Palangkaraya, Yang Bakal Menjadi Ibukota RI ?

Jumat



Palangkaraya, Yang Bakal Menjadi Ibukota RI ?

Kota Palangka Raya adalah kota yang amat khas, pada pusat kota lahannya didominasi pasir kuarsa putih. Pembangunan kota dimulai oleh Presiden pertama RI DR. Ir. Soekarno pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah). Setelah persiapan dan perjuangan berat, maka pada tanggal 23 Mei 1957 Propinsi Kalimantan Tengah dicetuskan para tokoh masyarakat dan diresmikan oleh Presiden Soekarno dan ditetapkan beribu kota Pahandut yang kemudian berubah menjadi Palangka Raya (tempat yang suci dan besar). Kota Palangka Raya di bangun dari hutan belantara yang di buka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Desa Pahandut sekarang ini menjadi bagian pinggiran kota Palangka Raya di tepi Sungai Kahayan.

Sisa-sisa "makam keramat" yang konon tidak dapat dipindahkan karena setiap kali akan di bongkar selalu menimbulkan berbagai bencana kepada pihak yang ingin membongkarnya, tetap tinggal lestari di halaman depan gedung DPRD Propinsi Kalimantan Tengah yang megah. Di kota ini pula terletak ruang rahasia Presiden pertama RI yang saat ini kurang terpelihara karena berada di bawah tanah.

Sejak Tahun 2001, di tengah kota Palangka Raya terbangun jembatan Kahayan yang melintasi sungai Kahayan sepanjang 640 meter dengan konstruksi baja Australia. Lengkung busur berwarna kemerahan pada bagian atas jembatan memberi ciri khas jembatan besar ini yang akan menghubungi beberapa Kabupaten di Kalimantan Tengah. Jembatan besar ini diresmikan langsung oleh Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada tanggal 18 Januari 2001.

Kota Palangka Raya dengan posisi sentralnya menjadi titik magnetik pemerintahan Daerah. Kota yang amat jauh dari pesisir laut Jawa ini memberikan harapan bagi terciptanya simpul utama pembangunan Daerah Kalimantan Tengah yang menuju ke daerah terpencil wilayah ini.

Pusat Pemerintah yang dahulunya di sebut Kotamadya Palangka Raya yaitu Perkantoran Kotamadya Palangka Raya mengalami kebakaran hebat pada tahun 1999. Hampir seluruh Kantor Dinas dan Instansi lainnya musnah terbakar. Pada Tahun 1998 dan 2000 terjadi kebakaran pada dua bagian dari kota ini, yaitu pada pusat permukiman penduduk yang menyebabkan 20.000 orang kehilangan rumahnya.

Kota Palangka Raya terdiri dari permukiman penduduk terapung dan di atas tanah. Perumahan terapung ini di bangun di tepi Sungai Kahayan yang sekarang ini menjadi salah satu tempat bagi masyarakat untuk berternak ikan secara alami pada sungai air tawar.

Masalah transportasi antara desa yang ada di kota Palangka Raya masih terjadi karena buruknya kondisi jalan perdesaan, terutama desa sekitar wilayah aliran Sungai Rungan. Pembangunan transportasi yang lamban dari awal pembangunan kota ini dikarenakan memang kondisi Kalteng yang terbelakang dalam pembangunan infrastruktur fisik dan dana yang ada amat minim.

Wilayah administrasi pemerintahan tidak hanya mencakup wilayah perkotaan, melainkan juga kawasan perdesaan yang dominan dengan hutan dan semak belukar. Kota Palangka Raya bukan merupakan kota industri, karena dominan di huni oleh pegawai negeri sipil yang menyelenggarakan pemerintahan Daerah. Para investor masih belum memandang kota ini menjadi tempat investasi, karena sulitnya transportasi menjangkau jarak dalam tingkat ekonomi yang masih mahal.

Namun dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Kalteng, prospek pembangunannya lebih baik dibandingkan ibu kota propinsi yang berada di pesisir, karena memungkinkan kota ini dalam jangka panjang membentuk dan menjadi titik tumbuh pembangunan jalur transportasi yang berimbang antara dan dengan seluruh Kabupaten di Kalimantan Tengah.

Kota ini apabila di lihat dari atas / dari pesawat terbang akan seolah-olah berada dikerimbunan hutan rimba Kalimantan dan ditepi sungai besar yang berkelok-kelok. Terbangun di tepi Sungai Kahayan. Palangka Raya terdiri dari dua Kecamatan yaitu Pahandut dan Bukit Batu (sebelum otonomi daerah tahun 2001), sekarang terdapat 5 (lima Kecamatan). Kota Palangka Raya merupakan kota terbesar luasnya di Indonesia yaitu 2.400.000 hektare. Sebagian arealnya masih ditutupi hutan. Hutan di kota ini mencakup hutan berfungsi lindung 17.594 hektare meliputi 2.061 hektare Konservasi Alam, 389 hektare Taman Nasional Tangkiling dan lainnya areal konservasi alam di Marang.

Secara resmi pembangunan kota Palangka Raya sebagai Ibukota Kalimantan Tengah baru dimuali pada tanggal 17 Juli 1957. Peristiwa tersebut ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan kota Palangka Raya oleh presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pada pukul 10.00 WIB (ada yang menyebut Jam 10.17 WIB). Tugu peletakan batu pertama pembangunan kota Palangka Raya ini berada di jalan S. Parman, tepat di depan perkantoran DPRP Provinsi Kalimantan Tengah.


Monumen peletakan batu pertama kota Palangkaraya oleh Presiden pertama RI Soekarno

Kendati demikian, keberadaan Palangka Raya sebagai daerah pemukiman penduduk telah berlangsung sejak sekitar abad 18 Masehi. Sejarah mencatat, terbentuknya Kota Palangka Raya bermula dari Pedukuhan Bayuh di pesisir Sungai Kahayan, tepatnya di Gang Pesanggrahan, Kelurahan Pahandut sekarang. Presiden Soekarno pernah berencana menjadikan Palangkaraya sebagai Ibu Kota Republik Indonesia pada tahun 1950-an, namun gagasan ini gagal diwujudkan akibat kesulitan bahan bangunan.


Prasasti bersejarah kota Palangkaraya

Presiden Soekarno sudah memperhitungkan di masa depan kondisi Jakarta sebagai ibu kota negara bakal semakin padat dan mungkin secara geografis karena berada di barat wilayah Indonesia menjadi terlalu jauh untuk dijangkan dan menjangkau kawasan timur Indonesia yang punya potensi sangat besar. Konsep yang mungkin dicita-citakan adalah sebagaimana Washinton DC nya Amerika, atau Canberra nya Australia.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terpilih dari daerah pemilihan Kalimantan Timur, Desmond Mahesa, menilai kota paling cocok di Pulau Kalimantan untuk menjadi Ibukota adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ada beberapa alasan Desmond mendukung Palangkaraya.

“Ini sebetulnya bukan hal yang baru karena sebelumnya Soekarno pun pernah mendesain hal ini kan,” kata Desmond Senin 26 Juli 2010. “Kalau memang mengikuti hitung-hitungannya Bung Karno dulu, ya memang di Kalimantan Tengah lebih cocok: Palangkaraya,” kata politisi Partai Gerakan Indonesia Raya itu. Desmond menilai, Palangkaraya secara geografis dan pertahanan, cocok sebagai Ibukota. Kemudian, bicara pengembangan Indonesia, Palangkaraya masih terbuka luas untuk dikembangkan.

“Bicara mengenai pengembangan Indonesia ke depan tentunya usulan ini saya dukung. Kita di Jakarta sekarang sudah terjebak dengan situasi macet dan macam-macam kan,” ujarnya. Desmond lebih mendukung Kalimantan Tengah daripada Kalimantan Timur yang menjadi dapilnya karena alasan pertahanan. “Kalau menurut saya, Kalimantan Timur terlalu dekat dengan negara lain. Dari segi pemikiran Bung Karno, hal itu tidak tepat. Itu kan dalam rangka persoalan pertahanan kan,” katanya.



Kota Palangkaraya kini, mungkinkan bisa menjadi kota harapan untuk Indonesia masa depan, letaknya yang ditengah memudahkan dijangkau dan terjangkau dari seluruh wilayah Indonesia

Dari segi infrastruktur pun, kawasan tengah lebih mudah dibangun daripada yang di timur. “Ditambah lagi kalau di tengah itu kan letaknya di tengah-tengah Kalimantan sehingga jadi untuk distribusi informasi dan macam-macamnya untuk jangka panjang kan lebih cocok,” ujarnya.

Kemarin Wakil Ketua Komisi II Teguh Juwarno melempar isu pemindahan Ibukota ke Pulau Kalimantan. Menurut Teguh, kemacetan dan potensi bencana alam di Jakarta sudah cukup menjadi alasan memindahkan Ibukota seperti yang digagas Bung Karno dulu.

Semoga saja hal ini menjadi sebuah dorongan positif untuk menggairahkan potensi wilayah timur Indonesia yang saat ini masih belum tergarap secara lebih serius dan efektif. Baik pembangunan SDM nya maupun SDA nya.


Artikel Lainnya



2 komentar to “Palangkaraya, Yang Bakal Menjadi Ibukota RI ?”




keren blognya :)




selamat berjuang menjadikan palangka raya sebagai ibu kota RI

Bebas Berkomentar..