Vancouver Island

Sabtu



Vancouver Island

Pengunjung menikmati pantai di Cox Bay di perbatasan luar Tofino.  (MATTHEW LITTLE/THE EPOCH TIMES)

Pesisir barat kepulauan Vancouver di Provinsi British Columbia, Kanada, telah menyisakan banyak kenangan indah sejak kepergian saya ke sana empat tahun yang lalu. Meninggalkannya kini terasa pedih, ada perasaan duka yang mendalam lebih dari sekedar terhibur. Ada sesuatu tentang lautnya yang membuat dunia tampak semakin kecil dan eksotis, bagaikan lukisan daerah tropis pada kartu pos yang tertiup angin.

Saya menulisnya sekarang, beberapa menit, beberapa hari, ataupun beberapa minggu setelahnya, dari sekian banyak proses edit yang pada akhirnya dipakai, pun masih mengandung unsur daya tarik, masih berharap saya berjalan lebih jauh di sepanjang pantai atau menghilang ke tengah laut seperti yang terlintas dalam benak saya.

Sudah tentu, saya pernah melihat samudera sebelumnya. Saya tinggal di Vancouver dan Victoria, namun pada bagian lain dari kepulauan ini terdapat jalur laut tersembunyi diantara daratan dan kepulauan Vancouver yang bersaudara dengan kawasan pantai yang ganas.

Jika saya boleh memberi saran bagi yang berencana melakukan perjalanan serupa, luangkanlah waktu. Anda boleh beristirahat dalam mobil dan sarapan roti bagel dingin jika harus, namun luangkanlah waktu. Tangkap dan rasakan suasana laut hingga merasuk ke dalam tulang, maka sepeninggalan dari sana, Anda akan merasakan irama ombak tengah membasuh jiwa Anda.

Pada perjalanan pertama, saya mengunjungi Pantai Chesterman dan menyelam di air sangat dingin yang kata orang menantang jika tanpa pakaian hangat selam. Memang dingin, tetapi seiring kulit ini mati rasa, tiba-tiba udara mendadak sejuk dan laut terasa hangat. Tubuh saya, layaknya kayu yang terapung dan terbawa arus ke sana-kemari, serasa kekhawatiran seluruhnya lenyap, tidak ada beban pikiran hanya gigitan bibir, pasir yang melekat di jari-jemari dan ombak menggulung saya dalam buih air menghantarkan saya ke tepian.

Dalam perjalanan ini, bersama istri, Chrisy, berangkat dari Toronto menuju Bandara Udara Internasional Vancouver dalam rangka liburan. Setelah 30 menit perjalanan ke selatan menuju dermaga ferry Tsawwassen, kami menyewa ferry sampai ke Duke Point dekat Nanaimo di kepulauan Vancouver.

Dari atas ferry, terlihat kilau matahari bagai seberkas sinar putih menerangi samudera dan tampak barisan pulau yang dikelilingi batu-batuan, rumput dan pepohonan hingga tidak terjangkau ombak. Pemandangan makin jelas ketika mendekati kepulauan pada bagian lain pulau ini.

Kata orang bijak, jika Anda ingin bepergian di akhir pekan musim panas sebaiknya pesanlah tempat jauh hari di depan, hal ini untuk mengantisipasi antrian dan menghindari kemungkinan Anda menunggu kapal berikutnya.

Pulau Vancouver merupakan pulau terbesar di Kanada, luasnya hampir seperempat pulau Jawa, sehingga diperlukan waktu untuk menjelajahinya. Letaknya berada diujung selatan Kanada yang dekat dengan perbatasan Amerika Serikat. Di sana juga terdapat sejumlah pulau kecil dengan keajaibannya masing-masing, hanya diperlukan perjalanan singkat dengan kapal feri untuk menjelajahinya. Tapi kami lebih tertarik untuk menjelajahi keajaiban yang belum tersentuh di sisi barat pulau Vancouver.

Setelah tiba di pulau ini, kami menempuh perjalanan penuh dengan pemandangan indah menuju pantai Qualicum, yang merupakan salah satu ikon pulau Vancouver. Lokasi ini tepat tersembunyi di atas bukit yang bersinggungan dengan laut. Di sepanjang jalanan setapak pantai ini, tampak berjajar sejumlah restoran dan hotel.

Hari sudah sore ketika kami sampai di Beuna Vista dekat laut, sebuah motel yang berhadapan langsung dengan laut kecil yang indah. Cukup berjalan 1 kilometer dari motel untuk menuju laut kecil ini. Pantai di lokasi ini tidak sebagus pantai utama, namun keberadaan sejumlah rumput laut di lokasi ini tampaknya menjadi hiburan tersendiri bagi pengunjung untuk menikmati pantai ini.

Saya dan istri berjalan perlahan menuju ke laut, kami merasa terkejut dengan hangatnya air laut di lokasi ini. Kami juga sempat mendorong sepotong besar kayu apung ke dalam air dan memainkan salah satu permainan anak-anak untuk melihat siapa yang bisa duduk paling lama di atas kayu. Namun, tak satu pun dari kami berhasil melewati lima detik.

Keesokan harinya, kami dengan enggan meninggalkan pantai Qualicum untuk menuju ke arah barat. Kami sedikit mengambil jalan memutar untuk mampir ke Coombs, sebuah kota dengan pasar kecil yang unik. Di sana kami mampir ke salah satu toko barang antik untuk melihat-lihat. Kunjungan ke toko antik ini seperti kunjungan ke museum, terdapat berbagai barang antik, mulai dari telur Burung Unta (Ostrich) hingga anyaman keranjang, jam retro, dan berbagai jenis lainnya, saya tidak bisa mengingatnya satu per satu.

Coombs terkenal dengan Old Country Market, sebuah bangunan panjang terbuat dari balok kayu dan beratapkan rumput yang dipenuhi hewan kambing. Skema pemasaran yang cemerlang merupakan wasiat keeksentrikan pulau ini, beserta kepopuleran gaya hippy-organiknya.

Sekitar satu jam kemudian, kami menuju Port Alberni, sebuah kota pengolahan kertas yang berlokasi di ujung teluk.

"Bagi sebuah kota yang terletak di ujung teluk, Port Alberni memiliki kekurangan yang sangat disayangkan, yakni jarang ada tempat untuk berenang, lautnya tidak memiliki pantai dan terlalu banyak perahu di pinggiran," ucap seorang turis perempuan.

Tapi ada tempat berenang di Papermill Dam Park di Sungai Stamp, di sana tersedia lerengan-lerengan kecil untuk anak-anak bermain, bagian hulu menyempit terdapat air terjun yang dipakai oleh penduduk lokal sebagai wahana air

Kami diberitahu, meskipun terkenal dan menyenangkan, bermain dalam arus sungai ini adalah sangat berbahaya.

"Jika terjebak di dalamnya, jangan menendang" ujar seseorang menasehati Chrisy, "Anda bisa keluar dengan sendirinya, tetapi bila Anda meronta-ronta, malah akan terseret masuk lebih dalam."

Port Alberni juga memiliki atraksi lainnya untuk dinikmati, termasuk kereta uap tua yang dapat membawa Anda ke padang liar era 1930-an, atau ke lokasi bersejarah nasional McLean Mill, akan tetapi karena waktu yang singkat, kami lebih memilih untuk merasakan berenang.

Makan malam di kafe The Swale Rock pada hari itu menjadi pengalaman yang masih membekas di hati saya, daftar menu yang disediakan tampak sangat mengundang selera makan kami, kami pun memilih menu salmon spesial yang didahului dengan hidangan roti Bannock lengkap dengan selai raspberry. Pengalaman makan ini ditambah lagi dengan hidangan Zucchini (timun jepang)yang digoreng kering sebagai makanan pembuka sebelum menu utama dihidangkan. Kesemuanya ini menjadikan pengalaman makan malam kami sangat fantastis.


Di hari berikutnya, kami berangkat menuju ke Tofino melewati jalan raya berangin, melewati Katedral Grove yang termasyhur, dan sebuah hutan tua yang tampak penuh dengan misteri

Dari Port Alberni, Anda juga dapat menuju pantai paling barat dengan menumpang kapal ferry, namun di sisi lain, biaya perjalanannya sangat mahal, dan pilihan Anda menjadi sangat terbatas.

Kami singgah di Wally Creek di tengah perjalanan kami, sebuah aliran sungai yang berada sekitar 50 km dari Port Alberni. Sungai yang mengalir di samping jalan raya ini menghasilkan lorong-lorong batu besar dengan aliran air yang saling terhubung.

Kami menantang air yang dingin demi merasakan sensasi berenang yang spektakuler, terjun dan menyelam melewati sudut-sudut sungai. Gua-gua yang tersembunyi, air terjun yang ada di berbagai sudut, tebing-tebing di sisi sungai, serta airnya yang dingin, menghadirkan kemungkinan berenang tanpa batasan.

Sekitar empat jam kemudian, kami tiba di Tofino dan mendaftarkan diri untuk mengikuti pelajaran berselancar sebelum santap siang.

Makan siang kami di sebuah kafe dengan pemandangan laut bebas sangat fantastis. Chrisy bahkan berkata bahwa hamburger yang dia makan adalah yang terbaik yang pernah dia coba (kami memakannya setengah-setengah). Dengan ubi goreng, salah satu makanan favorit saya dan makanan yang terkenal pada masa-masa sebelum masehi.

Setelah makan siang, kami bergegas kembali ke kamar kami di Pacific Sands Beach Resort di Cox Bay, dan kami sangat puas dengan kualitas, ukuran, serta pemandangan laut bebas dari kamar kami yang seharga 225 dollar AS (Rp 2,25 juta dengan kurs sepuluh ribu). Kami bergegas berganti pakaian renang untuk segera mengikuti kelas pelajaran Surf Sisters, sebuah kelas belajar selancar di Tofino


Ada beberapa pilihan pantai di Tofino untuk berselancar. Di antaranya Long Beach, yang berlokasi di Taman Nasional Rim Pacific yang juga menyediakan tempat berkemah. Atau di Cox Bay, yang berlokasi di luar taman nasional. Lokasi ini menawarkan pemandangan yang indah dan fasilitas yang lengkap.

Kelas belajar kami seharga 75 dollar AS (Rp 750ribu) berlangsung selama dua setengah jam, sudah termasuk pakaian renang dan papan selancar, sungguh sangat bernilai. Meskipun instruktur kami datang terlambat dan memotong waktu belajar kami, hal ini tidak menjadi masalah. Kelas ini membuat saya langsung dapat menikmati gelombang air laut dengan bertiduran di atas papan selancar, sementara gelombang air laut membawa papan selancar saya menuju ke pantai.

Ada sekitar sepuluh orang yang juga mengikuti kelas belajar yang sama dengan kami, kami bersama-sama menerima pelatihan singkat di pantai, termasuk berlatih bagaimana mendayung dan melompat dengan papan selancar, merasakan sensasi menerjang ombak dan diterjang ombak. Namun begitu, tidak semua orang dengan semangat mengikuti kelas belajar.

Berselancar merupakan kegiatan yang melelahkan namun penuh dengan sensasi fantastis, dimana kita bisa menikmati samudera dan merasakan pengalaman berpakaian selam, Anda bahkan dapat lupa dengan suhu air laut. Ketegangan mendayung dan melompat di atas papan selancar juga merupakan pengalaman yang menantang. Dengan biaya 30 - 45 dollar AS per hari, Anda dapat menyewa papan selancar dan baju selam dari toko-toko selancar yang berjajar di sepanjang Tofino.

Setelah berselancar, kami cepat-cepat berganti pakaian dan menuju pantai untuk menikmati matahari terbenam

Kamera saya merekam pemandangan emas yang tampak seperti sebuah mimpi, dimana ombak menghampiri pantai seolah menelan pancaran sinar kuning dari matahari. Pohon-pohon pun tampak menampilkan efek siluetnya, suasana mistis dari pohon terasa kental seiring menghilangnya mereka dari pandangan.

Ada sesuatu yang luar biasa di pantai ini yang tidak dapat Anda temukan di tempat lain.

Di sini pun tidak ada bahaya mengancam, tidak ada ubur-ubur beracun atau makhluk bergigi tajam yang dapat membuat Anda berpikir dua kali untuk merasakan sensasi air laut. Namun yang ada di sini hanyalah lautan bebas bermandikan sinar matahari dan ombak bergulung-gulung yang menjanjikan pengalaman spektakuler.

Artikel Lainnya



0 komentar to “Vancouver Island”

Bebas Berkomentar..