada dalam arah yang berbeda. Tapi, yang pasti, urutannya selalu naik ke atas. Otomatis, kita akan berjalan melingkar-lingkar jika hendak mencapai bangunan candi berikut. Sekadar saran, bila anda ingin mendaki menikmati keindahan sembilan candi ini baiknya anda mengambil jalan ke kiri setelah melewati gerbang lokawisata. Memang tak ada aturan untuk itu. Namun, dengan demikian pendakian menuju candi berikut akan terus berurutan.

Semakin tinggi kita mendaki matapun takkan lelah memandang. Di kanan-kiri jalan setapak, yang mulus diberi paving block, terlihat pemandangan alam yang indah. Pepohonan pinus terlihat menjulang di kejauhan dengan pucuknya yang seolah hendak menusuk awan-gemawan. Makin ke atas udara makin dingin namun sangat menyegarkan. Kabutpun terus melingkar-lingkar di sekitar kita.

Menapaki bangunan candi dari urutan pertama hingga sembilan memberi kesan tersendiri di hati. Jalan yang mendaki berkelok, bangunan candi yang kokoh berdiri di ketinggian, udara yang sejuk, kabut tipis yang selalu melayang memberi kenangan eksotis yang tak terlupakan.

Candi ini dinamakan Gedong Songo karena memang terdiri dari sembilan bangunan candi. Dalam bahasa Jawa, Gedong berarti bangunan dan Songo artinya sembilan. Dan, sesuai dengan urutannya candi ke sembilan berdiri anggun di puncak bukit.

Konon bangunan candi yang ke sembilan ini melambangkan perjalanan akhir manusia mencapai kesempurnaannya. Bentuk bangunan candi bercirikan bangunan dari kerajaan Hindu Nusantara. Di mana setiap bangunan memiliki ruangan untuk tempat pemujaan.

Selain bangunan candi, ada obyek lain yang ditawarkan lokawista ini, yakni sumber air panas belerang. Menjelang puncak bukit terdapat beberapa titik sumber air panas yang berbentuk kolam-kolam kecil. Pengunjung bisa istirahat di sini, sambil menikmati pemandangan sekitarnya yang hijau dan dingin basah.

Keberadaan lokawisata candi Gedong Songo memang sudah tak asing lagi bagi para pelancong. Saat musim liburan lokawisata ini akan ramai dikunjungi. Pelancong tak hanya datang dari kota-kota sekitar lokawista, tapi juga dari kota lain seperti Semarang, Solo, Yogyakarta bahkan Jakarta.

FULL STORY >>

Memilih Pembersih Wajah

Perempuan dan make up memang tak bisa dipisahkan. Apalagi jika anda perempuan yang bekerja dan sering bertemu banyak orang. Otomatis wajah yang cantik dan segar menjadi tuntutan.

Aplikasi make up tergantung pada diri anda sendiri serta acara yang dihadiri. Anda bisa memakai nude make up saat pergi ke kantor atau make up yang sedikit berani di party event teman anda. Tebal tipisnya make up juga tergantung anda memakainya di wajah cantik anda.

Namun masalah terjadi ketika hendak membersihkan make up. Anda yang sudah percaya dengan brand tertentu, pastinya tidak ada kesulitan. Tetapi jika anda yang sampai detik ini masih sulit mencari pembersih wajah yang pas, tentunya hal ini sangatlah menganggu.

Menurut dokter kecantikan kulit Linda Kristina, mencari pembersih wajah yang benar tidaklah sesulit yang dibayangkan. Brand apapun bisa digunakan asalkan tidak mengandung bahan yang berbahaya seperti merkuri dan hidroquinon. Agar cocok dengan semua jenis kulit, pilih pembersih wajah yang mengandung bahan dasar air sehingga bisa sempurna mengangkat kotoran.

Ada tiga pilihan varian pembersih wajah yang biasa digunakan oleh kita. Dengan sabun pembersih wajah, susu pembersih dan toner serta pembersih wajah dalam bentuk toner yang praktis. Semuanya memiliki keunggulan masing-masing.

Pembersih duo misalnya (susu pembersih dan toner) memiliki tingkat membersihkan yang lebih baik dibandingkan sabun atau toner saja. Namun sabun dan toner sangat praktis. Apalagi jika anda yang seharian lelah berkegiatan dan langsung ingin istirahat. Keduanya praktis sehingga anda bisa langsung merebahkan tubuh usai membersihkan wajah.

Anda sendiri yang memilih dan memutuskan, hendak memakai pembersih wajah yang mana. Terutama sekali pilih produk yang mencantumkan "make up remover" agar pembersihan wajah menjadi lebih seksama.

FULL STORY >>

Cerita Dongeng

Dahulu hidup seorang putri kecil yang sangat cantik. Dia tumbuh dewasa dalam sebuah kastil yang indah. Saat menginjak usia 15 tahun, pada suatu malam, ketika sedang tidur nyenyak, mendadak muncul jin berwajah jelek seperti seekor tikus besar, sekujur tubuhnya berbau busuk, diam-diam merangkak ke tempat tidur bermaksud ingin menggoda sang puteri.

Menemukan seberkas cahaya sinar mentari untuk menghapus kutukan  iblis. Keyakinan dan keberanian, serta bisa memperteguh keyakinan diri  terhadap kebaikan dan kemurnian diri yang paling asal, watak hakiki diri  kita baru bisa tidak tertutupi oleh benda-benda rendahan yang berada  dalam dunia ini.  (CLIPART)
Menemukan seberkas cahaya sinar mentari untuk menghapus kutukan iblis. Keyakinan dan keberanian, serta bisa memperteguh keyakinan diri terhadap kebaikan dan kemurnian diri yang paling asal, watak hakiki diri kita baru bisa tidak tertutupi oleh benda-benda rendahan yang berada dalam dunia ini.

Selanjutnya datang lagi satu, dua, tiga jin... banyak sekali jin yang mengelilinginya, mereka tertawa cekikikan. Sang putri terbangun dari tidur, membuka mata melihat jin yang begitu banyak, dia segera ketakutan sekali hingga tak bisa mengeluarkan suara.

Jin-jin itu menarik-narik baju sang putri sambil berbicara bergantian, “Anda manusia yang tidak tahu budi! Apakah lupa bahwa Anda asalnya juga jin, salah satu dari kami? Ketika sang putri sebenarnya masih kecil, kita bunuh dan makan dagingnya. Anda memakan sumsum putri itu sehingga bisa berubah menjadi manusia. Meski wajah Anda mirip manusia, tetapi darah yang mengalir dalam tubuh itu adalah darah jin, dalam lubuk hati Anda masih adalah jin!

Beberapa jin mendorong cermin hias kehadapan putri, dan berkata, “Jika Anda tidak percaya silahkan melihatnya!” Dari cermin itu, sang putri melihat hidungnya bulat seperti jin. Matanya juga agak kecil seperti jin, semakin dilihat semakin merasakan wajahnya mirip jin. Sang putri mulai curiga pada diri sendiri, apakah benar seperti yang mereka katakan.

Jin-jin itu berkata sambil berteriak, “Putri adalah jin.” Mereka tertawa jail karena berhasil mengelabui sang putri. Sebelum sang putri terbangun, kaca cermin itu sudah diberi sihir oleh jin-jin itu, sehingga ketika sang putri melihat dirinya dalam cermin semakin lama terlihat persis dengan jin, dan bukan seperti dirinya diluar cermin yang masih tetap cantik.

Sejak malam itu, sang putri berubah menjadi pemurung, mengurung diri sepanjang hari di kamar, sering kali menangis seorang diri, mengkhawatirkan parasnya yang buruk pasti akan ditertawai orang. Jin-jin itu setiap malam mendatangi kamar sang putri, terus-menerus mengusik dan menyiksa batinnya. Jin-jin itu juga membuat kamar sang putri jadi kotor dan berbau, kacau sekali.

Akhirnya sang putri tak tahan lagi, dia bertanya kepada ibunya, “Ibunda ratu, apakah paras saya jelek sekali?”

Ibunda ratu menjawab, “Mana mungkin?! Kamu putriku yang paling cantik dan elok diseluruh dunia!”

Dalam hati sang putri berpikir, “Pasti Ibunda ratu sangat menyayangi diriku, sehingga berkata demikian untuk menghiburku.” Putri melewatkan keseharian dengan muram, hal tersebut diketahui dan sangat dikhawatirkan Ibunda ratu.

Beberapa hari lagi hari ulang tahun sang putri yang ke-16, Ibunda ratu memutuskan mengadakan pesta ulang tahun untuk putrinya, berharap suasana keramaian pesta bisa membuat sang putri menjadi gembira. Sudah tentu sang putri bersikeras tidak setuju, karena khawatir orang lain akan menertawai paras jeleknya. Tetapi karena Ibunda ratu tetap mempertahankan, pesta ulang tahun tetap diselenggarakan.

Sang putri mengurai rambut panjangnya untuk menutupi wajah, melalui rambut poninya dia mengintai kumpulan orang yang hadir dalam pesta ulang tahunnya itu.

Banyak sekali pemuda tampan dan berprestasi mereka meminta putri untuk berdansa dengan mereka, tetapi mereka semuanya ditolak sang putri. Putri merasakan bahwa mereka hanya ingin menyindir kejelekan wajahnya saja, semakin banyak orang yang memintanya untuk berdansa dia semakin merasa terhina, dan semakin menjadi berang.

Kemudian ada seorang pria yang berwajah garang, tutur kata dan perilakunya sangat tidak sopan, dia maju dan berbincang dengan sang putri. Meski dalam hati putri merasa sangat benci, tetapi dia juga bersyukur bahwa setelah kedatangan pria tersebut tidak ada lagi orang lain yang mendekat. Kemudian pria bejat ini menggandeng tangan sang putri dengan kurang sopan, sedangkan sang putri juga berpura-pura tidak menghiraukannya. Bahkan akhirnya putri menyetujui permintaan pria tersebut untuk berhubungan dengannya.

Setiap orang menasehati sang putri bahwa pria pilihannya itu seorang pria nakal, dan menyarankan untuk tidak berhubungan dengannya, lagi pula dia sama sekali tidak sepadan dengan putri. Meski dalam hati sang putri sangat jelas terlihat betapa tidak baik pria tersebut, tetapi sang putri tetap membela pria tersebut, bertahan untuk berhubungan terus dengan pria tersebut. Saat ini putri sudah menganggap keterbelakangan dirinya sebagai suratan takdir.

Hari demi hari berlalu, putri dalam cermin makin hari semakin mirip jin. Putri menutup erat jendela dan pintu, sangat takut orang lain melihat keburukan wajahnya. Kutukan jin pada cermin itu masih belum terhapus, hanya sinar mentari pagi yang cerah, bisa menghapusnya.

Suatu hari, secara kebetulan ada seberkas sinar matahari masuk ke dalam kamar sang putri. Sinar itu persis jatuh pada cermin, dan segera kutukan itu terhapuskan. Ketika sang putri berjalan lewat di depan cermin, tiba-tiba ia menemukan bahwa wajah aslinya masih tetap cantik sekali. Dia baru sadar apa yang telah terjadi, ternyata semua ini perbuatan jail jin-jin itu.

Malam itu ketika seperti biasa jin datang ke kamar sang putri untuk berbuat onar. Sang putri berpura-pura masih tidak tahu tipu muslihat mereka, membiarkan mereka berbuat onar. Hingga menjelang pagi, sang putri mengatakan bahwa dirinya sudah tidak tahan lagi, meminta jin meninggalkan dirinya. Putri tahu semakin dia memohon, mereka semakin tidak mau meninggalkan tempat itu.

Putri berpura-pura mundur ke arah jendela. Sedangkan para jin itu juga hendak melanjutkan menggodanya. Secara mendadak sang putri membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Sinar matahari yang terang menyoroti semua tubuh jin itu. Mereka bergulung-gulung kesakitan di atas lantai, berangsur-angsur mengerut menjadi bola kering.

Meski sang putri sangat membenci jin itu, tetapi ia merasakan sedikit tidak tega melihat jin-jin itu mengalami kesakitan yang begitu hebat. Cahaya matahari terus menyinari bola-bola kering, berangsur-angsur bola-bola itu berubah menjadi bening. Di luar dugaan kemudian berubah menjadi peri-peri yang cantik, mengibaskan sayap mereka yang bening dan terang itu terbang keluar jendela.

Ada satu peri yang berhenti di atas teras jendela dan berkata kepada sang putri, “Terima kasih Anda telah menolong kami! Kami sebenarnya berasal dari negeri peri di sebelah utara, karena dikutuk tukang sihir menjadi jin. Kami berubah menjadi sangat jelek, dan hanya bisa hidup ditempat yang gelap dan basah. Kami merasa sangat risau sehingga mencari kesenangan dengan menggoda orang lain, kami merasa menyesal sekali telah membuat Anda sengsara!”

Selesai berbicara, peri itu terbang pergi ke arah sinar matahari mengikuti peri-peri yang lain. Dalam hati sang putri penuh dengan ketenangan, melihat titik cahaya terang ketika peri-peri itu terbang pergi.

Selanjutnya putri membatalkan janji pernikahannya dengan pria nakal itu.

Setiap orang adalah pusaka yang tak ternilai harganya, sama terhormatnya seperti diri seorang putri dan pangeran. Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan terpendam yang sangat baik dan indah, seperti kecantikan putri dalam kisah ini. Namun kadangkala karena bermacam opini publik bagai kutukan iblis yang berada di sekitar kita, berbagai macam godaan dari nama, keuntungan dan perasaan, lalu melupakan diri kita yang sejati dan mengalir mengikuti arus.

Jika kita bisa menemukan seberkas sinar matahari yang bisa menghapuskan kutukan iblis itu... yakni keyakinan dan keberanian, serta bisa percaya dengan teguh kepada kebaikan dan kemurnian diri kita yang paling hakiki, barulah bisa membuat diri kita sendiri tidak tertutupi oleh benda-benda dalam dunia yang sangat rendah itu.

(Ming Yue/The Epoch Times/lin)

FULL STORY >>

Mahatma Gandhi

Lebih dari 50 tahun silam, di zaman yang penuh dengan penindasan bangsa, Gandhi memanfaatkan gairah keagamaan dan semangat tak gentar telah menggugah harga diri bangsa dari 300 juta saudara sebangsanya serta memimpin rakyat India lepas dari nasib dijajah Inggris.

Mahatma Gandhi - Tatkala saya merasa putus asa, saya lantas  berpikir, ada banyak diktator dan algojo di dalam sejarah yang di dalam  waktu tertentu sepertinya tak terkalahkan, namun pada akhirnya sulit  terhindar dari kekalahan. Cobalah renungkan, selamanya memang demikian.  (INTERNET)

Mahatma Gandhi - Tatkala saya merasa putus asa, saya lantas berpikir, ada banyak diktator dan algojo di dalam sejarah yang di dalam waktu tertentu sepertinya tak terkalahkan, namun pada akhirnya sulit terhindar dari kekalahan. Cobalah renungkan, selamanya memang demikian.

Strategi yang ia pergunakan ialah “non kekerasan” (non-violent) dan “non kooperatif” (uncooperative) serta berulang kali melakukan mogok makan, akhirnya dengan sukses meraih kemerdekaan India, ia pun dimuliakan sebagai bapak bangsa India.

Pemimpin spiritual yang teguh

Gandhi sering mengatakan nilai-nilai pandangan hidupnya sangat sederhana yaitu “kebenaran” dan “tanpa kekerasan”. Gandhi menunjukkan, tanpa kekerasan adalah karakter jiwa, apabila seseorang tidak melakukan pemurnian diri sendiri dan mempertahankan prinsip tanpa kekerasan akan menjadi angan-angan kosong. Ia memilih cara hidup gaya India yang paling sederhana, paling primitif juga paling tradisional dalam melakukan pekerjaan fisik, berpantang nafsu birahi, juga bertahan menjalankan vegetarian. Selama hidupnya ia tidak memiliki jabatan apapun, di dalam hatinya hanya eksis persatuan bangsa dan peduli kehidupan rakyat.

India yang kala itu menghadapi persoalan rumit atas kebangsaan, keberagaman kepercayaan dan marga yang hidup terkotak-kotak, Gandhi menggunakan panji-panji kebenaran membuat semua orang India rela bersatu.

Bagi Gandhi, “tanpa kekerasan” dan “kebenaran” tidak bisa dipisah, laiknya satu keping uang logam yang memiliki 2 sisi. Tanpa kekerasan adalah misi, sedangkan mempertahankan kebenaran adalah visi. Gandhi yakin benar dengan melalui misi tanpa kekerasan, cukup untuk menggugah sifat baik di sanubari manusia, sehingga orang jahat berubah menjadi baik dan dapat mengalahkan segala kejahatan.

Gandhi tidak pernah meragukan keyakinannya sendiri, meski ia sendiri harus meringkuk bertahun-tahun lamanya di dalam penjara, ia tetap mempertahankan “hanya kebenaran dan kasih dapat membuat orang memperoleh kemenangan”.

Ia mengatakan, “Tatkala saya merasa putus asa, saya lantas berpikir, ada banyak diktator dan algojo di dalam sejarah yang di dalam waktu tertentu sepertinya tak terkalahkan, namun pada akhirnya sulit terhindar dari kekalahan. Cobalah renungkan, selamanya memang demikian.”

Pengacara muda alami diskriminasi

Gandhi bukan sejak awal langsung tampil plontos seperti biksu yang kita kenal. Ia putra seorang saudagar, ibunya seorang penganut Hindu taat. Sewaktu muda ia tamat dari fakultas hukum Universitas London, Inggris dan berhasil meraih gelar pengacara. Pada 1893, ia dipindah-tugaskan ke Afrika Selatan menangani berkas-berkas gugatan.

Tatkala ia naik KA, meski tiket yang ia kantongi kelas-1, namun lantaran diskriminasi ia diminta pindah ke gerbong kelas-3. Ia bergeming, tapi akhirnya dari gerbong kelas-1 ia dilempar keluar dari KA lengkap dengan bagasinya. Demikianlah untuk kali pertama dalam hidupnya ia mengalami diskriminasi yang menyakitkan.

Afrika Selatan yang saat itu masih termasuk tanah kolonial milik Inggris, dimana diskriminasi masih berakar kuat terdapat banyak dekrit diskriminatif terhadap warga imigran India. Misalnya orang India diharuskan selalu membawa serta Bukti Pendaftaran Status dan hanya orang India saja yang setiap tahunnya diwajibkan membayar pajak kepala dan mereka hanya mengakui pesta pernikahan yang dilangsungkan secara ritual Kristen.

Menyaksikan penistaan yang dialami saudara sesamanya, Gandhi bertekad meraih HAM bagi para warga India dalam perantauan itu. Gandhi berharap dapat menjebol siklus jahat kekerasan dilawan dengan kekerasan. Lantas ia dengan ulet menganjurkan rakyat India agar jangan membalas gigi dengan gigi. Gandhi menggunakan ketulusan menyadarkan massa yang dihadapinya sehingga mereka tak lagi menggunakan cara kekerasan secara membabi-buta.

Pada 1906, dalam menghadapi UU “larangan migran ke Afrika Selatan bagi orang India”, Gandhi memopulerkan melawan diskriminasi dengan “tanpa kekerasan” dan menuntut penghapusan UU tersebut. Gandhi berulang kali berhadapan dengan orang Inggris, meski ia mengalami penyiksaan dan penyekapan, ia selamanya tidak menyerah dan dengan teguh mempertahankan prinsip, tidak pernah mengeluh dan pada akhirnya memaksa pemerintah Afrika Selatan mengalah dalam hal kebijakan imigran.

Kekuatan spirit tanpa kekerasan

Gandhi dengan penuh kearifan pernah mengatakan, “Mata dibalas dengan mata ha-nya membuat seluruh dunia menjadi buta.” Filsafat “tanpa kekerasan” yang ia dengungkan, merupakan semacam “kekuatan spirit”, sekaligus mewarisi teori etika dan agama tradisional India, selain itu juga menyerap filsafat politik dan humanisme dari Barat.

Tanpa kekerasan mutlak bukan tindakan orang lemah, hanya manusia yang memiliki keadilan dan tak takut mati baru berani menggunakan cara tanpa kekerasan untuk mempertahankan kebenaran. Kekuatan moralitas “tanpa kekerasan” seperti ini merupakan kekuatan spirit yang paling tak mampu dihadapi oleh sistem ketidak-adilan kolonialis otoriter.

Keberhasilan perlawanan di Afrika Selatan membuat Gandhi pada 1915 kembali ke India sudah memiliki sedikit reputasi. Ia melakukan survei di berbagai tempat India dan menyaksikan penderitaan kehidupan rakyatnya, sedangkan golongan atas pribumi malah karena perbedaan agama sampai tercerai berai. Gandhi dengan ucapan, tindakan dan pikirannya memperoleh pengakuan para pemimpin agama Hindu dan Islam seperti Nehru, Jinnah dan lain-lain. Mereka rela bersama-sama menggunakan cara “non kekerasan” dan “non kooperatif” dalam melawan pemerintahan kolonialisme.

Rakyat dukung penuh

Pada 1919, Gandhi mula pertama mengusung slogan “non kooperatif”, di India dimana emosi perlawanan terhadap Inggris semakin memuncak, aksi “non kooperatif” memperoleh dukungan penuh dari segenap lapisan rakyat.

Yang disebut dengan aksi “non kooperatif” ialah tidak bekerjasama dengan pemerintah Inggris, merelakan jabatan dan gelar yang dihadiahkan penjajah, tidak membeli barang buatan Inggris, tidak belajar di sekolah Inggris, tidak mengakui hukum orang Inggris dan melancarkan pawai, rapat akbar, mogok kerja bahkan menghindari pembayaran pajak.

Waktu itu Inggris dengan harga rendah membeli kapas dari India, setelah disulap menjadi pakaian jadi di Inggris, dengan harga tinggi dijual balik ke India, dengan adanya penolakan membeli barang Inggris, maka pakaian telah menjadi kendala terbesar bagi rakyat India. Gandhi memberi contoh dengan menganjurkan rakyat India setiap hari menggunakan waktunya untuk menenun, dengan tujuan mengatasi permasalahan berpakaian. Orang-orang merasa sangat terharu dengan keteguhan Gandhi dan berbondong-bondong membakar secara massal pakaian Made in England.

Pada 1930, Gandhi menggerakkan long march garam dapur, melakukan aksi “non kooperatif” untuk kali kedua. UU baru tentang garam dapur menetapkan garam hanya bisa dibeli dari toko penjual khusus garam, selain itu pembeli juga dikenai pajak tinggi.

Demi menunjukkan UU penjualan garam yang tidak masuk akal itu, Gandhi menyerukan kepada massa untuk melakukan pawai berjalan sejauh 400 km dari Delhi sampai ke Pantai Dundee guna membuat sendiri garam tersebut, di sepanjang jalan terus menerus memperoleh dukungan ribuan massa yang bergabung dengan barisan.

Ikhlas hadapi derita penjara

Di dalam jangka waktu panjang meraih kemerdekaan bagi India, Gandhi sering keluar masuk penjara dan mogok makan. Ia tidak gentar atau menghindar, dengan tabah menghadapi kehidupan penjara, dengan tenang mewujudkan keberanian dan spirit “non kooperatif”. Gandhi yang kurus kering, juga sering kali melewati hari-hari panjang dengan mogok makan, dengan kekuatan jiwa melawan kekerasan. Aksi mogok makannya selalu saja bisa menggugah gairah nasional orang India dan tekad untuk melawan penindasan.

Aksi “non kooperatif” Gandhi, membuat Inggris kehilangan pasar yang besar dan menimbulkan kerugian ekonomis serta telah menghantam pamor pemerintah kolonial, akhirnya memaksa imperialis Inggris mulai menyusun rencana bagaimana mundur dari India dan bagaimana mengalihkan pemerintahan kelak. Pada 1947, tiga pihak yakni gubernur jenderal Inggris, Nehru dan Jinnah secara serentak mengumumkan Program Partisi India dan Pakistan. India yang kenyang dengan penderitaan pada akhirnya menyatakan kemerdekaannya.

Selama hidupnya Gandhi berjuang untuk kemerdekaan India. Hari ini, Gandhi menjadi simbol perlawanan tanpa kekerasan yang diakui oleh dunia, ia dengan keyakinan “mempertahankan kebenaran” serta metode perlawanan “tanpa kekerasan” dan “non kooperatif”, berpengaruh sangat besar bagi aksi HAM yang dipimpin Nelson Mandela dan Martin Luther King.

Einstein pernah mengatakan, “Saya kira sudut pandang Gandhi merupakan hal yang paling bijak diantara para politisi pada masa kini. Kita seharusnya berupaya keras berpaling ke arah spiritnya: bukannya melalui kekerasan mencapai tujuan kita, melainkan tidak bersekutu dengan yang Anda anggap kekuatan kejahatan.” (The Epoch Times/whs)



FULL STORY >>

Adat Buruk Orang Tionghoa Dari Mana Asalnya ?

(Epochtimes.co.id)

Sejak Shanghai World Expo dibuka, kebiasaan buruk orang China seperti meludah di sembarang tempat, buang air besar tidak disiram, buang sampah sembarangan, berbaring di sembarang tempat, berteriak-teriak sesuka hati, bahkan anak-anak buang air kecil dan besar di sembarang tempat dan berbagai kelakuan tak beradab lainnya, sekali lagi membuat dunia terbelalak, bersamaan dengan keterkejutan dan rasa muak orang luar negeri, tak sedikit orang China merasa malu tak terkira.

Salah satu kebiasaan buruk orang China, tidur disembarang tempat  tanpa memedulikan lingkungan sekitar, dan anehnya orang-orang biasa  dengan pemandangan seperti ini. (INTERNET)
Salah satu kebiasaan buruk orang China, tidur disembarang tempat tanpa memedulikan lingkungan sekitar, dan anehnya orang-orang biasa dengan pemandangan seperti ini.

Tentu saja, tindakan tidak beradab semacam itu, bukan hanya muncul di World Expo saja, itu terjadi pada orang China yang keluar negeri dan dalam kehidupan sehari-hari, boleh dibilang bisa ditemui dimana saja. Yang membuat orang tak habis pikir, banyak orang China tidak merasa risih dengan adat buruk tersebut.

Untuk hal itu, tidak sedikit esai yang berusaha menganalisis penyebabnya. Ada orang bahkan mencari sumbernya dari dalam kebudayaan tradisional China sendiri dan menyebutnya sebagai kebiasaan buruk yang ditinggalkan leluhur mereka. Lantaran orang kuno “ketinggalan zaman dan kehidupan yang terbelakang”, maka tentu saja lantas tidak memperhatikan kesehatan, tidak memperhatikan peradaban dan adat buruk yang telah berlangsung beberapa ribu tahun itu, tentu saja mutlak tidak bisa diubah dalam waktu singkat.

Orang yang mempunyai sudut pandang seperti itu boleh dibilang salah besar. Pada kenyataannya, meski dikatakan di zaman China kuno mereka tidak memiliki peralatan canggih seperti pesawat terbang, mobil, telepon, TV dan lain-lain, tetapi itu tidak lantas berarti bahwa kualitas kehidupan masyarakat China kuno lebih rendah daripada manusia zaman sekarang.

Realitanya, jalan yang ditempuh iptek zaman China kuno adalah sebuah jalan perkembangan yang berbeda, dan toh telah mencapai taraf kemajuan yang susah diimajinasikan manusia zaman sekarang; sedangkan peradaban orang zaman kuno bukan hanya diwujudkan di dalam etiket sehari-hari, bahkan diwujudkan dengan perhatian terhadap detil kehidupan hingga mempelajari dengan seksama tentang kesehatan.

Ratusan tahun lalu, para bangsawan Eropa saat makan masih meletakkan hewan atau unggas utuh di atas meja makan, dan ramai-ramai disantap dengan secara primitif. Saat itu juga orang Eropa ketika menonton opera meludah dengan sembarangan di dalam gedung. Banyak juga orang Eropa yang seumur hidup mereka tidak pernah mandi (di negara 4 musim hal semacam itu memungkinkan, karena tubuh tidak mudah berkeringat). Sementara itu di China dimana peradaban sudah berkembang maju dan pada posisi memimpin, situasinya sama sekali berbeda. Kondisi seperti itu pernah dikagumi dan dipuji orang-orang dari berbagai suku bangsa.

Jauh sebelumnya, yakni 2.000 tahun lalu, masa pemerintahan Qin (baca: Jin), orang China kuno sudah mulai memperhatikan kesehatan pribadi. Banyak yang menganjurkan “membersihkan rambut setiap tiga hari sekali dan mandi setiap lima hari sekali”. Terkadang mandi (cara mandi masyarakat di negara 4 musim, dengan berendam dalam bak) bahkan merupakan semacam ritual yang sangat penting, untuk mewujudkan niatan respek.

Misalnya, sebelum Kaisar memberikan persembahan kepada Langit diharuskan mandi terlebih dahulu. Pernah pada zaman Dinasti Han (206 SM – 220 Masehi) ditetapkan para pejabat sesudah bekerja 5 hari berturut-turut, hari berikutnya boleh libur satu hari untuk mandi. Disebut “istirahat mandi”. Kaisar Liang Jian Wen – Xiao Wang dari Dinasti Nan Chao (502-557 M) yang menyukai kebersihan juga menulis kitab “Serba Serbi Mandi”.

Kamar mandi paling awal tentu saja hanya dimiliki keluarga kaisar, minimal sudah eksis sejak didirikan Dinasti Zhou (abad 11 – 256 SM). Sekitar zaman Han, kamar mandi umum sudah bermunculan di kompleks vihara, misalnya bekas kamar mandi pernah digali di situs kuil aliran Buddha-Fu Feng di Provinsi Shanxi zaman Han Timur (25 - 220 M). Menurut catatan Dinasti Song, waktu itu area “sarana kamar mandi umum” itu merupakan satu dari 24 sarana yang terdapat di dalam kompleks tersebut. Dapat menampung ribuan orang mandi dalam satu hari. Selain itu menurut kitab “Catatan Asrama Bhiksu Kota Luo Yang” dari Yang Xuan, di dalam Kuil Bao Guang juga terdapat kamar mandi umum super besar.

Pada zaman Song (960 - 1279 M) kamar mandi dengan bak besar untuk kalangan rakyat jelata juga muncul dan terus berlangsung hingga kini. Hong Mai dari zaman Song menulis di “Yi Jian Zhi”, pada umumnya orang membangun rumah pasti terdapat ruang untuk mandi. Tatkala Marco Polo datang ke China pada zaman Yuan (1206 - 1368 M), ia sampai takjub, “Orang China setiap hari mandi!”

Padahal zaman itu, ini mustahil terjadi di Eropa. Selain mandi setiap hari, di kitab “Xi Jin Zhi” dari zaman Yuan juga tercatat: Di keluarga terpandang, sebelum putri dinikahkan, harus dimasukkan dulu ke dalam kamar mandi untuk dibersihkan dengan tuntas. Boleh dibilang aktivitas mandi kala itu sudah menyatu dengan acara ritual pernikahan.

Orang zaman kuno yang memperhatikan kebersihan, tentu saja juga sangat peduli dengan penampilan diri sendiri. Orang kuno dalam perawatan tubuh seperti mandi lulur, membasuh muka, menyeka tubuh, masing-masing menggunakan bahan berlainan dan sangat rumit. Krim mutiara, bedak, pemerah muka, minyak Osmanthus, lilin rambut, kantong aroma dan lain-lain, merupakan bahan kebutuhan sehari-hari. Lebih-lebih dalam hal perawatan rambut kemilau juga sangat diperhatikan.

Aksara 若 (Ruo, bermakna penurut), di dalam aksara Jia Gu (aksara kuno prasejarah yang ditulis di atas cangkang kura-kura maupun tulang), berbentuk menyerupai seorang gadis seusai mencuci kepala sedang menyisir rambutnya. Mereka biasanya sesudah menyisir rambut dengan rapi, masih diperlukan menggelung dan menyanggulnya, lalu menancapkan jepit sanggul yang terbuat dari tulang halus maupun batu Giok agar terkunci rapat. Di luar sanggul masih dibungkus lagi dengan kain sutra, kemudian mengenakan mahkota, sangat peduli sekali. Seseorang dengan penampilan rambut acak-acakan, waktu itu hanya bisa dinilai orang tersebut mengidap penyakit jiwa atau mengalami stres karena mengalami musibah hebat.

Mengenai kesehatan mulut, orang zaman China kuno juga sangat peduli. Jauh pada tahun 3.000 SM, tercatat mengenai kebersihan rongga mulut dan pemeliharaan gigi. Orang itu biasanya menggunakan arak, cuka, air garam, teh dan air hangat untuk kumur atau dengan metoda menggosok gigi menggunakan garam hijau untuk perawatan higienis mulut. Kemudian juga belajar dari para biksu suatu kebiasaan mengunyah ranting pohon Willow guna pembersihan mulut, yakni mengandalkan mengunyah semacam ranting yang dinamakan Kayu Gigi untuk menggosok permukaan gigi, sekaligus menggunakannya untuk menggosok lidah dengan tujuan membersihkan bakteri.

Dari kitab sejarah juga tercatat, pada saat Dinasti Liang Selatan pada abad-6, ada sebuah benda dinamakan “Saput hitam untuk mulut/gigi” guna menambah putih dan meninggalkan aroma wangi bagi gigi. Pada masa Dinasti Tang (618 - 907 M) dan Song, beredar “pasta gigi” yang mengandung ramuan herbal, seperti di dalam kitab “Tai Ping Sheng Hui Fang” zaman Song yang mencatat secara rinci mengenai pasta dan metode pengobatan gigi.

Atensi orang zaman kuno terhadap higienis, dimulai sejak pendidikan anak. Misalnya di dalam buku karya terkenal dari kalangan sekolah khusus “Peraturan Siswa” tercatat: “Pagi membasuh sembari kumur, lantas buang air kecil dan besar, selalu bersihkan tangan. Topi mahkota harus rapi, simpulkan kancing, kaos kaki dan sepatu komplit.” Sejak dini anak sudah dibiasakan hidup higienis dan memahami etiket, setelah beranjak dewasa bisakah ia menjadi seorang yang tidak beradab?

Kebiasaan orang kuno membuang sampah sehari-hari dengan sembarangan malah sangat langka. Pada 3.000 – 4.000 tahun lalu, orang zaman kuno sudah mengerti mengumpulkan sampah secara terpusat dan menggunakan lubang alami ataupun galian untuk menjejalinya dengan sampah. Mereka juga mengetahui cara tercepat menuntaskan sampah dengan membakarnya langsung, yang tak habis terbakar lantas diurug.

Pada periode Negara Berperang (Zhan Guo, 770 SM – 256 SM), terhadap orang yang sembarangan menumpahkan sampah bisa dihukum berat dengan pemotongan tangan. Selain itu pabrik pembuatan tahu, arak dan lain-lain, diwajibkan membenahi saluran pembuangan, jika tidak akan dilecehkan masyarakat. Perbengkelan seperti perusaahaan pencelupan dengan polusi berat harus membuat saluran pembuangan. Orang kuno malah memperhatikan penangkalannya.

Seperti yang terjadi di Gunung Hu Qiu, Kota Su Zhou, di dalam dinding sebelah dalamnya terdapat sebuah batu monumen dengan grafir ukiran “prasasti pencelupan Hu Qiu yang dilarang beroperasi selamanya”. Orang lokal menyebutnya “prasasti pelarangan pencelupan”, dikarenakan pada Dinasti Qing (baca: Jing, 1616 - 1911), bengkel pencelupan di sekitar daerah tersebut terlalu banyak sehingga pemilik tidak memperhatikan lingkungan, dengan seenaknya menggelontorkan limbah ke dalam sungai dan mencemarinya. Itulah sebabnya pemerintah melarang beroperasinya bengkel pencelupan di tempat tersebut.

Selain itu, menyapu, mempertahankan lingkungan yang bersih, juga merupakan pembelajaran yang harus dilakukan orang zaman kuno. Mereka juga mempunyai kebiasaan membersihkan rumah. Dalam kitab Zhou Shu: “Kunci Pembangunan Rumah Tinggal” tercatat: Orang kuno sering kali menghendaki “saluran lancar, rumah kediaman bersih, tidak ada bau pengap, tidak menimbulkan wabah”. Hingga kini masih banyak hari besar yang mempertahankan adat istiadat seperti itu. Di dalam kitab “Pedoman Pengelolaan Rumah ala Zhu Zi” mendidik anak “bangun subuh, bersihkan rumah, harus bersih luar dalam”.

Tentang apakah orang kuno mempunyai kebiasan meludah pada sembarangan tempat, atau pernah terdapat pengumuman yang membatasi warganya meludah di sembarang tempat, termasuk kitab amatir sejarah China semuanya tidak nampak pencatatan semacam itu. Penyebab yang paling penting, mungkin dikarenakan, di bawah naungan kebudayaan tradisional China, orang kuno bertitik tolak dari menegakkan moralitas, selain itu juga mematuhi etiket, di dalam hatinya terdapat akhlak, perkataan dan perbuatannya dengan sendirinya dapat mempertimbangkan apakah pada tempatnya meludah di sembarang tempat, karena hal tersebut termasuk perilaku yang tidak etis, dengan sendiri-nya orang kuno merasa tabu mempermasalahkan kepatutan hal tersebut.

Sebuah penelitian zaman sekarang beranggapan, orang kuno ketika harus meludah, terkadang membuka lengan pakaian (pakaian zaman China kuno memiliki lengan yang lebar dan di sebelah dalamnya terdapat semacam saku) dan meludah ke dalamnya, atau menggunakan sapu tangan, membungkusnya dan dimasukkan di balik pakaian.

Di sejumlah tempat masih dapat dijumpai semacam bokor kecil yang khusus disiapkan untuk tempat orang meludah. Pada zaman Dinasti Tang bahkan terdapat pasal mengenai denda terhadap warga asing yang ketahuan meludah sembarangan, agar memperingatkan kepada mereka tidak diperkenankan di jalan raya dan tempat umum lainnya melakukan tindakan tidak terpuji.

Dari sini bisa dilihat, meludah sembarangan tempat merupakan tindakan tidak beradab, orang kuno sudah mengetahuinya. Maka boleh dibilang, meludah sembarangan, mutlak bukan adat kebiasaan orang Tionghoa, juga mutlak bukan adat buruk peninggalan leluhur yang diwariskan. Tentu saja, orang kuno mempunyai kebiasaan “meludah”, namun kebanyakan saat menghadapi orang dan persoalan tertentu yang menimbulkan kemarahan barulah melakukan hal seperti itu. Menyatakan rasa muak dengan meludah di sembarang tempat adalah dua hal yang berbeda.

Maka, sejak kapan orang Tionghoa berubah menjadi tidak beradab? Berubah sedemikian kasar? Tentu saja hal ini berkaitan erat dengan penolak-an bahkan pencampakkan kebudayaan tradisionalnya sendiri. Kebudayaan tradisional China berlandaskan tiga ajaran agama yakni: Buddha, Khonghucu dan Taoisme.

“Kemanunggalan antara manusia dan Langit” mewakili sudut pandang alam semesta orang kuno. “Kebijaksanaan dan Iman” dari Khonghucu menjadi spesifikasi dan landasan moral masyarakat. “Kesetiaan, balas budi, pengendalian diri dan keadilan” adalah standar kehidupan manusia di dunia.

Orang Tionghoa yang berendam di dalam kebudayaan yang besar dan mendalam itu tentu saja respek terhadap Langit dan bumi, setia kepada masyarakat, memperhatikan keluarga dan memperhatikan peradaban.

Namun sejak zaman Song, kebudayaan tradisional mulai tak henti-hentinya mengalami pengrusakan dan terjadi pengingkaran terhadap tradisi. Setelah gerakan “4 Mei (Gerakan Pembaharuan yang dimulai 4 Mei 1919)”, sebagian intelektual yang berpandangan jangka pendek dalam rangka mencari jalan keluar bagi China modern, juga dimulai dari pengingkaran kebudayaan tradisional dan merapat ke peradaban Barat. Akan tetapi konflik dan evolusi di ranah kebudayaan senantiasa saling bersaing di wilayah intelektual, artinya tidak melibatkan kekerasan dari pihak negara.

Pada masa Republik China (masa sebelum Komunis berkuasa pada 1949), banyak adat istiadat tradisional yang masih eksis di masyarakat. Bagi banyak orang terutama yang berpendidikan, berbusana rapi, bertutur-kata intelek, tidak meludah di sembarang tempat dan lain-lain masih merupakan sebuah kriteria penting untuk menilai kematangan jiwa seseorang.

Setelah PKC (Partai Komunis China) berkuasa pada 1949, konflik seputar kebudayaan ditingkatkan ke taraf tinggi yang berkaitan dengan eksistensi PKC sendiri. Oleh karena itu mereka melakukan cara merusak langsung dengan meluluh-lantakkan, dan cara pengrusakan tak langsung ala “membuang ampasnya, sedot sarinya”, serta melalui penyalah-gunaan. Demikian kebijakan pemerintahan mereka terhadap kebudayaan.

Terlebih lagi saat Revolusi Kebudayaan (1966 - 1976), telah mendorong penghancuran kebudayaan tradisional ke taraf yang tak bisa diperbaiki lagi. Partai Komunis mengaduk-aduk konsep nurani masyarakat, sehingga mereka menjauhi tradisi bangsa. Demi mengingkari kebudayaan tradisional, mereka memuji hal yang kasar sebagai keindahan dan menggerakkan aksi “Naik Gunung Turun Desa” yakni gerakan mengirim pemuda-pemudi seluruh negeri ke pedesaan terpencil untuk belajar dari kaum buruh - tani yang memang tidak berpendidikan dan berkelakuan kasar.

Melalui gerakan bertubi-tubi tersebut, meski kaum intelektual China tidak lagi mematut diri dengan tata krama, tidak mengedepankan peradaban, bahkan tidak lagi menganggap tabu meludah sembarangan, berpakaian kedodoran, berperilaku malas-malasan, dan penuh umpatan kotor. Bahkan ada yang menganggap tindakan dan ucapan yang ngawur, dinilai tidak menghambat situasi secara keseluruhan. Bukankah itu semua berkat hasil kerja PKC?

Nampaknya, pada masa etika moralitas menuju ambang kehancuran ini, orang China jika tidak ingin menunjukkan keudikannya di depan masyarakat dunia, dan jika ingin memulihkan peradaban dan tata susila yang pernah eksis, harus mau mencampakkan PKC yang tak dapat hidup selaras dengan hal tersebut di atas, dan yang berupaya mati-matian merusak kebudayaan tradisional.

FULL STORY >>

Cara Memutihkan Gigi Yang Kuning

Jumat


1. Arang Kayu


Sebenarnya arang kayu juga sangat ampuh untuk membersihkan noda kuning pada gigi, namun bahan ini berbahaya karena dapat merusak email secara permanen dan menimbulkan rasa sakit pada gigi. Oleh karena itu, Anda sebaiknya tidak mencobanya.

2. Lemon dan Garam


Anda bisa mendapatkan gigi putih cemerlang dengan menggunakan pasta yang terbuat dari beberapa tetes jus lemon yang telah dicampur dengan sejumput garam dapur. Aplikasikan pasta tersebut ke gigi dan gosok secara lembut seperti ketika Anda sedang menyikat gigi. Ini akan membantu menghilangkan noda karat pada permukaan gigi.

3. Kulit Jeruk


Gosok gigi dengan menggunakan bagian dalam kulit jeruk. Kulit jeruk mengandung unsur pemutih yang sangat lembut, yang akan membantu menghilangkan noda karat pada gigi tanpa membahayakan lapisan email gigi.

4. Daun Salam


Ambil enam lembar daun salam, lalu jemur di bawah terik matahari hingga mengering dan renyah. Haluskan keenam lembar daun salam tersebut, setelah itu tambahkan kulit jeruk bubuk. Gosok campuran ini ke gigi setiap hari, maka niscaya dalam dua minggu Anda akan mendapatkan gigi yang putih alami.

5. Stoberi


Stroberi bukan sekadar buah yang enak untuk dinikmati. Selain kaya vitamin C, stroberi juga dikenal memiliki khasiat untuk membersihkan gigi. Meskipun rasanya manis, stroberi tidak berbahaya bagi kesehatan gigi. Sebaliknya, buah ini justru bisa membantu menghilangkan noda karat pada gigi dan membuatnya menjadi putih cemerlang.

6. Sari Apel dan Cuka Putih


Sari buah apel dan cuka putih juga sangat efektif menghilangkan noda karat pada gigi, karena keduanya mengandung unsur pemutih yang membantu menghilangkan noda dengan cepat. Akan tetapi kedua bahan ini sifatnya sangat keras, sehingga penggunaan secara harian akan menimbulkan kerusakan pada lapisan email. Selain itu, rasanya juga sangat pahit.

http://uniqpost.com/

FULL STORY >>

Perbandingan Kejujuran Orang Di Jepang Dan Di Indonesia




Ini bukanlah pasar, karena penjual disana adalah para petani yang membuka lapak sendiri-sendiri untuk menjual hasil kebunnya yang tersisa (kebanyakan).

Dan kalau dilihat, tidak ada bedanya dengan pasar yang ada di Indonesia, kecuali satu perbedaannya yaitu tidak ada orang yang menjaga untuk lapaknya tersebut.



Jadi bagaimana transaksinya? mudah kok, mereka (si penjual) telah mencantumkan harga di setiap barang dagangannya dan apabila ada pembeli yang datang untuk membelinya, si pembeli cukup masukkan uang seharga barang yang dibeli ke tempat yang telah disediakan.

Dan percaya atau tidak, boleh dibilang hampir tidak ada satupun petani yang rugi karena berdagang dengan cara sepeti ini. Atau dengan kata lain, semua pembeli selalu membayar apa yang mereka ambil.




Nah, ini dia sebenarnya yang ingin kami bahas, yaitu KEJUJURAN yang menurut kami saat ini semakin langka di dunia, terutama di Indonesia.

Kami sempat membaca berita bahwa ada sekolah menengah di Indonesia yang mendirikan 'kantin kejujuran' dan hanya dalam waktu hitungan minggu, kantin tersebut bangkrut karena ternyata banyak siswa/ siswi yang tidak membayar sehabis makan.

Padahal di lain sisi, kantin itu berada di salah satu sekolah favorit di daerahnya yang berarti pasti sebagian besar siswa/ siswi disana dari golongan cukup mampu.

Mohon maaf kalau kami tidak sependapat dengan anggapan bahwa 'orang yang tidak jujur itu pasti identik dengan orang miskin' dan karena mereka tidak punya uang makanya mereka berbuat tidak jujur.

Menurut kami, KEJUJURAN bukanlah sesuatu yang bisa diukur dari banyaknya materi maupun tingkat pendidikan tetapi lebih ke moral dan rasa malu yang bisa ditanamkan oleh orang tua maupun lingkungan sekitar.
Dalam hal ini, kita tidak harus selalu mencontoh teknologi yang berasal dari Jepang saja tetapi tidak ada salahnya kita juga mencontoh moral dan rasa malu yang mereka miliki.

Benar, tidak semua orang Jepang disana jujur tetapi setidaknya kalau bicara persentase, tentu jauh lebih baik dari negara kita.


FULL STORY >>

Korset Dan Efek Negatifnya

img
(Foto: thinkstock)

Meski tersiksa dan sulit bernapas korset banyak dipakai orang karena bisa membuat perut terlihat rata. Tapi penggunaan korset juga bisa mempengaruhi kesehatan seseorang.

Korset adalah salah satu alat yang bisa menyiksa diri dan terkenal dapat menyebabkan sakit di tubuh. Tapi barang ini tetap saja disukai oleh banyak perempuan, bahkan kini beberapa laki-laki juga ada yang menggunakan korset.

Penggunaan korset memang memiliki manfaat estetika bagi yang memakainya, seperti pinggang yang lebih kecil, postur tubuh yang lebih baik, pinggul dan payudara akan terlihat lebih berisi serta mengurangi ukuran pinggang.

Saking dipercaya bisa membuat bentuk tubuh lebih baik, korset telah menjadi industri yang menguntungkan dan terus diproduksi dengan berbagai macam khasiat seperti untuk memperbaiki bentuk tubuh atau untuk wanita setelah melahirkan.

Dikutip dari BBC, Jumat (6/8/2010) masalah yang sering terjadi adalah seseorang kadang melupakan efek buruk yang mungkin ditimbulkan demi sebuah tren mode.

Seiring berjalannya waktu, pemakaian korset membuat otot-otot punggung bagian bawah dipaksa untuk turut memberikan dukungan tambahan dan diperparah dengan ketatnya korset yang digunakan. Hal ini tentu saja membuat tulang belakang berhenti tumbuh karena tidak mendapatkan dukungan yang cukup.

Beberapa cerita mengerikan tentang korset mungkin pernah didengar masyarakat, seperti seorang gadis meninggal karena sesak napas atau ada yang hatinya tertusuk oleh tulang rusuk sendiri. Namun masih sulit dipastikan apakah hal tersebut memang benar-benar akibat penggunaan korset atau tidak.

Jika menggunakan korset dalam jangka waktu lama maka bisa menimbulkan risiko. Diduga salah satu risiko yang parah akibat penggunaan korset yang tidak tepat adalah chlorosis (greensickness) dengan ciri kulit putih kehijauan yang diakibatkan adanya gangguan pada empedu. Selain itu korset juga menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit pada bagian perut.

Beberapa risiko serius lainnya juga mungkin terjadi, terutama jika penggunaannya dalam jangka waktu lama dan berkepanjangan.

Biasanya risiko yang muncul ditandai dengan:
  1. Terjadinya penurunan otot perut.
  2. Pergeseran dan terganggunya dinding perut.
  3. Usus bisa tertekan.
  4. Terjadinya kompresi terhadap rongga dada yang dapat mempengaruhi lambung dan hati.
  5. Penurunan kapasitas paru-paru.
  6. Kelainan bentuk fisik, misalnya tekanan yang terjadi pada perut bisa menyebabkan benjolan di perut.
Hal yang paling penting untuk diingat sebelum menggunakan korset adalah pilihlah yang sesuai dengan ukuran tubuh, usahakan untuk mengistirahatkan tubuh atau melakukan peregangan setiap penggunaan korset beberapa jam.

Berlatihlah mengatur napas pendek agar asupan oksigen tidak berkurang, karena asupan oksigen yang kurang nantinya dapat mempengaruhi fungsi dari jaringan atau organ.


FULL STORY >>

Kebahagiaan

Kamis


Kebahagiaan adalah sederhana, diperoleh tanpa perlu perjuangan,  cukup dengan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban, tanpa keletihan  akibat pengejaran yang tiada hentinya.  (CLIPART)
(Epochtimes.co.id)

“Kebahagiaan berada pada sekilas angan-angan manusia atas perolehan dan kehilangan.”

Apa itu perolehan? Apa pula yang disebut kehilangan? Banyak orang beranggapan bahwa kekayaan, kesuksesan, beranak-pinak sebagai “perolehan”, atau ada yang menganggap memperoleh sesuatu yang menggembirakan, membanggakan dan pujian yang bersifat jangka pendek sebagai “perolehan”. Sedangkan kemiskinan, kepapaan serta mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dan hidup sebatang kara dianggap “kehilangan”, atau ada juga yang menganggap, dipersalahkan orang lain dengan tidak sepatutnya, penderitaan dan perlakuan tidak adil terhadap dirinya sebagai “kehilangan”.

Namun diluar dugaan, ketika kita mencengkeram erat-erat “perolehan” dan takut kehilangan. Ketika karena ketakutan ini bahkan lebih berupaya keras untuk memperolehnya lebih banyak, maka apa yang kita cengkeram bukanlah kebahagiaan, melainkan hanya merupakan pengejaran terhadap dambaan akan kebahagiaan, kebahagiaan akan selalu berada di depan kita sebagai umpan, menarik kita untuk berjerih payah, namun tidak berada dalam genggaman kita.

Yang benar-benar menguasai hati kita adalah rasa cemas akan untung rugi pribadi, karena kecemasan tersebut kita tidak berani menikmati segala apa yang telah kita peroleh. Kecemasan telah mengusir kepuasan akan kebahagiaan untuk meninggalkan hati kita, sehingga kedua kaki kita selalu berpijak pada kehampaan, berjalan dalam ilusi dan tak berdaya menghentikan langkah pada jalan pengejaran.

Sesungguhnya, perolehan adalah kehilangan, dan kehilangan adalah perolehan, mereka sebuah benda dengan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Kehilangan datang menyertai perolehan, dan perolehan muncul dengan disertai kehilangan, seperti halnya kehidupan dan kematian yang tidak dapat dipisahkan.

Kehidupan dan kematian hanya merupakan bentuk lain dari perolehan dan kehilangan. Dunia memang terus berputar silih berganti secara harmonis. Orang yang hanya memusatkan perhatian pada hari ini tanpa mau menengok hari esok, barulah akan berusaha di luar batas kemampuan untuk menghamburkan segala apa yang dimiliki pada hari ini.

Karena Anda, kekayaan bisa terkumpul dan menguap. Karena Anda, nama besar akan meningkat juga akan pudar. Saat untung, maka yang diperoleh adalah nama besar, dan perolehan tersebut bisa dilihat, diraba dan didengar, namun yang hilang adalah energi dan spirit yang kasat mata.

Di dunia ini tidak ada yang dapat diperoleh tanpa pengorbanan. Saat rugi, maka yang hilang adalah nama besar dan perolehan yang nampak dan dapat diraba, namun yang terkumpul justru keberanian, tekad baja, toleransi dan keyakinan terhadap kebenaran yang tidak dapat dilihat maupun diraba.

Di dunia ini juga tidak ada pengorbanan yang tanpa hasil. Pasang surut samudera tak berbekas, dalam alam semesta yang maha luas ini, manusia sangatlah kecil tak berarti, kecil tak terlihat, suara berisik yang tak terdengar dalam hiruk-pikuk, rupa yang tak berbentuk, yang benar-benar abadi adalah alam semesta. Kekayaan dan nama besar duniawi sungguh tak terhitung apa-apa dalam alam semesta.

Orang yang sungguh-sungguh bijak tidak akan hidup mengikuti bagaimana orang lain memandang kita, tidak membiarkan orang lain membentuk diri kita sesuai dengan pandangan mereka; juga tidak akan hidup di antara kekayaan dan kekuasaan, tidak membiarkan nafsu keserakahan menentukan nasib dirinya.

Mereka percaya akan keadilan nasib, persesuaian antara kondisi dan waktu, akan menerima apa yang diperoleh juga akan menyerahkan apa yang diambil darinya. Saat ini tidak ada, lain waktu akan diperoleh, masa ini tidak berhasil, akan berhasil pada masa yang akan datang.

Menikmati kehidupan bebas lepas tanpa kekhawatiran tentang perolehan dan kehilangan, telah menghayati arti perolehan dan kehilangan serta kehidupan dan kematian, barulah dapat benar-benar hidup di saat ini. Membiarkan kebahagiaan tidak meninggalkan kita sekejap pun, bukannya hidup pada jalan pengejaran terhadap kebahagiaan.

Dengan demikian kebahagiaan adalah sederhana, diperoleh tanpa perlu perjuangan, cukup dengan melaksanakan apa yang menjadi kewajiban, tanpa keletihan akibat pengejaran yang tiada hentinya.

Dengan demikian kebahagiaan adalah transparan, tanpa bayang-bayang perolehan, tanpa helaan napas penuh siksaan dalam mengejarnya, hanya cukup mengikuti hukum kodrati yang tiada hentinya naik turun, bagaikan perahu yang sedang berlayar, naik turun mengikuti pasang surutnya air.

Dengan demikian kebahagiaan adalah sempurna, sekalipun seseorang tinggal di puncak gunung dan dalam hutan belukar yang terisolasi, atau menyelam di dasar laut biru berteman udang dan kepiting, ataupun hidup dalam hiruk-pikuknya dunia ramai, berkumpul dengan manusia, dia tidak akan pernah merasa kesepian dan menyendiri, karena dunia hidup bersama dengannya!

Spirit dan pikirannya selalu berkomunikasi dengan segala makhluk, gunung, sungai dan tumbuhan merupakan teman intimnya, burung dan binatang adalah sahabatnya, bulan dan bintang-bintang adalah pendampingnya, dan spiritnya ada di kedalaman alam semesta, bergaung bersama suara-suara alam, menari bersama, memancarkan cahaya yang penuh kelembut-an dan kedamaian yang kokoh dan mandiri.

Kebahagiaan tidak berada dalam keduniawian.


FULL STORY >>

Pesugihan Tambakbaya

Penduduk sekitar menyebut tenpat ini tempat pesugihan Monyet.Hanya satu pantangan bagi orang yang melakoninya. Dilarang memanjat atau bokongnya akan nampak seperti bokong kera..

Rimbun dibawah naungan pohon bambu yang membentuk seperti payung raksasa,Sebuah makam besar terbujur kaku. Makam ini depercaya masyarakat sebagai peristirahatan terakhir Dipati Tambakbaya yang masih keturunan Perabu Galuh Galuh sakti.Di sekitar makan ini tumbuh rumpun-rumpun bambu yang cukup banyak,kesannya Spoky banget.Sebuah keanehan timbul dari batang-batang bambu yang keLiatannya tuh bersih kayak sering dipanjat atau dijamah manusia,Tapi manusia macem apaan sih yang bersedia manjat pohon bambu yang segitu rindangnya ditengah hutan?

Keanehan ini juga diakui sama beberapa penduduk sekitar yang sering melintas didaerah makam keramat ini.Kalo hari udah menjelang senja mereka kerap mendengar suara-suara kera dari arah makam.Tapi sejujurnya diakui oleh masyakarat Pataruman,Banjar,tempat ini gak pernah keliatan ada kera ataupun monyet yang melintas didaerah sini.Tapi dari bisik-bisik masyarakat,suara itu berasal dari kera siluman yang menjaga makam keramat tersebut.


Udah jadi rahasia umum kalau makam ini sebenarnya bukan cuma tempat keramat yang biasa diziarah oleh orang biasa.Tapi makam ini adalah tempat pemujaan bagi orang-orang yang pengen kaya mendadak.Desas-desus itu pula mengdarkan kabar bahwa siapapun yang ingin kaya dalam waktu relatif singkat bisa dateng dan kongkow dimakam ini.TApi mendadakan kekayaan cepat bukan tanpa resiko.Ditempat ini memang mendatangkan kaya mendadak tapi sebagai konsekuensinya setelah orang itu mati dia harus jadi budak dinegeri siluman monyet.

Sepintas tempat ini emang keliatan biasa-biasa aja,tapi siapa sangka ternyata orang yang datang berasal dari ekonomi yang sangat mendesak.Mereka rela mengabdikan seumur hidup mereka buat jadi budak dinegri siluman,Bukan cuma itu aja kalau semasa hidup mereka melanggar peraturan maka wujud mereka akan nampak seperti monyet.Mereka gak boleh memanjat atau menaiki sesuatu yang ukurannya lebih tinggi dari tubuh mereka,Kalo gak? maka bokong ,tangan,wajah bahkan seluruh tubuh akan tumbuh bulu dan napak persis seperti kera hanya saja berukuran manusia dan bertingkah layaknya manusia.

Dari keterangan masyarakat sesungguhnya suara-suara yang mereka dengar saat menjelang maghrib atau subuh adalah suara manusia pemuja monyet yang telah mati.menurut warga setempat 'Mereka tersiksa dialam siluman'.



FULL STORY >>

Filosofi Leak Ngendih di Bali

Bentuk Endih Leak

Leak merupakan suatu ilmu kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali.


Pada zaman sekarang ini orang bertanya-tanya apa betul leak itu ada?, apa betul leak itu menyakiti?

Secara umum leak itu tidak menyakiti, leak itu proses ilmu yang cukup bagus bagi yang berminat.

Karena ilmu leak juga mempunyai etika-etika tersendiri.

Filosofi Leak Ngendih di Bali

Tidak gampang mempelajari ilmu leak.

Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk mempelajari ilmu leak.

Di masyarakat sering kali leak dicap menyakiti bahkan bisa membunuh manusia, padahal tidak seperti itu.

Ilmu leak juga sama dengan ilmu yang lainnya yang terdapat dalam lontar-lontar kuno Bali.

Dulu ilmu leak tidak sembarangan orang mempelajari, karena ilmu leak merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan dari musuh.

Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya.

Tujuannya untuk sebagai ilmu pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar.

Orang-orang yang mempelajari ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang rahasia.

Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari.

Namun zaman telah berubah otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya.

Namun esensinya sama dalam penerapan.
Yang jelas ilmu leak tidak menyakiti.

Yang menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif, khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri hati, ingin lebih unggul, ilmu inilah yang disebut pengiwa.

Ilmu pengiwa inilah yang banyak berkembang di kalangan masyarakat seringkali dicap sebagai ilmu leak.

Seperti yang dikatakan diatas leak itu memang ada sesuai dengan tingkatan ilmunya termasuk dengan endih leak.

Endih leak ini biasanya muncul pada saat mereka lagi latihan atau lagi bercengkrama dengan leak lainnya baik sejenis maupun lawan jenis.

Munculnya endih itu pada saat malam hari khususnya tengah malam.

Harinya pun hari tertentu tidak sembarangan orang menjalankan untuk melakukan ilmu tersebut.

Mengapa ditempat angker?

Ini sesuai dengan ilmu leak dimana orang yang mempelajari ilmu ini harus di tempat yang sepi, biasanya di kuburan atau di tempat sepi.

Endih ini bisa berupa fisik atau jnananya (rohnya) sendiri, karena ilmu ini tidak bisa disamaratakan bagi yang mempelajarinya.

Untuk yang baru-baru belajar, endih itu adalah lidahnya sendiri dengan menggunakan mantra atau dengan sarana.

Dalam menjalankan ilmu ini dibutuhkan sedikit upacara.

Sedangkan yang melalui jnananya (rohnya), pelaku menggunakan sukma atau intisari jiwa ilmu leak.

Sehingga kelihatan seperti endih leak, padahal ia diam di rumahnya. Yang berjalan hanya jiwa atau suksma sendiri.

Bentuk endih leak ini beraneka ragam sesuai dengan tingkatannya.

Ada seperti bola, kurungan ayam, tergantung pakem (etika yang dipakai).

Ilmu ini juga memegang etika yang harus dipatuhi oleh penganutnya.

Filosofi Leak Ngendih di Bali

Endih leak ini tidak sama dengan sinar penerangan lainnya, kalau endih leak ini biasanya tergantung dari yang melihatnya.

Kalau yang pernah melihatnya, endih berjalan sesuai dengan arah mata angin, endih ini kelap-kelip tidak seperti penerangan lainnya hanya diam.

Warnanya pun berbeda, kalau endih leak itu melebihi dari satu warna dan endih itu berjalan sedangkan penerangan biasanya warna satu dan diam.

Karena endih leak ini memiliki sifat gelombang elektromagnetik mempunyai daya magnet.

Ilmu leak tidak menyakiti.

Orang yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas.

Bersikap sewajarnya saja.

Kalau takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan.

Endih ini tidak menyebabkan panas.

Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda.

Endih leak bersifat niskala, tidak bisa dijamah.

Leak Shoping di Kuburan


Pada dasarnya, ilmu leak adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. Dalam aksara Bali tidak ada yang disebut leak.

Yang ada adalah “liya, ak” yang berarti lima aksara (memasukan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu).

Filosofi Leak Ngendih di Bali

Lima aksara tersebut adalah Si, Wa, Ya, Na, Ma.
- Si adalah mencerminkan Tuhan
- Wa adalah anugrah
- Ya adalah jiwa
- Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan
- Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa

Kekuatan aksara ini disebut panca gni (lima api). Manusia yang mempelajari kerohanian apa saja, apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura).

Cahaya ini keluar melalui lima pintu indria tubuh yakni telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.

Pada umumnya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut. Sehingga apabila kita melihat orang di kuburan atau tempat sepi, api seolah-olah membakar rambut orang tersebut.

Pada prinsipnya, ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang. Yang dipelajari adalah bagaimana mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut.

Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo. Kata ngelekas artinya kontaksi batin agar badan astra kita bisa keluar. Ini pula alasannya orang ngeleak.

Apabila sedang mempersiapkan puja batinnya disebut angeregep pengelekasan. Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut endih.

Bola cahaya melesat dengan cepat. Endih ini adalah bagian dari badan astral manusia (badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu)

Di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain. Jangan salah, dalam dunia pengeleakan ada kode etiknya.

Sebab tidak semua orang bisa melihat endih. Juga tidak sembarangan berani keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan mendesak.

Peraturan yang lain juga ada seperti tidak boleh masuk atau dekat dengan orang mati. Orang ngeleak hanya shoping-nya di kuburan (pemuwunan).

Apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya.

Begini bunyi doa leak memberikan berkat : ong, gni brahma anglebur panca maha butha, anglukat sarining merta. mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita dadi manusia mahatama. ong rang sah, prete namah.

Sambil membawa kelapa gading untuk dipercikan sebagai tirta. Nah, di sinilah ada perbedaan pandangan bagi orang awam. Dikatakan bahwa leak ke kuburan memakan mayat, atau meningkatkan ilmu.

Kenapa harus di kuburan? Paham leak adalah apa pun status dirimu menjadi manusia, orang sakti, sarjana, kaya, miskin, akan berakhir di kuburan.

Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat tersuci selain di kuburan. Kenapa demikian?

Di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit.

Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang menyeramkan. Ini disebabkan karena kita jarang membuka lontar tatwaning ulun setra.

Sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang paling baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa.

Sang Buda Kecapi, Mpu Kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan.

Di Jawa tradisi ini disebut tirakat.

Leak juga mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada tujuh tingkatan leak.

Leak barak (brahma).

Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Leak bulan, leak pemamoran, leak bunga, leak sari, leak cemeng rangdu, leak siwa klakah.

Leak siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.

Filosofi Leak Ngendih di Bali
Setiap tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecele, ketika emosinya labil.

Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan.

Sama halnya seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi sangat penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.

Selama ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit, atau aji ugig bagi sebagian orang.

Padahal ada aliran yang memang spesial mempelajari ilmu hitam disebut penestian. Ilmu ini memang dirancang bagaimana membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam.

Ada pun caranya adalah dengan memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia bereaksi.

Emosi itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji penangkeb, aji pengenduh, aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan kiri).

Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan energi dari belahan badan kiri.

Pengiwa banyak menggunakan rajah-rajah (tulisan mistik). Juga pintar membuat sakit dari jarak jauh, dan dijamin tidak bisa dirontgent di lab.

Yang paling canggih adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan pengeleakan. Apabila perang, beginilah bunyi mantranya, ong siwa gandu angimpus leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan segara gni…bla…bla.

Ilmu Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai pelestarian budaya Hindu di Bali dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih datanglah pada hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.

oleh: Adang Suprapto

http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=10

FULL STORY >>