Epochtimes.co.id. Sewaktu penulis masih menetap di China, sempat  memberikan jasa peramalan nasib gratis kepada berbagai kalangan  masyarakat. Namun ada sebuah pertanyaan yang paling mereka ragukan:
 Orang yang lahir pada tahun, bulan, tanggal dan  jam yang sama, apakah memiliki nasib yang sama? Makna di balik  pertanyaan ini, jika tidak sama, maka ramalan nasib itu sama saja  bohong. Setelah penulis menetap di luar negeri, juga seringkali  menjumpai pertanyaan ini.
 Sebenarnya mereka tak bisa disalahkan apabila  masih terdapat keraguan semacam ini, karena bentuk penggabungan Ba Zi  (suatu metode China kuno dalam meramal nasib seseorang)  keseluruhannya hanya berjumlah 510.000 macam. Sedangkan manusia yang  hidup saat ini ada beberapa miliar jiwa. Mungkinkah beberapa miliar  manusia hanya memiliki 510.000 macam nasib?  Inilah salah satu alasan  untuk menentang ramalan nasib.   
 Kitab China kuno Liang Xi Man Zhi, karya  Fei Gun dari zaman Dinasti Song (960-1279) mengatakan, “Dua jam terlahir  1 orang, dalam satu hari terlahir 12 orang, dihitung selama 1 tahun,  hanya melahirkan 4.320 orang. Dihitung dengan satu anak Jia, hanya ada  jiwa sebanyak 518.480 saja. Kini, orang dalam satu provinsi tidak kurang  dari jutaan, maka orang yang tahun, bulan, tanggal dan jam kelahirannya  sama, pasti banyak, lalu mengapa terjadi perbedaan kaya-miskin?” 
 Penghitungan ini secara permukaan sepertinya  sangat beralasan, akan tetapi apabila ditelusuri lebih jauh, sebetulnya  semacam pandangan mekanis yang sederhana. Jangan dibahas dulu tentang  kompleksnya jiwa umat manusia. Dalam alam semesta semua makhluk memiliki  jiwa dan hukum perkembangan yang terpasang dari dalam. Tak peduli  apakah itu pohon pir, jeruk, gandum, dan lain-lain, mereka semuanya  memiliki sifat laten yang tidak sama dan hukum perkembangan (yang  terprogram) dari dalam.  
 Misalnya pohon pir pada musim semi tunas dan  berbunga, pada musim kemarau daunnya bertambah lebat, pada musim gugur  berbuah, pada musim dingin tanpa daun, hingga ke musim semi tahun  berikutnya bertunas lagi, hukum perubahan semacam ini digerakkan oleh  nasib laten sejarah itu sendiri.  
 Ambil saja contoh kehidupan manusia, dengan tipe  tertentu, pada masa remajanya lancar, menginjak umur pertengahan makmur,  pada usia lanjut melemah, inilah ciri khas terbentuknya nasib manusia  tipe semacam ini. Namun sama-sama pohon pirnya, tunas dan waktu  berbunganya pada musim semi tidak mesti sama. Ada pohon pir yang mungkin  waktu tunas dan berbunganya lebih dini, kadangkala bisa lebih lambat  sedikit. Disinilah letak hubungan dan pengaruh dengan faktor musim  (ketepatan iklim alam semesta/Tian Shi), geografi (karunia bumi/Di  Li) dan manusia (keharmonisan manusia/Ren He). 
 Misalnya musim pada tahun tertentu, musim seminya  datang lebih dini, maka pohon pir pada tahun tersebut, waktu tunas dan  berbunganya pada sedikit lebih dini. Inilah pengaruh dari faktor musim.   Selanjutnya, pohon pir di halaman belakang rumah tertentu, ditanam pada  posisi menghadap matahari, dari pagi hingga petang terus terkena sinar  matahari, maka ia memperoleh kelebihan posisi geografi, bisa jadi masa  tunas dan berbunganya lebih dini. Sebaliknya, pohon pir di suatu rumah  terletak pada sudut yang gelap, dari pagi hingga petang jarang terkena  sinar matahari, maka pohon pir tersebut masa tunas dan berbunganya agak  lambat. Inilah pengaruh dari letak geografi (negatif).    
 Selain itu, ada orang yang merawat pohon pir di  halaman belakangnya dengan baik, pemotongan dahan dan penggunaan  pupuknya tepat waktu, dengan sendirinya pohon pir tersebut tumbuh dengan  baik dan kuat. Sedangkan pohon pir di halaman belakang seseorang  diabaikan, dibiarkan tumbuh sendirinya, tentu saja tumbuhnya tidak  ideal. Dari sini terlihat, sama-sama pohon pir, namun di bawah pengaruh  perbedaan faktor musim, geografi dan manusia, maka pertumbuhan pasca  kelahirannya terwujud berbagai macam perbedaan.   
 Tetapi kita tidak bisa karena perbedaan ini lantas  mengingkari eksistensi hukum laten pada pohon pir dalam  pertumbuhannya.  Seperti pohon pir milik si A berbunga pada akhir Maret,  sedangkan pohon pir si B pada awal April. Oleh karena perbedaan waktu  berbunganya lantas kita mengingkari eksistensi hukum alam (laten) bahwa  pohon pir bertunas dan berbunga pada musim semi, serta berbuah pada  musim gugur. 
 Kita ambil contoh kehidupan manusia. Meskipun umat  manusia hanya mempunyai 518.000 macam pola kehidupan, tetapi seiring  perbedaan faktor musim, geografi dan manusia dari setiap kelahiran  manusia, maka menghasilkan variasi triliunan pengalaman dan perbedaan  dari orang yang berbeda.  
 Walaupun pengalaman orang berjumlah triliunan itu  tidak sama, tetapi perkembangan kehidupan itu, masih mengikuti karakter  hukum tertentu yang bisa dilacak.  Apabila perkembangan kehidupan setiap  orang dilukiskan dan ditampilkan dengan sebuah grafik kehidupan, maka  manusia yang lahir pada tahun, bulan, hari dan jam yang sama, grafik  perkembangan kehidupan mereka dipastikan bakal ada kemiripan, meskipun  unsur luar dari pengalaman dan detailnya tidak akan sama. 
 Perwujudan yang ditampilkan dari salah satu orang  tersebut, sewaktu muda belum berezeki, pada usia pertengahan baru agak  membaik, usia lanjut baru dapat menikmati ketentraman dan kemakmuran.  Sedangkan satunya lagi, bisa mengalami perjalanan yang sama, meskipun  situasi mereka tumbuh berlainan.
 Misalnya orang pertama pada masa remajanya belum  berezeki, sejak kecil terpaksa bekerja keras karena keluarganya miskin.  Sampai usia pertengahan baru memperoleh peluang membangun usahanya  sendiri. Pada usia lanjut baru tenteram dan sukses. 
 Sedangkan orang kedua, pada masa remaja  peruntungannya tidak baik, berwujud pada lemah fisik dan banyak  penyakit, bekerja apapun tidak berhasil.Sampai usia pertengahan  kesehatannya membaik, dalam berbagai bidang sesuai dengan  pengharapannya. Usia lanjut malah nampak segar, seolah semakin muda  saja.  
 Bukankah di dalam kehidupan terdapat banyak contoh  semacam ini?  Itulah sebabnya ketika membentang pengalaman mendasar  dari kedua orang tersebut, menelaah dari hal yang abstrak misalnya  perkembangan grafik kehidupan mereka. Dengan menggunakan perbandingan  kehidupan mereka dari awal hingga akhir, akan sangat mirip. Inilah  tujuan yang hendak dicapai oleh peramalan nasib.  Menggunakan cara  matematis dalam peramalan, tak mungkin bakal memperoleh ketepatan 100%,  sudah terbilang lulus jika mencapai 70% tepat. 
 Karena dampak berbagai ketiga faktor tersebut,  mustahil kalau (peramal) bisa menghitung tuntas sampai ke detail,  kecuali bagi yang memelihara roh negatif (futi, makhluk yang  merasuk) dan mengandalkannya meneliti untuknya dari dimensi lain. Namun  biasanya hanya cocok untuk kehidupan lampau. Sedangkan untuk hal yang  belum terjadi, roh itu pada dimensi lain juga tak mampu melihatnya,  karena kejadian pada masa akan datang belum muncul.   
 Untuk menjelaskan nasib berpola sama seperti apa  yang menerima dampak ketiga faktor tersebut, saya ambilkan contoh daftar  pola kaya/miskin. Orang yang sejak lahir sudah termasuk kategori kaya, Ba  Ji -nya selaras, maka itu nasibnya sudah memiliki takdir-berharta  yang terpendam. 
 Menurut penuturannya, ketika ia berusia 6-7 tahun,  ia sudah mengerti bagaimana memperoleh uang jajan dari hasil mencari  keuntungan. Buku cerita anak-anak yang biasanya ia simpan, disewakan di  dekat sekolahnya. Ia mendapat keuntungan uang sewa sebesar 1 sen per  buku. Disini dapat terlihat bakat terpendam pola-berharta dari nasibnya  yang sangat peka terhadap harta-benda. Terhadap urusan bisnis, ia sudah  memiliki bakat alami, sudah terlihat jelas sejak kecil. 
 Namun bakat terpendam semacam ini, jika situasi  pasca kelahiran tidak memungkinkan ia mengembangkannya dengan maksimal,  ia juga tidak mungkin menjadi konglomerat seperti sekarang ini. Seperti  sebuah biji bunga Matahari, apabila menanamnya di tempat yang tidak  terkena sinar matahari (faktor geografi), ia tidak akan mampu  mengembangkan bakat terpendamnya, yakni “menghadap matahari” dengan  maksimal.   
 Benarkah di China pada masa sebelum reformasi  (ekonomi) selama rentang waktu 30 tahun (1949-1979, masa berkuasanya  rezim komunis), tidak memiliki orang bernasib menjadi hartawan?    Dipastikan tidak benar. Maka kenapa sebelum 1979, belum pernah muncul  keluarga yang berpenghasilan diatas 10.000 Yuan di China? 
 Ini dikarenakan faktor musim dan situasi tidak  memberikan peluang pada orang-orang bernasib kaya untuk mengembangkan  kelebihan yang terpendam di dalam takdirnya. Paling-paling awal tahun ia  akan mengalami keberuntungan, kondisi ekonominya mengalami perbaikan,  atau naik pangkat dan kenaikan gaji, atau penghargaan dari pabrik cukup  banyak, hal-hal lain berjalan dengan lancar, namun mutlak tidak akan  terlahir seorang hartawan dengan harta melimpah.   
 Dari sini dapat terlihat, benih dengan nasib yang  sama, tetapi oleh karena pengaruh faktor musim, geografi dan manusia,  bisa saja lantas berubah menjadi hasil akhir yang berbeda. (Tai  Yuan/The Epoch Times/whs)