Menikmati Wajah India Sesungguhnya

Kamis



Menikmati Wajah India Sesungguhnya

TARIAN India memang Indah. Gaya busananya juga beda. Teknologinya pun menggebu-gebu. India adalah wajah Asia yang eksotis. Berkunjung ke India sama halnya menyusuri peradaban tertua di dunia.

ImageModernisasi dengan kesenjangan sosial serasa berbaur dengan keragaman budaya. Seni arsitektur India yang memukau banyak dipengaruhi peradaban dan agama yang pernah berjaya di sana. Budaya India selalu melekat pada kehidupan sehari-hari dengan persaingan dan kerja keras.

Kota tujuan saya pertama di India adalah Mumbai. Sekitar pukul 23.00 malam akhirnya saya tiba di bandara internasional Chhatrapati Shivaji. Sebelum bersandar, pesawat kami cukup lama berjalan seperti linglung mencari tempatnya. Jumlah pesawat yang parkir di bandara itu juga sangat banyak dengan aktivitas yang sangat sibuk. Maklum Mumbai merupakan kota bisnis terbesar di India.

Awalnya saya cukup kaget melihat banyak mobil tua seperti fiat tahun 1960-an yang masih dipakai sebagai taksi. Saya berdoa semoga yang jemput tidak menggunakan taksi tersebut. Karena selain tidak menggunakan AC, lokasi hotel saya cukup jauh berada di selatan Kota Mumbai. Oh, ternyata sedan taksi model baru, syukurlah nyaman pastinya.

Sementara taksi fiat model lama itu tampak ngantre dan berjubel menurunkan serta mengambil penumpang. Mumbai dahulu dikenal dengan Bombay (Bom Baia) dalam bahasa Portugal yang artinya Teluk yang Indah. Kota ini memang terletak pada sebuah teluk yang besar dikelilingi beberapa pulau kecil yang bervariasi ukurannya. Karena itu, setiap lekuknya menjadi pinggir pantai yang ramai dipenuhi pusat perkotaan di Mumbai. Setelah ratusan tahun orang mengenalnya dengan Bombay. Tahun 1995 salah satu partai politik berpengaruh di India Shiv Sena, mengusulkan nama penggantinya, Mumbai.

Hotel saya terletak di daerah paling ujung selatan Mumbai, Colaba namanya. Karena sudah malam, pemandangan di luar yang aneh tidak saya perhatikan. Setelah check in, saya agak khawatir terhadap potterbreakfast. Menu pagi itu terasa agak aneh di lidah saya.Tapi untung masih ada nasi dan telur yang bisa saya makan. Sulit juga awalnya beradaptasi dengan mereka untuk bekerja sama. Namun, itulah style mereka yang sangat kritis, banyak komentar dan ngotot.

Agar menghemat waktu, saya telah memesan agency travel untuk mengantarkan saya seharian penuh keliling kota ini. Gateway of India terkenal sebagai landmark Kota Mumbai karena dekat dari hotel. Maka bangunan ini yang pertama kali kami datangi. Kalau Gateway of India di Mumbai memiliki arti Penghormatan kepada Kunjungan King George V dan Queen Mary ke India tahun 1911. Tepat di depan Gateway of India ini sebenarnya adalah sebuah dermaga pelabuhan terbesar dan terkemuka ketika itu. Karena akan dibangun simbol terhadap kunjungan Raja Inggris ketika itu, maka pelabuhannya sekarang bergeser.

Perbedaan arti dengan Gateway of India yang di Delhi untuk menghormati Pahlawan tidak dikenal yang tewas dalam merebut kemerdekaan India. Walaupun mirip dengan Arc de Triomphedi Paris, India Gate ini lebih kecil serta memiliki arsitektur India. Dinding bangunannya yang terdiri atas pilar-pilar merupakan karya seni arsitektur India, termasuk empat menara di atasnya mirip dengan kubah kecil Taj Mahal.

Di sekeliling India Gate sebagian merupakan pinggir pantai, sebagian lagi merupakan halaman dengan taman yang hijau dengan pepohonan rindang. Warga Mumbai dan para turis tampak berbaur menikmati pemandangan Gateway of India dilatarbelakangi pantai sebelah timur atau Hotel Taj Mahal yang megah di sebelah baratnya.

Aktivitas lainnya seperti memberi makan burung atau berfoto-foto menjadi pemandangan sepanjang hari di halaman Gateway of India. Perjalanan selanjutnya kita mendatangi sebuah taman yang berada di tengah-tengah Kota Mumbai. Taman ini sangat luas dan terawat berfungsi sebagai paru-paru kota.

Museum Mani Bhavan Gandhi Sangrahalaya adalah tujuan selanjutnya. Bekas rumah tempat tinggal tokoh terkenal Mahatma Gandhi kini menjadi museum yang ramai dikunjungi turis mancanegara. Lokasinya sangat sederhana di jalan yang termasuk kecil, luas rumahnya pun memadai yang berlantai tiga. Dari pintu, jendela, dan tembok yang berdiri kokoh masih merupakan peninggalan asli beliau yang dilestarikan pemerintah.

Ketika saya datang, sedang berlangsung semacam kontes anak sekolah dasar yang berlomba membawakan lagu-lagu dengan alat musik tradisional, di ruang aula museum. Pada lantai dasar terdapat patung Mahatma Gandhi, kamar, ruang perpustakaan. Lantai 2 terdapat aula, ruang pameran diorama seluruh perjalanan hidup Mahatma Gandhi sejak kecil hingga tewas ditembak fundamentalis Hindu dan teras luar.

Lantai 3 terdapat tiga ruangan yang memamerkan seluruh barang-barang perangkat rumah milik Bapak Bangsa India tersebut. Pada beberapa foto terlihat beliau bersama anaknya Indira Gandhi sejak kecil sudah rajin belajar membaca buku-buku sampai beliau akhirnya melanjutkan pendidikan di Eropa.

Mahatma Gandhi memilih tempat tinggalnya di Bombay ketika dia mulai memimpin perjuangan politik menuju kemerdekaan. Keteguhannya terhadap produksi India ditunjukkan dengan berpuasa sambil memintal sendiri kain yang selalu dipakainya, sebagai boikot melawan kain dari Inggris. Mahatma menunjukkan pesona dan daya tarik menggunakan kacamata tebal dan berselimut kain putih di leher dengan memimpin perjuangan tanpa senjata. Dan konsep senjatanya yang paling populer adalah Swadhesi. Artinya, memakai produk buatan sendiri.

Tampaknya kharismatik seorang Mahatma Gandhi hingga saat ini tetap tergambar dalam kehidupan sehari-hari di India. Suatu ketika, saya melihat suasana pengamanan yang agak ketat karena ada beberapa tentara bersenjata yang lalu lalang.

Rupanya saat itu ada seorang Menteri India yang sedang mereka tunggu. Kendaraan pengawalnya sejenis Suzuki Katana hanya dua buah, sedangkan mobil menterinya seperti mobil tua berwarna putih dengan kaca gelap. Saya bertanya kepada seorang Guide,menterinya naik mobil antiknya? Oh, itu sejenis Masrom atau mobil produksi India, jadi seluruh pejabat di sini menggunakan kendaraan produksi sendiri. Termasuk pakaian dinasnya juga harus menggunakan baju tradisional India. Bahkan,para wanita pekerja kasar di jalan pun tetap menggunakan sari yang tidak praktis sebenarnya.

Taksi-taksi fiat buatan tahun 1950-1960-an masih tetap berjalan di seluruh penjuru Kota Mumbai, yang jumlahnya sangat banyak. Padahal, pabriknya di Italia kan sudah tidak memproduksinya lagi. Rupanya, seluruh mesin penggeraknya telah diganti dengan mesin berbahan bakar gas yang ramah lingkungan produksi sendiri. Karena itu, walaupun tanpa AC, sempit dan joknya kumal, taksi ini tetap menjadi primadona angkutan di Mumbai. Cara menghitung argonya pun aneh, yaitu dengan meng-engkol argo yang letaknya di samping bodi mobil seperti kaca spion.

Artikel Lainnya



0 komentar to “Menikmati Wajah India Sesungguhnya”

Bebas Berkomentar..