Beijing, untuk Turis Muslim
“Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.” Kata-kata yang sering saya dengar atau baca entah itu di pengajian atau di artikel-artikel dan ternyata memang benar. Nabi Muhhammad mengatakan ini pada 14 abad yang lalu yang berarti Cina waktu itu ada pada masa dinasti Tang 618 M– 907M (sumber Wikipedia).
Pertama ke Beijing di awal bulan November , bener-bener dingin, suhu dikisaran 0-13 derajat celcius. Tapi justru enak buat jalan-jalan tanpa terasa capek terutama melihat cewek-cewek Beijing yang modis-modis.
Pemandangan yang biasa di Beijing melihat wanita-wanita nya pakai sepatu boot kulit dengan jaket tebal berbulu di kerah. Dan tanpa sungkan-sungkan pula mengayuh sepeda ke tempat kerja.
Meski berkabut dan berkesan muram, tapi suasana menjelang musim dingin dengan banyaknya daun-daun yang berubah warna menjadikan pemandangan sepanjang jalan dan taman - taman sangat indah. Banyak hal yang saya kagumi adalah pemerintah cina memberi perhatian yang tinggi terhadap keindahan taman-taman kota, pohon-pohon tua dan kuno di pelihara dan disangga agar tidak patah dan mati.
Sebelum berangkat ke Beijing saya sudah siap-siap dengan setumpuk Informasi mengenai kota ini , dari mulai tempat-tempat yang wajib di kunjungi hingga restorant/makanan yang wajib dicicipi. Referensi Om Bondan mengenai restoran Muslim di distrik Xuan Wu sangat saya perhatikan detailnya apalagi referensi tentang restoran Tu Lu Fan di jalan Niu Ji.
Setelah lelah menyusuri Tiananmen, Forbidden City, dan Art Performance Center (the Egg), mulailah saya mencari restorant Tu LU Fan. Dengan perut keroncongan dan kepala agak pusing, karena sarapan di hotel cuman bisa makan bubur tawar, roti dan buah-buahan (karena yang lain nga halal atau ragu dengan ke halalannya).
Karena ini kali pertama ke Cina (Beijing) maka saya memilih jalan kaki, karena terlihat di peta jaraknya cuman terhalang beberapa blok…….tapi ternyata saya meremehkan skala, antara peta dan kenyataannya jauh banget…..walah….1 blok di peta Beijing …itu jauh banget……. Berfikir bisa ketemu KFC atau McDonald , ternyata tidak…..saya terusin jalan malah nemu jalan Liulichang, art gallery street. Ini tempat keren banget, ini bagusnya kalau kita jalan sering menemukan hal yang tidak terduga. Kiri kanan bangunan berarsitektur kuno abad-abad Cina klasik.
Sayangnya saat saya sampai TuLuFan jam 15.00, rumah makan tersebut belum buka, ternyata jam oprasionalnya sore jam 17.00, maka ngga ada salahnya saya ke masjid Niu JI terlebih dulu yang berjarak hanya 300m, untuk sholat dhuhur sekalian ashar.
Masjid yang berumur 900 tahun ini, memang indah dan didalamnya hangat karena berkarpet tebal. Jama’ah yang sholat umumnya sudah kakek-kakek, dan itu pun hanya satu shaf (baris).
Di masjid ini suasananya tenang sekali, sudah 3 hari ini sholat kayaknya nga tahu lor kidul, mana kiblat mana monas, sekarang baru ngerasa afdol….menghadap kiblat dengan benar.
Mungkin dulu masjid Sampokong di Semarang juga berasitektur sama, seperti kelenteng dengan warna yang mencolok merah dan menarik. Minaretnya pun khas seperti kelenteng dan sangat indah dengan detail yang terpelihara.
Setelah sholat dhuhur dan ashar, ternyata nga lama, kok sudah masuk waktu maghrib , jarak antara ashar ke maghrib cuman 1 jam, kebetulan langsung aja sholat magrib sekalian. Jam 17.30 saya baru beranjak menuju rumah makan Tu Lu Fan,
Sayang ada beberapa makanan yang nga sempet di foto karena sudah kalap lapernya heheheh… Rekomendasi Om Bondan Winarno …bener banget mak nyussss…….kebab nya lumer di mulut…..sup jamurnya ringan dan segar, seperti kuah herbal.
Ini sekalian tips bagi rekan-rekan muslim, jangan takut ke Beijing untuk mencari makanan halal, cukup mudah kok….
Masuk aja ke district Xuan Wu, jalan Niu Ji . Patokan yang paling mudah dari lapangan Tian an men, naik bis no 10 dan berhenti di halte Niuji, maka sepanjang jalan niuji banyak sekali restorant muslim dan ada supermarket muslim, jadi tidak usah ragu untuk mengkonsumsinya. Makanannya meriah berwarna-warni dan pasti halal lan thoyiban. Umumnya menggunakan daging kambing.
Jajanan –jajanan pinggir jalanpun tidak kalah menarik, namun karena ragu kehalalannya maka saya cuman foto-foto saja….cuman buat bikin ngiler…heheheheh….
Rasanya empat hari di Beijing kurang , nga semua hal-hal menarik dapat di kunjungi. Di sela-sela waktu yang sempit , kakak saya mas Pujo sempet-sempetnya mau beli sepeda lipat. Harga sepedanya pun murah-murah dengan kualitas yang cukup bagus. Kisaran hargnya jika dirupiahkan antara 500 – 800 yuan ( 1 yuan= 1700) semakin ringan semakin mahal. Tercatat 12 juta penduduk Beijing memiliki Sepeda.
Dan inilah yang saya makan……(maaf fotonya kurang bagus, karena hanya menggunakan foto poket digital dengan pencahayaan yang kurang)
Bagi para penggemar cerita silat Kho ping ho atau film-film kolosal cina, forbidden City cukup memberikan gambaran bagaimana megahnya ke Kaisaran Cina jaman dulu. Dan jangan lupa ke Ming Tomb, makam Kaisar Yong Le (Zhu De) Kaisar Ming ke 3 yang disebut-sebut sebagai Kaisar paling brilliant dinasti Ming dan disebut-sebut dalam banyak cerita silat.
Cuman satu yang mungkin agak membosankan adalah arsitektur gedung-gedung kuno dan peninggalan-peninggalannya hampir sama, jadi kalau foto-foto dengan background forbidden city, Summer palace, atau gazebo ditaman-taman kecil ya hampir sama, susah membedakan.Kayaknya masih banyak yang ingin diceritakan tapi cukup sekian dulu infonya...
Pertama ke Beijing di awal bulan November , bener-bener dingin, suhu dikisaran 0-13 derajat celcius. Tapi justru enak buat jalan-jalan tanpa terasa capek terutama melihat cewek-cewek Beijing yang modis-modis.
Pemandangan yang biasa di Beijing melihat wanita-wanita nya pakai sepatu boot kulit dengan jaket tebal berbulu di kerah. Dan tanpa sungkan-sungkan pula mengayuh sepeda ke tempat kerja.
Meski berkabut dan berkesan muram, tapi suasana menjelang musim dingin dengan banyaknya daun-daun yang berubah warna menjadikan pemandangan sepanjang jalan dan taman - taman sangat indah. Banyak hal yang saya kagumi adalah pemerintah cina memberi perhatian yang tinggi terhadap keindahan taman-taman kota, pohon-pohon tua dan kuno di pelihara dan disangga agar tidak patah dan mati.
Sebelum berangkat ke Beijing saya sudah siap-siap dengan setumpuk Informasi mengenai kota ini , dari mulai tempat-tempat yang wajib di kunjungi hingga restorant/makanan yang wajib dicicipi. Referensi Om Bondan mengenai restoran Muslim di distrik Xuan Wu sangat saya perhatikan detailnya apalagi referensi tentang restoran Tu Lu Fan di jalan Niu Ji.
Setelah lelah menyusuri Tiananmen, Forbidden City, dan Art Performance Center (the Egg), mulailah saya mencari restorant Tu LU Fan. Dengan perut keroncongan dan kepala agak pusing, karena sarapan di hotel cuman bisa makan bubur tawar, roti dan buah-buahan (karena yang lain nga halal atau ragu dengan ke halalannya).
Karena ini kali pertama ke Cina (Beijing) maka saya memilih jalan kaki, karena terlihat di peta jaraknya cuman terhalang beberapa blok…….tapi ternyata saya meremehkan skala, antara peta dan kenyataannya jauh banget…..walah….1 blok di peta Beijing …itu jauh banget……. Berfikir bisa ketemu KFC atau McDonald , ternyata tidak…..saya terusin jalan malah nemu jalan Liulichang, art gallery street. Ini tempat keren banget, ini bagusnya kalau kita jalan sering menemukan hal yang tidak terduga. Kiri kanan bangunan berarsitektur kuno abad-abad Cina klasik.
Sayangnya saat saya sampai TuLuFan jam 15.00, rumah makan tersebut belum buka, ternyata jam oprasionalnya sore jam 17.00, maka ngga ada salahnya saya ke masjid Niu JI terlebih dulu yang berjarak hanya 300m, untuk sholat dhuhur sekalian ashar.
Masjid yang berumur 900 tahun ini, memang indah dan didalamnya hangat karena berkarpet tebal. Jama’ah yang sholat umumnya sudah kakek-kakek, dan itu pun hanya satu shaf (baris).
Di masjid ini suasananya tenang sekali, sudah 3 hari ini sholat kayaknya nga tahu lor kidul, mana kiblat mana monas, sekarang baru ngerasa afdol….menghadap kiblat dengan benar.
Mungkin dulu masjid Sampokong di Semarang juga berasitektur sama, seperti kelenteng dengan warna yang mencolok merah dan menarik. Minaretnya pun khas seperti kelenteng dan sangat indah dengan detail yang terpelihara.
Setelah sholat dhuhur dan ashar, ternyata nga lama, kok sudah masuk waktu maghrib , jarak antara ashar ke maghrib cuman 1 jam, kebetulan langsung aja sholat magrib sekalian. Jam 17.30 saya baru beranjak menuju rumah makan Tu Lu Fan,
Sayang ada beberapa makanan yang nga sempet di foto karena sudah kalap lapernya heheheh… Rekomendasi Om Bondan Winarno …bener banget mak nyussss…….kebab nya lumer di mulut…..sup jamurnya ringan dan segar, seperti kuah herbal.
Ini sekalian tips bagi rekan-rekan muslim, jangan takut ke Beijing untuk mencari makanan halal, cukup mudah kok….
Masuk aja ke district Xuan Wu, jalan Niu Ji . Patokan yang paling mudah dari lapangan Tian an men, naik bis no 10 dan berhenti di halte Niuji, maka sepanjang jalan niuji banyak sekali restorant muslim dan ada supermarket muslim, jadi tidak usah ragu untuk mengkonsumsinya. Makanannya meriah berwarna-warni dan pasti halal lan thoyiban. Umumnya menggunakan daging kambing.
Jajanan –jajanan pinggir jalanpun tidak kalah menarik, namun karena ragu kehalalannya maka saya cuman foto-foto saja….cuman buat bikin ngiler…heheheheh….
Rasanya empat hari di Beijing kurang , nga semua hal-hal menarik dapat di kunjungi. Di sela-sela waktu yang sempit , kakak saya mas Pujo sempet-sempetnya mau beli sepeda lipat. Harga sepedanya pun murah-murah dengan kualitas yang cukup bagus. Kisaran hargnya jika dirupiahkan antara 500 – 800 yuan ( 1 yuan= 1700) semakin ringan semakin mahal. Tercatat 12 juta penduduk Beijing memiliki Sepeda.
Dan inilah yang saya makan……(maaf fotonya kurang bagus, karena hanya menggunakan foto poket digital dengan pencahayaan yang kurang)
Bagi para penggemar cerita silat Kho ping ho atau film-film kolosal cina, forbidden City cukup memberikan gambaran bagaimana megahnya ke Kaisaran Cina jaman dulu. Dan jangan lupa ke Ming Tomb, makam Kaisar Yong Le (Zhu De) Kaisar Ming ke 3 yang disebut-sebut sebagai Kaisar paling brilliant dinasti Ming dan disebut-sebut dalam banyak cerita silat.
Cuman satu yang mungkin agak membosankan adalah arsitektur gedung-gedung kuno dan peninggalan-peninggalannya hampir sama, jadi kalau foto-foto dengan background forbidden city, Summer palace, atau gazebo ditaman-taman kecil ya hampir sama, susah membedakan.Kayaknya masih banyak yang ingin diceritakan tapi cukup sekian dulu infonya...
2 komentar to “Beijing, untuk Turis Muslim”
Makasih bgt infonya, berguna bgt buat saya yg insyaAllah, hari selasa besok berangkat ke choyang district, beijing untuk training, tugas kantor.
Kiki
11/22/2010Terimakasih kembali, semoga senang menikmati perjalanan dan sukses dalam tugas. amin..
=