Kota Negeri Dongeng

Senin

Apakah Anda pernah ingin pergi ke negeri dongeng? Ngiri dengan kehidupan para Hobbit atau Harry Potter? Atau tercengang-cengang dengan keistimewaan negeri padang pasir dalam Star Wars? Tempat-tempat ini akan membuat anda bingung apakah anda baru saja melangkah ke negeri sihir dan fantasi. Dengan alam yang tidak biasa, pemandangan yang tidak nyata serta arsitektur negeri dongeng… tempat-tempat ini akan membuat anda masuk ke dunia yang tidak anda kenal…

1. COLMAR, PERANCIS


Daerah Colmar di Perancis telah dinyatakan sebagai kota yang paling indah di Eropa, seakan baru keluar dari negeri dongeng. Kota Kecil di Alsace ini terkenal bukan hanya karena arsitektur kota tuanya yang berwarna warni. Colmar, terletak di jalur Wine (anggur) Alsatian, disebut sebagai “Pusat Alsatian Wine”. Kota ini mempunyai iklim yang hangat dan kota terkering kedua di Perancis tentu saja merupakan kota ideal untuk perkebunan anggur.

Seolah-olah sebagai Ibu Kota Anggur tidak cukup sebagai sebutannya, Colmar, dengan bangunan, taman, air mancur dan kanal-kanal-nya disebut sebagai “Venesia Kecil” (La Petite Venise). Kota ini juga merupakan kota kelahiran dari Frédéric Bartholdi yang merupakain desainer Patung Liberty yang terkenal di New York juga kota dari pelukis Martin Schongauer.


2. PULAU FAROE


Ga ada yang akan nyalahin agan kalau agan mengira dari pertama kali melihat bahwa pulau ini memang dihuni para Hobits dan Elves dari “The Lord Of The Rings”. Pulau ini berlokasi di antara Iceland dan Norwegia, di tengah-tengah Gulf Stream pada Samudra Atlantik Utara. Terdiri dari 18 pulau, Pulau Faroe benar-benar adalah sebuah rumah dari pemandangan indah dan dramatic dari puncak Volkanik serta ombak samudra yang menghantam garis pantainya yang berbatu-batu. Pulau ini benar-benar sangat magis serta misterius dengan pemandangannya yang membuat kita terbawa jauh ke dalam dunia fantasi daripada dunia nyata.


3. KASTIL NEUSCHWANSTEIN, JERMAN


Kalau agan berpikir bahwa ini adalah Istana Disneyland, Agan super salah meskipun ane gak bisa nyalahin agan karena memang istana ini terlihat seperti dihuni Putri-putri cantik berambut emas. Pada kenyataannya adalah Neuschwanstein Castle ini lebih nyata daripada yang Agan pikirkan. Dikontruksi pada sebuah bukit pada abad ke 19 untuk Ludwig II, namun isi dari kastil sangatlah revolutioner pada waktu itu: bangunan ini mempunyai air yang mengalir terus menerus dengan toilet yang otomatis flushing di setiap lantainya serta system penghangat (yang di jaman itu sudah sangat MEWAH banget, gan). Saat ini, Neuschwanstein terletak di perhentian utama perjalanan romantic, menyusuri sejarah Bavaria dengan kota-kota dan kastil-kastilnya yang melegenda.


4. CAPPADOCIA, TURKI


Jika memang ada sebuah dongeng tentang negeri magis yang berdasar dari tanah liat, dan pasti tempatnya berasal dari Cappadocia. Daerah yang terkenal ini terlenak di tengah Turki dan sangat terkenal untuk kerajinan pot serta formasi batu yang unik dimana para rakyat zaman dahulu mengukir rumah mereka dan gereja di batu-batu tersebut. Daerah ini juga terkenal untuk batu aneh dengan formasi yang disebut “Cerobong Peri” yang bisa ditemukan dalam berbagai bentuk seperti Cone, jamur, kolom dan batu lancpi. Tradisi tanah liat dan keramik di Turki merupakan kerajinan paling tua di dunia yang bermula dari abad ke 8.


5. HOI AN, VIETNAM


Jika anda sudah pernah ke Vietnam, ane rasa Agan ga akan melewatkan Hoi An. Kota kecil yang sangat penuh warna, magis serta luar biasa indah ini adalah lebih seperti rumah bagi lentera sutra. Terletak di pantai Laut Cina Selatan, kota ini pada dulunya merupakan pelabuhan penting dan pusat perdagangan. Saat ini, banyak traveler dan backpacker menemukan negeri dongeng pada kota ini dan tidak bisa mengalihkan diri dari pesonanya. Atmosfir Hoi An merupakan sebuah gabunganyang indah dari keramahan para penduduknya serta arsitektur-nya yang seperti keluar dari Negeri dongeng, dan tidak heran kalau kota ini menjadi salah satu kota tujuan paling diincar di Asia Tenggara.


6. GREENLAND


Tidak tersentuh, terpencil dan sulit dijangkau, Greenland adalah sebuah alam liar dimana banyak jalan yang belum ada, pemandangan yang belum terjamah dan tentu saja membuat agan menganga. Dengan tidak adanya pohon, jalan dan serta hampir tidak ada orang, pulau ini tentu saja membuat agan berpikir lebih banyak diisi oleh Dwarf daripada manusia. Meskipun dingin, Greenland adalah sebuah tempat yang tidak terlupakan dengan auroranya yang magis dan rumah-rumahnya yang berwarna-warni.


7. VENICE, ITALY


Venesia sangat sulit ditandingi. Arsitektur yang membuat kita menganga, kanal-kanal yang unik serta percampuran dari pemandangan fantastis dan atmosfir luar biasa adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh sembarang tempat. Venesia seperti diimpor dari dimensi lain meskipun Koran New York Time mendeskripsikannya sebagai “Tidak diragukan sebagai kota paling indah yang dibangun oleh manusia.” Terletak sepanjang 117 pulau kecil, Venesia mempunyai 455 jembatan, ratusan kanal dimana gondola romantic mengayuh perahu mereka melalui kota. Tentu saja ini adalah rumah dari Karnival venesia yang terkenal, Venice Biennale dan the Venice Film Festival. Gimana gan? Siap-siap bawa calon-nya kesini, langsung ane jamin diterima lamarannya


8. KATHMANDU, NEPAL


Indah dan Spiritual, ibukota Nepal, Kathmandu, benar-benar sebuah tempat magis bagi Agan. Dikelilingi oleh gunung-gunung besar, kota ini diisi dengan atmosfir indah, suara dan wangi eksotis dan kuil-kuil yang membuat agan terkagum-kagum. Meskipun Kathmandu adalah kota terbesar di Negara tersebut, kota ini memelihara aura fantasi dari kuil-kuil kuno, altar serta arsitektur tradisitonal. Nampaknya tidak sia-sia Katmandu dipanggi “Tanah Para Dewa”dikarenakan Kathmandu tidak terlihat seperti berada di dunia.


9. HUTAN BAMBU, JEPANG


Meskipun berlokasi di Kyoto, Jepang dan tidak berhubungan dengan film, pemandangan Hutan Bambu menyerupai latar di film Crouching Tiger, Hidden Dragon or House of Flying Daggers. Tidak heran kalau agan-agan membayangkan jadi Samurai dan berkelana di hutan ini dengan pedang agan. Hutan ini adalah sebuah contoh dari beratus-ratus hutan yang mengagumkan di Asia Tenggara. Bambu memang memainkan sebuah peran penting dalam budaya asia- sebagai lambang dari umur panjang di Cina, symbol persahabatan di India dan di Jepang, banyak kuil Shinto dikelilingi oleh hutan Bambu – dianggap sebagai penghalang suci untuk menghalau roh jahat.


10. SINTRA, PORTUGAL


Portugal mungkin terkenal dengan sepak bolanya untuk agan. Tapi siapa sangka Portugal mempunyai puteri-puteri yang berkeliaran di kota Sintra. Semua orang yang mengunjungi kota magis ini, terletak tidak terlalu jauh dari Lisbon, dapat melihat keindahannya. Istana Perrna, the Castelo dos Mouros (Kastil The Mouro), dan Palácio Nacional de Sintra (Istana Nasional Sintra) adalah tiga istana di kota itu yang sangat menakjubkan. Juga jangan lupa perhitungkan bahwa Pergunungan Sintra merupakan taman yang paling besar di Lisbon juga menambahkan pesona misterius kota ini.

http://pangkalan-unik.blogspot.com/2011/08/10-negeri-dongeng-yang-ada-di-dunia.html

FULL STORY >>

Pemegang Kunci Ka'bah

Boleh jadi posisi inilah yang diimpikan banyak umat Islam, yakni sebagai pemegang kunci Ka’bah. Maklum saja, jabatan itu diberikan langsung oleh Nabi Muhammad setelah menguasai Makkah ketika itu.


Setelah menghancurkan semua berhala dalam Ka’bah dan bangunan itu dimandikan, Nabi Muhammad lantas menyerahkan kunci-kunci pintu Ka’bah kepada Usman bin Taha dan Shaibah, sepupu Usman. “Kunci ini akan tetap Anda pegang hingga hari kiamat,” kata Nabi.

Saat ini, kunci Ka’bah itu dipegang oleh keturunan Shaibah, yakni Syekh Abdul Qadir bin Taha al-Shaibi. Ia bertanggung jawab untuk membuka dan menutup pintu Ka’bah serta mencuci bangunan yang dibuat oleh Nabi Ibrahim itu. “Kunci-kunci ini harus dipegang oleh anggota tertua keluarga, jadi bisa saja ke sepupu saya,” kata Syekh Abdul Qadir.

Ia mengatakan Ka’bah dimandikan dua kali saban tahun, yakni pada 15 Muharam dan permulaan bulan Sya’abn. Acara ini biasanya dihadiri oleh raja Arab Saudi atau Emir Makkah Pangeran Khalid al-Faisal, dan para pejabat senior.

Syekah Abdul Qadir mengatakan lantai Ka’bah dari granit berwarna putih dan sebagian dindingnya juga dilapisi granit. Di dalamnya terdapat sebuah hijab berwarna hijau, emas, perhiasan, dan pintu Tobat. Pintu ini terbuat dari emas dan menuju kea tap Ka’bah.

Ia mengungkapkan di dalam Ka’bah terdapat sebuah ubin berwarna gelap yang meruipakan tempat Nabi Muhammad meletakkan kepalanya ketika letih. Terdapat pula sejumlah lampu dari zaman Kekaisaran Ottoman terbuat dari tembaga, perak, dan gelas berhiaskan ayat-ayat Al-Quran.

Syekh Abdul Qadir menjelaskan kain penutup Ka’bah (Kiswah) awalnya dibuat di Mesir. Namun setelah kerajaan Arab Saudi berdiri, raja pertama Abdul Aziz membuat pabrik yang memproduksi Kiswah.
Ia menyebutkan tempat tinggal pemegang kunci Ka’bah tadinya di Gunung Safa, dekat Masjid al-Haram. Namun setelah dibongkar akibat proyek perluasan masjid, kediaman Syekh Abdul Qadir dipindah ke kawasan Aziziyah, letaknya lebih jauh dari Ka’bah.

Ia berharap pemerintah memberikan rumah yang jaraknya dekat dengan Ka’bah. “Tahun ini saya menyewa sebuah kamar hotel agar bisa dekat ke Ka’bah. Kami biasa tinggal dekat Ka’bah dan tidak ingin jauh,” ujarnya.

http://pangkalan-unik.blogspot.com/2011/08/inilah-pemegang-kunci-kabah.html

FULL STORY >>

Wa’ilah, Isteri Nabi Luth

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth menjadi perumpamaan bagi orang-orang yang ingkar. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di antara hamba-hamba Kami, lalu kedua isteri itu berkhidmat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya).” Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (At-Tahrim: 10)

Dalam perjalanan hidup seorang nabi, apabila ia mendapati kebenaran yang datang dari Allah, keluarga terdekatnyalah yang terutama mesti ia seru terlebih dahulu. Orang yang paling dekat dengannya tentu saja memperoleh kesempatan paling besar untuk menerima seruannya. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan isteri Nuh dan anaknya. Meskipun keduanya adalah orang-orang yang paling dekat dengan beliau, mereka termasuk golongan yang ingkar akan kebenaran Allah dengan enggan beriman.

Begitu pula wanita yang satu ini, isteri salah seorang dari nabi Allah, yakni isteri Luth as. Luth adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah kepada kaumnya di Sadom, sebuah negeri besar yang mempunyai banyak kota, sedangkan penduduknya tenggelam dalam arus kemaksiatan. Rakyat Negeri Sadom ketika itu berserikat dan bahu-membahu dalam perbuatan dosa yang mengaibkan.

Nabi Luth diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya itu, termasuk kepada isterinya sendiri. Berkata Nabi Luth kepada mereka seraya mengingatkan: “Mengapa kamu melakukan perbuatan tercela itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun di dunia ini sebelummu? Kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita. Bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Al-A’raf: 80-81)

Memang, kaum Nabi Luth ketika itu berada pada tingkat kebinatangan yang paling rendah, kebejatan akhlak yang paling parah, dan tidak ada manusia seburuk mereka sebelumnya. Mendengar seruan Nabi Luth, seruan seorang nabi Allah yang juga pernah didengar oleh kaum-kaum lain sebelum mereka, rakyat Negeri Sadom merasa terusik kesenangannya. Mereka tidak tinggal diam setelah mendengar seruan kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Luth. Mereka terus berfikir, mencari jalan bagaimana agar Nabi Luth tidak dapat mengumandangkan seruannya kembali. Ketika, mereka tengah duduk berfikir, tiba-tiba datang seorang perempuan tua menghampiri mereka. Sebenarnya, sudah lama perempuan tua itu mendengar rencana kaum Luth itu, dan ia tersenyum bangga mendengar rencana itu.

“Akan kutunjukkan kepada kalian, suatu lubang yang dapat menghalangi seruan Luth,” ujar perempuan tua itu dengan wajah penuh keyakinan. “Lubang yang mana itu?” tanya mereka dengan keinginan yang penuh harap.

“Tidak akan kukatakan hal itu, kecuali aku mendapat sekeping perak sebagai upahnya,” sahut si perempuan tua.

Tak seorangpun dari keturunan kaum Luth itu yang merasa marah atau heran mendengar ucapan perempuan tua yang terkenal mata duitan dan sifat lobanya itu. Salah seorang dari mereka memasukkan tangannya ke dalam sakunya; kemudian mengambil sekeping perak dan diberikannya kepada perempuan tua itu. Dengan senyum kemenangan, perempuan tua itu cepat mengambil dan menyembunyikan kepingan perak itu di dadanya. “Kalian dapat membatalkan seruan Luth melalui isterinya!” Kata perempuan itu kemudian.

Terbelalaklah mata kaum Luth ketika mendengar ucapan itu. Mereka semakin mendekatkan telinga masing-masing ke mulut perempuan penipu itu dengan penuh harapan.

“Bagaimana caranya?” Tanya mereka serentak.

“Kalian harus bekerjasama dengan isteri Luth untuk menghentikan seruannya kepada kalian.”

Dengan kesal, salah seorang dari mereka berteriak. “Kami tidak ada urusan dengan isteri Luth!”

Dengan wajah marah, perempuan tua itu kembali berkata: “Aku lebih mengerti hal itu daripada kalian!”

“Kalau begitu,” sela salah seorang yang lain. “Apa peranan isteri Luth dalam hal ini?”

“Dengar baik-baik. Peranan isteri Luth sama seperti perananku bagi kalian sekarang ini,” jawabnya.

“Jadi, apakah kamu berharap agar isteri Luth dapat menunjuki kami, siapa orang-orang yang dapat memenuhi keinginan kami, sebagaimana yang engkau lakukan kini?” tanya salah seorang dari mereka. Dengan kedua mata yang bersinar, disertai kegembiraan haiwani, perempuan tua berlalu sambil bergumam, “Ya… ya…”

Isteri Nabi Luth sedang menyelesaikan sebahagian pekerjaannya ketika terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Segera ia berlari, membukakan pintu. Dan seorang perempuan tua tiba-tiba berada di hadapannya. Dengan tergopoh-gopoh perempuan tua itu lalu berkata: “Hai, anakku, adakah seteguk air yang dapat menghilangkan dahaga yang kurasakan ini?”

“Silakan masuk dahulu,” jawab Wa’ilah, isteri Nabi Luth, dengan lembut.” Akan kuambilkan air untukmu.”

Perempuan tua itu kemudian duduk menunggu, sementara Wa’ilah masuk ke dapurnya. Tak lama kemudian, Wa’ilah kembali dengan membawa bekas yang penuh berisi air untuk tamunya itu. Dengan lahap, si perempuan tua segera meneguk habis air di bekas tersebut, dan kemudian melepas nafas dengan lega.

“Kami hidup bersama suamiku, Luth namanya, dan dua anak perempuanku,” jawab Wa’ilah.

Perempuan itu kemudian memalingkan wajahnya ke sekeliling rumah yang kecil itu, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya seakan-akan prihatin akan apa yang dilihatnya. Dengan wajah yang memperlihatkan kesedihan, perempuan tua itu berkata: “Aduhai, apakah kesengsaraan menimpamu, Anakku?”

“Aku tidak sengsara, bahkan rumah ini cukup bagi kami, dan aku mempunyai suami yang memberiku makan dan minum bersama kedua puteriku,” jawab Wa’ilah.

Perempuan tua penipu itu lebih mendekat kepada isteri Nabi Luth sambil berkata: “Dapatkah ruangan seperti ini disebut rumah? Dapatkah yang engkau teguk dan engkau rasakan ini disebut makanan atau minuman?”

Wa’ilah terpegun mendengar ucapan perempuan tuan itu. Dengan penuh keheranan, ia kemudian bertanya. “Kalau begitu, apa yang selama ini kumakan dan kuminum?”

Cepat-cepat perempuan tua itu berkata: “Panggillah aku dengan sebutan ibu. Bukankah kedudukanku seperti ibu saudaramu?” Kemudian ia menyambung lagi. “Sesungguhnya semua ini adalah kemiskinan dan kesengsaraan hidup yang membawa kemalangan bagimu, hai anakku. Mengapa kamu tidak masuk ke rumah orang-orang kaya di antara kaummu. Tidakkah kamu melihat kehidupan mereka yang penuh kemegahan, kesenangan, dan kenikmatan…? Kamu berparas cantik, hai anakku. Tidak layak kamu membiarkan kecantikanmu itu dalam kemiskinan hina begini. Tidakkah kamu sedari bahwa kamu tidak mempunyai anak lelaki yang dapat bekerja untuk memberimu makan kelak apabila suamimu meninggal dunia?”

Wa’ilah, isteri Nabi Luth, mendengarkan dengan saksama semua ucapan perempuan tua itu. Ya, ucapan itu telah membuatnya terlena sambil merenung atap rumahnya. Sesekali ia perhatikan perempuan tua yang semakin mengeraskan suaranya yang penuh nada kesedihan dan kedukaan. Dalam lamunannya itu, tiba-tiba Wa’ilah merasakan pelukan perempuan tua itu di bahunya.

Ketika perempuan tua itu menghentikan pembicaraannya, isteri Nabi Luth memandang kepadanya sambil berusaha meneliti kalimat-kalimat yang baru didengarnya. Tetapi si perempuan tua tidak memberinya kesempatan untuk berfikir, bahkan ia mulai menyambung pembicaraannya dengan berkata: “Hai, anakku, apakah yang dikerjakan suamimu? Bagaimana hubungannya dengan penduduk Negeri Sadom dan kampung-kampung kecil di sekelilingnya?

Sesungguhnya orang-orang di sini menginginkan sesuatu yang dapat menyenangkan hati mereka sesuai dengan yang mereka kehendaki. Dan sesuatu yang dicarinya itu dapat menjadi sumber penghasilan dan kekayaan bagi orang yang mahu membantu mereka. Lihatlah! Lihatlah, hai anakku, kepingan-kepingan emas dan perak ini! Sesungguhnya emas dan perak bagiku adalah barang yang mudah kuperolehi. Aku menunjukkan kepada kaumku beberapa lelaki berwajah `cantik’ yang datang dari kota. Sedangkan kamu… di rumahmu sering datang beberapa pemuda dan remaja lelaki kepada suamimu.

Ya, suamimu yang seruannya diperolok-olok oleh kaum kita. Pekerjaan semacam ini sebenarnya tidak memberatkan kamu. Suruhlah salah seorang puterimu menemui sekelompok kaum kita dan memberitahu mereka akan adanya lelaki tampan di rumahmu. Dengan demikian, engkau akan memperoleh emas atau perak sebagai hadiahnya setiap kali engkau kerjakan itu. Bukankah pekerjaan itu amat mudah bagimu? Dengan itu, engkau bersama puteri-puterimu dapat merasakan kenikmatan sesuai dengan apa yang kalian kehendaki.”

Sambil mengakhiri ucapannya, perempuan tua itu meletakkan dua keping perak di tangan Wa’ilah, dan kemudian segera keluar. Isteri Nabi Luth duduk sambil merenungkan peristiwa yang baru terjadi itu tentang keadaan pekerjaan yang dicadangkan oleh si perempuan tuan. Dan… ia kebingungan sambil berputar-putar di sekitar rumahnya. Suara perempuan tua itu masih terngiang-ngiang di telinganya, sementara di tangannya terselit dua keping perak. Wa’ilah dibayangi keraguan apakah sebaiknya ia terima saja saranan perempuan tua itu. Tetapi, apa yang akan dikatakan orang nanti tentang dirinya jika hal itu ia lakukan; bahwa isteri seorang yang mengaku sebagai Rasul Allah dan menyerukan kebajikan, ternyata, menolong kaumnya dalam melakukan kebatilan.

Tiba-tiba datang suara yang membisikkan ke telinganya: “Perempuan tua itu telah menasihatimu. Ia tidak mengharapkan sesuatu kecuali kebaikan dan kebahagiaan bagimu. Kamu tidak bertanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh kaummu. Dan lagi pekerjaan yang dicadangkan perempuan tua itu sama sekali tidak memberatkanmu. Kamu hanya memberitahu mereka tentang kedatangan tamu-tamu suamimu, Luth. Lekaslah… lekaslah… nanti akan kukatakan… lekas, supaya engkau memperoleh kekayaan dan kenikmatan… Cepatlah…!” Dan tiba-tiba, tanpa ragu-ragu, Wa’ilah berkata: “Baiklah, kuterima…”

“Kalau begitu, selamat kuucapkan kepadamu,” demikian Iblis membisikkan kepadanya.” Sesudah ini engkau akan merasakan kenikmatan di dalam kehidupanmu…”

Nabi Luth kembali kepada penduduk desa yang berada di sekitar Sadom untuk menyerukan kebenaran Ilahi sesuai dengan perintah Allah kepadanya. “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan tercela itu, yang belum pernah diperbuat oleh seorangpun di dunia ini sebelum kalian? Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah kaum yang melampaui batas.”

Perlawanan penduduk Sadom terhadap dakwah kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Luth kepada mereka membuat kesedihan dan kedukaan di hati Nabi Luth sendiri. Betapa kaumnya tidak mahu menerima kebenaran dan tidak menghendaki diri mereka bersih dari perangai yang hina dan merusakkan itu.

Hari demi hari berlalu. Setiap isteri Nabi Luth melihat beberapa lelaki datang ke rumahnya, ia segera memberi tahu kaumnya tentang hal itu dan setiap kali berita yang dibawanya sampai kepada kaumnya si perempuan tua datang kepadanya dengan membawa sepotong perak seraya berkata: “Jika engkau selalu menolong kami, nescaya engkau akan dapatkan terus sekeping perak, sementara suamimu tidak dapat menyeru kepadanya.” Wajah perempuan tua itu tertawa seperti tawa syaitan, kemudian pergi…

Sementara itu, seruan Nabi Luth kepada kaumnya tidak menambah apa-apa kecuali perlawanan dan kesombongan. Mereka tetap selalu berpaling dari ajakan suci itu. Bahkan mereka terus-menerus melakukan perbuatan keji tatkala Nabi Luth memperingatkan akan datangnya seksa Allah atas mereka apabila mereka tidak mahu berhenti dari kesesatannya. Mereka malah menentang Nabi Luth dengan berkata: “Datangkanlah kepada kami azab dari Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” Maka, Nabi Luth pun memohon kepada Allah, agar Allah menolongnya dari kaumnya.

Nabi Luth berdoa: “Ya, Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu.” (Al-Ankabut: 30) Allah memperkenankan doa Nabi Luth as, dan mengutus Jibril as. untuk membinasakan mereka. Jibril datang ke Negeri Sadom dengan menyerupai dua orang lelaki yang tampan. “Dia (Luth) merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka. Dan ia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit.” (Hud: 77)

Nabi Luth as. cemas memikirkan apa yang bakal diperbuat kaumnya jika mereka mengetahui kedatangan tamu lelaki yang berwajah `cantik’ di rumahnya. Bagaimana ia dapat mempertahankan dan memelihara mereka dari kemungkaran kaumnya? Ah, bukankah tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka, kecuali dia sendiri, dan kedua puterinya? Sebaliknya kedatangan kedua tamu Nabi Luth itu merupakan kesempatan bagi isterinya untuk menambah kepingan-kepingan perak yang biasa ia perolehi dari si wanita tua. Sekarang, ia harus mengutus seseorang kepada kaumnya untuk memberitahu mereka. Tetapi kedua puterinya sedang sibuk menyiapkan hidangan bagi kedua tamu ayahnya, atas perintah Nabi Luth. Karena keinginannya yang mendesak, isteri Luth akhirnya memberi isyarat kepada salah seorang puterinya untuk mendekat. Kemudian ia membiisikkan beberapa kalimat ke telinga anak perempuannya itu. Sesaat kemudian, sang puteri segera keluar rumah untuk memberitahu kaumnya, sebagaimana biasa.

Di tengah-tengah kerumunan orang ramai anak Nabi Luth melihat seorang perempuan tua melambaikan tangan sambil mengisyaratkan panggilan kepadanya. Segera ia mendekati perempuan itu dan memberitahu tentang dua lelaki tampan yang datang ke rumahnya.

Perempuan tua itu kemudian menyuruh ia cepat pulang, sementara kelompok lelaki menghampiri seraya bertanya: “Apakah yang terjadi? Apakah ada berita baru?” Wajah si perempuan tua menampakkan senyum tipuan sambil berkata: “Kali ini tidak kurang dari empat potong emas harus kuterima.”

Dengan bersemangat kaumnya bertanya: “Apakah yang terjadi? Apakah ada yang istimewa?”

Perempuan itu berkata kepada mereka, sementara ia membuka matanya lebar-lebar disertai syaitan. “Kalian akan memperoleh apa yang kalian kehendaki, iaitu dua orang lelaki yang berwajah `tampan’. Dengan wajah buas dan bernafsu, mereka bertanya dengan tidak sabar. “Di mana mereka? Di mana lelaki berwajah `tampan’ itu?

“Berikan harta kepadaku terlebih dahulu, barulah kuberi tahu kalian!” Katanya. Sebahagian dari mereka menyahut: “Wahai wanita tua, engkau yang tamak, tidak pernah kenyang!” Dan sebahagian yang lain berkata: “Inilah harta untukmu, tetapi cepat katakan, di mana lelaki yang berwajah `tampan’ itu?” Setelah tangannya menggenggam emas, berkatalah perempuan tua itu kepada mereka. “Mereka ada di rumah Luth…” Hampir-hampir kaumnya tidak mendengar ucapan perempuan tua itu dengan jelas. Tetapi, sesaat kemudian, mereka berlumba-lumba untuk segera datang ke rumah Nabi Luth. Masing-masing ingin memperoleh kepuasan dari dua lelaki `tampan’ yang ada di rumah Luth. Sesampainya mereka di sana, didapati pintu rumah Nabi Luth tertutup. Segeralah mereka mengetuk keras sambil berteriak. “Bukakan, Luth bukalah pintu-pintumu! Kalau tidak, kami terpaksa akan memecahkannya!” Isteri Nabi Luth mencuba menemui suaminya yang ternyata telah meninggalkan kedua tamunya di dalam kamar, sementara ia sendiri mendekati pintu rumahnya yang tertutup dan memisahkan dia dengan sekumpulan kaumnya. Isteri Nabi Luth mengintai dari balik tirai. Hatinya melonjak kegirangan. Sebentar lagi ia bakal memperoleh sepotong perak dari si perempuan tua, sesuai dengan kebiasaan yang telah berlangsung selama ini. Bahkan di samping itu, tanpa diketahuinya, ia mungkin bakal memperoleh pula sepotong emas sebagai bonus. Teriakan kaum Luth bertambah keras dan garang. Mereka tak sabar dan ingin memecah pintu agar dapat masuk dan menemui tamu-tamu Nabi Luth. Apakah yang akan dikatakan oleh Nabi Luth atas tindakan kebengisan yang diperbuat oleh naluri haiwan kaumnya yang rendah itu?

Nabi Luth pun berdiri terpaku; hanya pintu yang memisahkannya dari kaum durjana itu. Sesaat kemudian, Nabi Luth berkata kepada mereka demi menenangkan keadaan: “Hai, kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu. Maka, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku di hadapan tamuku. Tidak adakah di antaramu seorang yang dapat menbedakan baik dan buruk. Ya, orang-orang yang berakal ketika itu telah dihinggapi fikiran-fikiran hewan yang rendah, sehingga nafsu mereka sulit dibendung.

Luth kemudian kembali menegaskan permohonannya kepada kaumnya itu, sedangkan isterinya mengintip tidak jauh dari situ. Nabi Luth menawarkan kepada mereka untuk mengawini puteri-puterinya, tetapi dengan serentak mereka menjawab: “Sesungguhnya engkau telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.” Sampai di sini, dialog antara Nabi Luth dan kaumnya terputus. Nabi Luth kemudian berfikir, apakah yang akan ia lakukan jika kaumnya memecah pintu rumahnya dan masuk untuk melampiaskan nafsu syaitannya kepada dua orang tamunya. Ia berdiri kebingungan, sedangkan isterinya memandangnya dengan pandangan khianat. Tiba-tiba tamu Nabi Luth berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu; sekali-kali mereka tidak dapat mengganggu engkau.” Kalau begitu, tamu-tamu Nabi Luth adalah utusan-utusan Allah yang datang untuk menimpakan azab kepada penduduk Negeri Sadom yang berbuat kerusakan itu. Mendengar semua itu, isteri Nabi Luth merasa khuatir, karena ia akan gagal memperoleh harta yang selalu diingininya itu. Kebatilan dan pelakunya memang tidak akan pernah kekal, dan kini seksa sedang menghampiri mereka. Berkata utusan-utusan Allah itu kepada Nabi Luth: “Bukakan pintu, dan tinggalkan kami bersama mereka!”

Maka, Nabi Luth pun membuka pintu rumahnya. Isteri Nabi Luth merasa cemas tatkala melihat serombongan kaumnya menyerbu masuk dengan penuh kegilaan, dan segera menuju ke arah tamu-tamu Nabi Luth. Ketika itulah, Jibril menunjukkan kelebihannya. Ia mengembangkan kedua sayapnya dan memukul orang-orang durjana itu. akhirnya, mata mereka, tanpa kecuali, buta seketika. Dengan berteriak kesakitan, mereka semua menghendap-hendap dan bingung, kemana mereka harus berjalan. Bertanyalah Nabi Luth kepada Malaikat Jibril: “Apakah kaumku akan dibinasakan saat ini juga?” Malaikat Jibril memberitahu bahwa azab akan ditimpakan kepada kaum Nabi Luth pada waktu Subuh nanti. Mendengar itu, Nabi Luth segera berfikir, bukankah waktu Subuh sudah dekat. Jibril memerintahkan Nabi Luth agar pergi dengan membawa keluarganya pada akhir malam nanti. Semua keluarga Nabi Luth pada malam itu pergi bersamanya ke luar kota, kecuali Wa’ilah. Isterinya itu bukan lagi termasuk keluarganya yang beriman kepada risalah Allah yang dibawanya. Sebaliknya, Isteri Nabi Luth justeru telah membantu orang-orang yang berbuat kerosakan, dan ia harus menerima akibatnya. Maka, turunlah azab atas dirinya, bersama semua kaum Nabi Luth yang ingkar, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam Kitab Suci Al-Quran: “Maka, tatkala datang azab Kami, Kami balikkan (kota itu), dan Kami turunkan di atasnya hujan batu, (seperti) tanah liat dibakar bertubi-tubi. Diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan seksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” Maha Benar Allah lagi Maha Agung.

Sumber

FULL STORY >>

Kisah Qorun

Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.

Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”

Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh….”

Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.

Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”

PENYEBUTAN QARUN DALAM QURAN

Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah al-Qashash, satu kali dalam surah al-`Ankabut, dan satu kali dalam surah al-Mu’min.Penyebutan dalam surah al-`Ankabut pada pembahasan singkat tentang pendustaan oleh tiga orang oknum thagut, yaitu Qarun,Fir’aun, dan Haman, lalu Allah menghancurkan mereka.

“Dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (al-`Ankabut: 39-40)

Penyebutan dalam surah al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa a.s. kepada tiga orang thagut yang mendustakannya.”Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, `(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.’” (al-Mu’min:23-24)

Sumber

FULL STORY >>

Tentang Taubat

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah menerima taubatnya orang itu.” (Riwayat Muslim)

Allah berfirman : "Wahai Daud, pengaduan orang yg berdosa (lalu bertaubat) lebih Aku sukai dari teriakan orang yg beribadat"

Orang yg bertaubat itu kekasih Allah&orang yg bertaubat itu spt org yg tdk mempunyai dosa. | HR. Ibnu Majah

Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang2 yg taubat dan menyukai orang2 yg mensucikan diri. | QS Al Baqarah

Sesungguhnya kebaikan2 itu membersihkan kejahatan2 sebagaimana air membersihkan kotoran. | HR Abu Na'im

“Andaikata seorang anak Adam – yakni manusia – itu memiliki selembah emas, ia tentu menginginkan memiliki dua lembah dan samasekali tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah – yaitu setelah mati – dan Allah menerima taubat kepada orang yang bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu membentangkan tanganNya – yakni kerahmatanNya -di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang dan juga membentangkan tanganNya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat – yakni di saat hampir tibanya hari kiamat, kerana setelah ini terjadi, tidak diterima lagi taubatnya seseorang.” (Riwayat Muslim)

Dari Abu Nujaid (dengan dhammahnya nun dan fathahnya jim) yaitu lmran bin Hushain al-Khuza’i radhiallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang wanita dari suku Juhainah mendatangi Rasulullah s.a.w. dan ia sedang dalam keadaan hamil karena perbuatan zina.
Kemudian ia berkata: “Ya Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu perbuatan yang harus dikenakan had – hukuman – maka tegakkanlah had itu atas diriku.” Nabiyullah s.a.w. lalu memanggil wali wanita itu lalu bersabda: “Berbuat baiklah kepada wanita ini dan apabila telah melahirkan – kandungannya, maka datanglah padaku dengan membawanya.”
Wali tersebut melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bayinya lahir – lalu beliau s.a.w. memerintahkan untuk memberi hukuman, wanita itu diikatlah pada pakaiannya, kemudian dirajamlah. Selanjutnya Beliau s.a.w. menyembahyangi jenazahnya.
Umar berkata pada beliau: “Apakah Tuan menyembahyangi jenazahnya, ya Rasulullah, sedangkan ia telah berzina?” Beliau s.a.w. bersabda: “Ia telah bertaubat benar-benar, andaikata taubatnya itu dibagikan kepada tujuhpuluh orang dari penduduk Madinah, pasti masih mencukupi. Adakah pernah engkau menemukan seseorang yang lebih utama dari orang yang suka mendermakan jiwanya semata-mata kerana mencari keridhaan Allah ‘Azzawajalla.” (Riwayat Muslim)

Taubat berarti kembali. Sebuah perasaan takut kepada Allah Subhaanahu wa taala yang mendorong perasaan hamba untuk kembali kepada-Nya. Orang yang bertaubat, dialah orang yang takut, menyesal, dan ingin kembali.

Ia menyucikan diri dari segala dosa dan maksiat, lalu kembali pada Allah Subhaanahu Wa Taala dengan segala kesadaran. Ia akan berkata, “Ya Rabbku, dosa yang kulakukan selama bertahun-tahun ini akan kuhentikan, karena cinta dan taatku pada-Mu.” Itulah taubat. Kita tinggalkan maksiat, dan kembali ke jalan-Nya.


Mengapa Bertaubat?
Sejatinya, ketika jiwa kita merasakan urgensi taubat, maka kita harus mengerti garis start-nya. Untuk memulainya, kita harus memahami kedudukan kita di hadapan Allah I. Harus kita sadari berapa banyak kita melanggar hak Allah. Saat kita mulai menyadari, hati ini seakan terasa diperas. Ia seolah terbakar, hingga mulut kita pun bergumam, “Aku harus bertaubat!”

Kita bertaubat dari dosa besar! Mungkin Anda akan mengatakan, “Aku melakukan dosa besar? Bagaimana mungkin? Seperti apa?”

Saudaraku! Bukankah mengakhirkan shalat—tanpa udzur—itu dosa besar? Bukankah lalai dalam shalat itu dosa besar? Allah Subhaanahu Wa Taala berfirman, artinya: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya.” (QS. Al Mâ’ûn: 4-5).

Celaka! Celaka bagi yang melalaikan shalatnya. Ibnu Abbâs Radhiyallahu Anhu berkata, “Mereka yang melalaikan shalat itu adalah orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya.”

Apakah kita tahu, betapa kita sangat membutuhkan taubat? Kita butuh bertaubat dari shalat yang diakhirkan, bertaubat dari kebiasaan melaksanakan shalat subuh setelah matahari terbit. Bertaubat dari kedurhakaan kepada kedua orang tua. Bukankah itu dosa besar?

Selanjutnya, apa pendapat kita tentang pengantar zina? Itu dosa besar! Lalu apa yang mendahului zina itu? Zina mata. Menonton saluran parabola yang menyuguhkan film porno, atau menjelajahi situs-situs blue di internet. Bukankah semua itu pengantar zina? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Dan zina mata adalah melihat.” (HR. Bukhârî dan Muslim).

Untuk Muslimah yang belum menutup aurat, berapa helai rambutmu yang terlihat? Berapa bagian tubuhmu yang tersingkap? Apakah Anda tidak perduli dengan aurat yang terlihat itu? Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda tentang wanita-wanita yang membuka auratnya, “Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak perjalanan begini dan begini.” (HR. Muslim).

Bukankah itu dosa? Setiap kali orang melihat aurat Anda, maka Anda akan mengambil bagian dosa. Berapakah orang yang melihat Anda? Berjuta dosa dilakukan setiap hari! Bagaimana kita akan menghadap Allah Subhaanahu Wa Taala ? Demi Allah, bila kita menghitung dosa selama sebulan, tentu akan sebesar gunung.

Sufyân Ats-Tsaurî—rahimahullâh—berkata, “Suatu hari aku duduk-duduk menghitung dosa-dosaku. Lalu aku berkata pada diriku, “Kau akan bertemu Allah, wahai Sufyân, Dia akan menanyakan padamu dosa demi dosa.”

Bayangkanlah, siapakah Sufyân? Ia seorang imam atba’ tâbi’în yang sholeh. Lalu berapa kali kita menghitung dosa yang kita lakukan?

Ia berkata lagi pada dirinya, “Inikah yang kau ingat, wahai Sufyân? Bagaimanakah yang Allah ingat, dan kau melupakannya? Bertaubatlah sebelum engkau bertemu Allah Subhaanahu Wa Taala.”

Taubat, Jalan Pintas Menebus Dosa
Ketika saat berumur 15 tahun, kita durhaka kepada kedua orang tua. Lalu pada saat berumur 30 tahun, dosa itu kita tinggalkan. Apakah dosa kita telah diampuni, dihapus, atau dilenyapkan untuk selamanya? Benar, kita telah menghentikan dosa, tapi sudahkah kita bertaubat? Jika belum, berarti kita belum diampuni. Ini merupakan kaedah penting, tetapi manusia sering melupakan.

Bayangkan, di hari kiamat kita menghadap Allah Subhaanahu Wa Taala dan ditanya dosa yang telah kita tinggalkan selama sepuluh tahun, dan kita pun telah melupakannya. Lalu kita menjawab, “Wahai Tuhanku, aku telah meninggalkan dosa itu, aku telah melupakannya. ” Tetapi sudahkah ia bertaubat? Belum! Maka firman Allah (artinya), “Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan- Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Mahamenyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Mujâdalah: 6).

Allah Subhaanahu Wa Taala juga berfirman (artinya), “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (QS. Al Kahfî: 49).

Perhatikanlah pula firman Allah berikut ini, artinya: “Katakanlah, “Hai hamba-hamba- Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar: 53-55).
Marilah kita bertaubat, “Supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, “Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik”. QS. Az-Zumar: 58).

Perhatikanlah ayat berikut ini (artinya), “Dan pada hari kiamat, kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS. Az-Zumar: 60).

Di hari kiamat, kita akan melihat wajah hitam orang yang enggan bertaubat dan tunduk pada Allah Subhaanahu Wa Taala. Perhatikanlah, mengapa mereka dikatakan orang sombong? Karena ia enggan bertaubat. Padahal Allah Subhaanahu Wa Taala berjanji akan mengampuni segala macam dosa. Betapa kesombongan telah menghancurkannya karena menolak taubat.

Kemudian, resapilah keindahan susunan Al Qur’an ini: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).

Renungkanlah, Allah Subhaanahu Wa Taala akan mencintai kita, kalau kita mau bertaubat. Allah Subhaanahu Wa Taala berfirman (artinya), “Dan Allah hendak menerima taubatmu….” (QS. An-Nisâ: 72).

Lihatlah! Apa yang Allah inginkan dari diri kita? “Dan Allah hendak menerima taubatmu….” Allah menghendaki manusia bertaubat, tetapi pengikut hawa nafsu enggan bertaubat.
Jika kita enggan bertaubat, maka Allah Subhaanahu Wa Taala akan menegur, “Dan barangsiapa tidak mau bertaubat, maka ia termasuk orang yang berbuat zalim.” (QS. Al Hujurât: 11).

Allah Subhaanahu Wa Taala juga telah berfirman (artinya), “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu.” (QS. Ali ‘Imrân: 133).

Mayoritas dari penghuni neraka adalah orang-orang yang gemar menunda-nunda. Mereka mengatakan, “Insya Allah, aku akan mengenakan jilbab setelah kuliah.” Atau, “Insya Allah, setelah aku menikah nanti, aku akan tekun mengerjakan shalat dan meninggalkan minuman-minuman keras.”

Ia katakan insya Allah, lalu berdusta. Ini adalah menunda-nunda. Menunda-nunda adalah tentara Iblis untuk menggelincirkan manusia. Maka, bersegeralah menuju rahmat Allah, bertaubat dan hidup dalam naungan-Nya. Bertaubatlah, karena jeritan penghuni neraka bukan hanya karena pedihnya siksa api neraka, tetapi juga karena keengganan manusia untuk bertaubat.

Hadits-hadits Taubat
Marilah kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, melihat-lihat keindahan dan kemudahan Islam, sehingga kita tidak akan lagi mendengar kekerasan, kegarangan, kesusahan, maupun kepelikan yang sering disematkan kepada ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Wahai manusia, minta ampunlah pada Tuhan kalian, dan bertaubatlah. Maka aku meminta ampun dan bertaubat pada Allah seratus kali setiap hari.” (HR. Bukhârî dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam meminta ampun dan bertaubat setiap hari seratus kali. Sedangkan kita, selama sepuluh tahun tidak pernah bertaubat sama sekali. Rasul yang ma’shûm, terjaga dari maksiat, bertaubat seratus kali setiap hari? Bertaubat dari apa? Derajat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah tinggi di sisi Allah, dan ia ingin mengangkat derajatnya dengan cinta dan ma’rifat Allah Subhaanahu Wa Taala.

Apakah kita ingat, kapan terakhir kali kita bertaubat? Sudahkah kita mengulangi taubat itu lagi atau belum?

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Sungguh, Allah membentangkan tangan-Nya setiap malam, agar orang yang berbuat kejelekan di siang hari mau bertaubat. Dan Dia juga membentangkan tangan-Nya di siang hari, agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari mau bertaubat.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Sebuah Kisah
Di zaman Nabi Musa Alaihissalam, terjadi masa paceklik. Manusia dan hewan kehausan, dan hampir mati, karena sedikitnya persediaan air. Mereka lelah hingga berkata, “Wahai Musa, serulah Allah, dan mintalah agar hujan diturunkan!” Nabi Musa pun mengumpulkan mereka di satu tanah lapang, lalu ia berdoa kepada Allah. Mereka pun mengamini doa beliau, tetapi hujan tak kunjung turun. Akhirnya, ia pun berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak mau menurunkan hujan, padahal kami telah berdoa dan menghinakan diri pada-Mu?”

Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Wahai Musa, di antara kalian ada seorang yang berbuat maksiat selama empat puluh tahun, ia belum bertaubat. Maka ia menghalangi terkabulnya doa kalian.” Lalu Musa bertanya, “Lalu apa yang harus kami lakukan?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Keluarkanlah orang yang berbuat maksiat itu! Jika orang itu keluar dari barisan kalian, hujan akan turun.” Nabi Musa Alaihisslam pun berkata, “Aku minta kalian bersumpah pada Allah. Aku bersumpah pada Allah, di antara kita ada yang bermaksiat selama empat puluh tahun, hingga hujan tidak turun-turun, maka hendaklah ia mau keluar dari barisan.”

Orang yang berbuat maksiat itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sekiranya ada yang keluar selain dia. Tetapi tidak ada seorang pun yang keluar. Tahulah ia kalau yang dimaksud adalah dirinya. Lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah berbuat maksiat selama empat puluh tahun, dan Engkau berkenan menutupinya. Ya Tuhanku, jika aku keluar, maka namaku akan tercemar. Dan jika aku tetap tinggal, maka hujan tidak akan turun. Ya Tuhanku, aku sekarang bertaubat pada-Mu, aku menyesal, aku kembali pada-Mu. Maka ampunilah aku dan tutupilah kejelekanku. “

Hujan pun turun, akan tetapi orang yang berbuat maksiat itu tidak keluar dari barisan. Akhirnya, Nabi Musa u bertanya, “Ya Tuhanku, hujan telah turun, dan orang itu belum keluar?” Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, “Ya Musa, hujan telah turun dengan taubat hamba-Ku yang telah bermaksiat selama empat puluh tahun.”
Nabi Musa bertanya lagi, “Ya Tuhanku, tunjukkan orang itu padaku agar aku bergembira dengannya.” Allah menjawab, “Wahai Musa, ia telah bermaksiat kepada-Ku selama empat puluh tahun, dan aku telah menutupinya. Lalu apakah Aku akan membukanya padamu, mencemarkan namanya, padahal ia telah kembali pada-Ku?”

Sumber: Hati Sebening Mata Air, karya Amru Khalid dll...

FULL STORY >>