Pahami Unsystematic dan Systematic Risk dalam Berinvestasi Saham
Info Management File
Investasi tidak bisa lepas dari yang namanya risiko, termasuk saham yang merupakan instrumen investasi berisiko tinggi. Investasi pada saham memang potensi keuntungannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan deposito, namun risikonya juga jauh lebih tinggi. Berinvestasi di saham, dana Anda bisa jadi berlipat ganda, namun juga bisa habis bahkan negatif. Oleh karena itu, sebelum memutuskan investasi di saham Anda harus memahami risiko-risikonya.
Pada dasarnya, risiko saham terdiri dari dua macam, yakni systematic risk dan unsystematic risk. Bagaimana maksudnya? Apa saja contohnya? Dan bagaimana mengelola risiko-risiko tersebut?
Systematic Risk
Systematic risk, atau biasa juga disebut dengan market risk atau undiversifiable risk adalah faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Jadi, pergerakan harga saham tertentu akan dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham secara keseluruhan.
Contoh dari systematic risk diantaranya adalah perubahan tingkat suku bunga, perubahan regulasi, perubahan kondisi perekonomian, dan lainnya. Misalnya kondisi politik Indonesia yang kurang stabil meningkatkan systematic risk. Kemudian baru-baru ini, berita bahwa Sri Mulyani bakal mundur dari posisi Menkeu juga dipandang sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko ini.
Systematic risk tidak dapat dikontrol oleh investor, serta tidak dapat dimitigasi pula melalui diversifikasi. Risiko ini dapat diukur melalui besaran beta, yakni ukuran statistik yang mengukur dampak pergerakan pasar secara historis terhadap harga saham. Dengan meregresikan return saham terhadap return pasar, maka besaran beta dapat diperoleh. Risiko ini tidak dapat dihindari, namun pasar memberikan kompensasi yang lebih pula bagi investor yang bersedia untuk mengambil risiko ini. Menurut Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin besar systematic risk (beta), maka tingkat expected return juga semakin besar.
Semakin tinggi beta, maka saham semakin sensitif terhadap pergerakan pasar. Contoh saham dengan beta tinggi adalah saham BUMI, yang mempunyai beta sebesar 1.65. Artinya, saham ini sangat sensitif terhadap pergerakan pasar. Jika naik, maka kenaikannya bisa lebih tinggi, dan jika turun maka pelemahannya pun bisa lebih tajam.
Namun ingat, systematic risk ini berbeda dengan systemic risk, yang sedang ramai diperbincangkan belakangan ini. Systemic risk merupakan risiko atau event yang dapat mengakibatkan sistem finansial jatuh secara keseluruhan.
Unsystematic Risk
Sementara itu, unsystematic risk, atau sering disebut juga specific risk, adalah risiko bahwa event tertentu yang terjadi pada perusahaan atau industrinya yang kemudian mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Jadi, ketika Anda membeli saham suatu perusahaan, tentunya Anda mengharapkan imbal hasil yang bagus atas investasi Anda tersebut. Namun, kinerja perusahaan sendiri bisa bagus, bisa juga jelek, disebabkan oleh faktor-faktor spesifik tertentu. Ini adalah yang dimaksud dengan unsystematic (specific risk).
Unsystematic risk sangat terkait dengan kondisi industri maupun keputusan manajemen. Contohnya adalah strategi pemasaran, keputusan manajemen untuk menambah utang, pesaing menurunkan harga, keputusan pricing, lini produk dan lainnya.
Baru-baru ini misalnya, BTPN menambah nilai obligasi yang akan diterbitkannya, dari Rp 750 miliar menjadi Rp 1,3 triliun. Ini berarti menambah utang, yang berarti meningkatkan unsystematic risk dari BTPN. Contohnya lagi adalah harga batubara yang diprediksikan turun tahun ini, sehingga meningkatkan unsystematic risk bagi perusahaan-perusahaan batubara seperti BUMI, PTBA dan Adaro.
Unsystematic risk, berbeda dengan systematic risk, dapat dikontrol dengan beberapa strategi.
Pertama, unsystematic risk dapat diminimalisir dengan cara melakukan diversifikasi portfolio. Lalu berapa saham dalam portfolio yang harus Anda miliki untuk menghilangkan risiko ini? Pertama-tama, Anda harus memahami dulu konsep diversifikasi ini. Seandainya Anda hanya mempunyai saham BUMI dan PTBA saat ini, berarti Anda terekspos pada unsystematic risk, karena kedua saham tersebut berada dalam satu industri. Jika harga batubara turun, maka tentunya harga kedua saham tersebut bakal turun.
Artinya, untuk membentuk suatu portfolio saham yang baik Anda harus mengisinya dengan saham-saham yang menghasilkan korelasi kecil. Semakin kecil korelasinya, maka semakin baik, karena berarti return saham tidak bergerak secara bersama-sama. Jika korelasi semakin kecil, maka standar deviasi dari portfolio juga semakin kecil.
Selain itu, dalam mengisi portfolio Anda tentunya jangan memilih dengan random, melainkan telah meriset perusahaan-perusahaan tersebut terlebih dahulu. Seleksi kinerja dan prospeknya, dan ambil keputusan investasi berdasarkan kriteria yang telah Anda buat.
Kemudian, unysystematic risk juga dapat Anda minimalisir dengan cara berinvestasi dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, saham lebih terekspos terhadap fluktuasi, dibandingkan dalam jangka panjang. Dengan investasi dalam jangka panjang, diharapkan saham nilainya akan semakin tinggi, seiring dengan kinerja perusahaan yang membaik. Memang tidak ada jaminan bahwa kinerja di masa depan pasti lebih baik, namun dengan berinvestasi secara jangka panjang, Anda dapat meminimalisir risiko fluktuasi pasar dalam jangka pendek.
Demikian adalah sekilas pengenalan mengenai systematic dan unsystematic risk dalam saham. Analisa risiko-risiko yang Anda hadapi dengan baik. Selamat berinvestasi!
Vivanews.com
Investasi tidak bisa lepas dari yang namanya risiko, termasuk saham yang merupakan instrumen investasi berisiko tinggi. Investasi pada saham memang potensi keuntungannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan deposito, namun risikonya juga jauh lebih tinggi. Berinvestasi di saham, dana Anda bisa jadi berlipat ganda, namun juga bisa habis bahkan negatif. Oleh karena itu, sebelum memutuskan investasi di saham Anda harus memahami risiko-risikonya.
Pada dasarnya, risiko saham terdiri dari dua macam, yakni systematic risk dan unsystematic risk. Bagaimana maksudnya? Apa saja contohnya? Dan bagaimana mengelola risiko-risiko tersebut?
Systematic Risk
Systematic risk, atau biasa juga disebut dengan market risk atau undiversifiable risk adalah faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Jadi, pergerakan harga saham tertentu akan dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham secara keseluruhan.
Contoh dari systematic risk diantaranya adalah perubahan tingkat suku bunga, perubahan regulasi, perubahan kondisi perekonomian, dan lainnya. Misalnya kondisi politik Indonesia yang kurang stabil meningkatkan systematic risk. Kemudian baru-baru ini, berita bahwa Sri Mulyani bakal mundur dari posisi Menkeu juga dipandang sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko ini.
Systematic risk tidak dapat dikontrol oleh investor, serta tidak dapat dimitigasi pula melalui diversifikasi. Risiko ini dapat diukur melalui besaran beta, yakni ukuran statistik yang mengukur dampak pergerakan pasar secara historis terhadap harga saham. Dengan meregresikan return saham terhadap return pasar, maka besaran beta dapat diperoleh. Risiko ini tidak dapat dihindari, namun pasar memberikan kompensasi yang lebih pula bagi investor yang bersedia untuk mengambil risiko ini. Menurut Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin besar systematic risk (beta), maka tingkat expected return juga semakin besar.
Semakin tinggi beta, maka saham semakin sensitif terhadap pergerakan pasar. Contoh saham dengan beta tinggi adalah saham BUMI, yang mempunyai beta sebesar 1.65. Artinya, saham ini sangat sensitif terhadap pergerakan pasar. Jika naik, maka kenaikannya bisa lebih tinggi, dan jika turun maka pelemahannya pun bisa lebih tajam.
Namun ingat, systematic risk ini berbeda dengan systemic risk, yang sedang ramai diperbincangkan belakangan ini. Systemic risk merupakan risiko atau event yang dapat mengakibatkan sistem finansial jatuh secara keseluruhan.
Unsystematic Risk
Sementara itu, unsystematic risk, atau sering disebut juga specific risk, adalah risiko bahwa event tertentu yang terjadi pada perusahaan atau industrinya yang kemudian mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Jadi, ketika Anda membeli saham suatu perusahaan, tentunya Anda mengharapkan imbal hasil yang bagus atas investasi Anda tersebut. Namun, kinerja perusahaan sendiri bisa bagus, bisa juga jelek, disebabkan oleh faktor-faktor spesifik tertentu. Ini adalah yang dimaksud dengan unsystematic (specific risk).
Unsystematic risk sangat terkait dengan kondisi industri maupun keputusan manajemen. Contohnya adalah strategi pemasaran, keputusan manajemen untuk menambah utang, pesaing menurunkan harga, keputusan pricing, lini produk dan lainnya.
Baru-baru ini misalnya, BTPN menambah nilai obligasi yang akan diterbitkannya, dari Rp 750 miliar menjadi Rp 1,3 triliun. Ini berarti menambah utang, yang berarti meningkatkan unsystematic risk dari BTPN. Contohnya lagi adalah harga batubara yang diprediksikan turun tahun ini, sehingga meningkatkan unsystematic risk bagi perusahaan-perusahaan batubara seperti BUMI, PTBA dan Adaro.
Unsystematic risk, berbeda dengan systematic risk, dapat dikontrol dengan beberapa strategi.
Pertama, unsystematic risk dapat diminimalisir dengan cara melakukan diversifikasi portfolio. Lalu berapa saham dalam portfolio yang harus Anda miliki untuk menghilangkan risiko ini? Pertama-tama, Anda harus memahami dulu konsep diversifikasi ini. Seandainya Anda hanya mempunyai saham BUMI dan PTBA saat ini, berarti Anda terekspos pada unsystematic risk, karena kedua saham tersebut berada dalam satu industri. Jika harga batubara turun, maka tentunya harga kedua saham tersebut bakal turun.
Artinya, untuk membentuk suatu portfolio saham yang baik Anda harus mengisinya dengan saham-saham yang menghasilkan korelasi kecil. Semakin kecil korelasinya, maka semakin baik, karena berarti return saham tidak bergerak secara bersama-sama. Jika korelasi semakin kecil, maka standar deviasi dari portfolio juga semakin kecil.
Selain itu, dalam mengisi portfolio Anda tentunya jangan memilih dengan random, melainkan telah meriset perusahaan-perusahaan tersebut terlebih dahulu. Seleksi kinerja dan prospeknya, dan ambil keputusan investasi berdasarkan kriteria yang telah Anda buat.
Kemudian, unysystematic risk juga dapat Anda minimalisir dengan cara berinvestasi dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, saham lebih terekspos terhadap fluktuasi, dibandingkan dalam jangka panjang. Dengan investasi dalam jangka panjang, diharapkan saham nilainya akan semakin tinggi, seiring dengan kinerja perusahaan yang membaik. Memang tidak ada jaminan bahwa kinerja di masa depan pasti lebih baik, namun dengan berinvestasi secara jangka panjang, Anda dapat meminimalisir risiko fluktuasi pasar dalam jangka pendek.
Demikian adalah sekilas pengenalan mengenai systematic dan unsystematic risk dalam saham. Analisa risiko-risiko yang Anda hadapi dengan baik. Selamat berinvestasi!
Vivanews.com
0 komentar to “Pahami Unsystematic dan Systematic Risk dalam Berinvestasi Saham”
=