Zaid bin Haritsah
Minggu
Zaid bin Haritsah
…tawanan yang dimuliakan.
Mengenai tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Nama lengkapnya Zaid bin Haritsah bin Syarohil al-Kilaby. Mengenai pribadinya, beliau bertubuh pendek dan tidak terlalu kurus. Kulitnya kuning langsat dan hidungnya tidak mancung.
Pada waktu Banu Mu’an menyerang kabilahnya, beliau masih kecil. Mereka dengan ganasnya mengambil tawanan. Diantara tawanan perang itu adalah Zaid bin Haristah. Sesampainya di Mekkah, para tawanan itu dijual. Beliau dijual kepada Hakim bin Hizam. Kemudian Hakim memberikannya kepada bibinya, Khodijah istri Rasulullah. Khodijah memberikannya kepada Rasulullah. Akhirnya dimerdekakan Rasulullah.
Setelah berpisah dengan ayahnya akibat serangan yang dilakukan oleh Banu Mu’an, ayahnya ingin sekali bertemu. Ayahynya mencari kemana-mana. Akhirnya bertemu anaknya di Mekkah. Setelah bertemu ayahnya, Zaid memilih hidup bersama Rasulullah. Waktu itu Rasulullah belum menerima wahyu dari Allah mengenai adopsi anak. Rasulullah merasa senang dengan pilihan Zaid. Hingga akhirnya Rasulullah pergi ke kota Mekkah dan berkata; “Wahai kalian semua, saksikan bahwa Zaid adalah anakku yang akan mewarisi dan diwarisi.” Sejak itulah Zaid dipanggil Zaid bin Muhammad.
Dalam sejarah masuk orang-orang ke dalam ajaran Islam, Zaid adalah nomer dua setelah Khodijah yang meyakini risalah Rasulullah. Rasulullah menikahkan Zaid dengan anak bibinya, Zaenab binti Jahsy. Tapi perkawinannya itu tidak langgeng dan kekal hingga kemudian keduanya bercerai. Setelah diceraikan, Rasulullah menikahinya atas tuntunan wahyu dari Allah. Mendengar berita itu, orang-orang munafik Madinah mengejek dan menghina Rasulullah; “Bagaimana mungkin menikahi istri bekas anaknya.” Maka turunlah firman Allah; “Muhammad bukanlah bapak dari seseorang dari kalian tapi beliau adalah Rasulullah…”(QS.al-Ahzab;40). Setelah ayat ini turun, Zaid tidak lagi dipanggail dengan nama Zaid bin Muhammad tapi kembali seperti nama asalnya, Zaid bin Haritsah.
Setelah bercerai, Zaid menikah dengan Sayedah Ummu Aiman, namanya Barakh. Isrtinya itu merupakan satu susuan dengan Rasulullah. Dari pernikahannay itu, lahirlah anak diberi nama Usamah.
Selama hidup bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 4 hadits. Mengenai pribadinya; Sayedah ‘Aisyah berkata; “Rasulullah belum pernah mengutus Zaid dalam suatu peperangan melainkan dia sebagai pemimpinnya seperti Mua;rik al-Jumuh, Thorf, al-‘Aish dan Husma. Peperangan yang terakhir yang dia ikuti adalah perang Muqtah dimana beliau wafat sebagai seorang syahid pada tahun 8 Hijriah. Dalam peperangan itu ada juga Ja’far bin Abu Tholib, Abdullah bin Rawaaha. Keduanya menjadi pemimpin setelah Zaid wafat.
Mengenai tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Nama lengkapnya Zaid bin Haritsah bin Syarohil al-Kilaby. Mengenai pribadinya, beliau bertubuh pendek dan tidak terlalu kurus. Kulitnya kuning langsat dan hidungnya tidak mancung.
Pada waktu Banu Mu’an menyerang kabilahnya, beliau masih kecil. Mereka dengan ganasnya mengambil tawanan. Diantara tawanan perang itu adalah Zaid bin Haristah. Sesampainya di Mekkah, para tawanan itu dijual. Beliau dijual kepada Hakim bin Hizam. Kemudian Hakim memberikannya kepada bibinya, Khodijah istri Rasulullah. Khodijah memberikannya kepada Rasulullah. Akhirnya dimerdekakan Rasulullah.
Setelah berpisah dengan ayahnya akibat serangan yang dilakukan oleh Banu Mu’an, ayahnya ingin sekali bertemu. Ayahynya mencari kemana-mana. Akhirnya bertemu anaknya di Mekkah. Setelah bertemu ayahnya, Zaid memilih hidup bersama Rasulullah. Waktu itu Rasulullah belum menerima wahyu dari Allah mengenai adopsi anak. Rasulullah merasa senang dengan pilihan Zaid. Hingga akhirnya Rasulullah pergi ke kota Mekkah dan berkata; “Wahai kalian semua, saksikan bahwa Zaid adalah anakku yang akan mewarisi dan diwarisi.” Sejak itulah Zaid dipanggil Zaid bin Muhammad.
Dalam sejarah masuk orang-orang ke dalam ajaran Islam, Zaid adalah nomer dua setelah Khodijah yang meyakini risalah Rasulullah. Rasulullah menikahkan Zaid dengan anak bibinya, Zaenab binti Jahsy. Tapi perkawinannya itu tidak langgeng dan kekal hingga kemudian keduanya bercerai. Setelah diceraikan, Rasulullah menikahinya atas tuntunan wahyu dari Allah. Mendengar berita itu, orang-orang munafik Madinah mengejek dan menghina Rasulullah; “Bagaimana mungkin menikahi istri bekas anaknya.” Maka turunlah firman Allah; “Muhammad bukanlah bapak dari seseorang dari kalian tapi beliau adalah Rasulullah…”(QS.al-Ahzab;40). Setelah ayat ini turun, Zaid tidak lagi dipanggail dengan nama Zaid bin Muhammad tapi kembali seperti nama asalnya, Zaid bin Haritsah.
Setelah bercerai, Zaid menikah dengan Sayedah Ummu Aiman, namanya Barakh. Isrtinya itu merupakan satu susuan dengan Rasulullah. Dari pernikahannay itu, lahirlah anak diberi nama Usamah.
Selama hidup bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 4 hadits. Mengenai pribadinya; Sayedah ‘Aisyah berkata; “Rasulullah belum pernah mengutus Zaid dalam suatu peperangan melainkan dia sebagai pemimpinnya seperti Mua;rik al-Jumuh, Thorf, al-‘Aish dan Husma. Peperangan yang terakhir yang dia ikuti adalah perang Muqtah dimana beliau wafat sebagai seorang syahid pada tahun 8 Hijriah. Dalam peperangan itu ada juga Ja’far bin Abu Tholib, Abdullah bin Rawaaha. Keduanya menjadi pemimpin setelah Zaid wafat.
0 komentar to “Zaid bin Haritsah”
=