Pengertian Redenominasi Rupiah
Ingin tahu apa itu Redenominasi Rupiah?
Simpel saja. Redenominasi Rupiah hanya sekedar penyederhanaan sistem angkanya saja, biar tidak terlalu besar. Redenominasi rupiah bukan pengurangan nilai tukar rupiah, kalau pengurangan nilai rupiah, namanya Sanering.
Misalnya, angka Rupiah Rp 10.000 dibuat simpel jadi Rp 10. Dikurangi 0-nya tiga, tapi nilainya tetap tidak berkurang.
Kalau beli mie ayam jamur harga awalnya Rp 10.000 semangkok, setelah redenominasi kita beli mie ayam dengan harga nominalnya jadi Rp 10 saja. Mudah kan? Tidak berarti tukang mie ayamnya rugi, karena dia yang tadinya modalnya Rp 5000, sekarang modalnya hanya Rp 5 per mangkok. Sama saja, tapi lebih simpel.
Kalau kita beli baju kaos Ipin Upin harganya Rp 100.000 (mahal amat!), setelah redenominasi rupiah harga belinya jadi Rp 100. Jadi dengan Rp 100 itu kita tetap bisa beli baju yang sama. Tidak ada pengurangan nilai tukar, hanya dibikin sederhana saja angkanya.
Redenominasi biasanya memang dilakukan untuk menyederhanakan nilainya saja. Di negara-negara lain kebanyakan nilai pecahan nominalnya tidak sebesar Rupiah (yang sampai puluhan ribu dan seratus ribu). Di Amerika, pecahan US$ yang tertinggi saja hanya sampai 100. Bahkan nilai Rupiah Indonesia Rp 100.000 adalah salahsatu nilai pecahan uang terbesar di dunia, setelah nilai uang Vietnam yang pecahannya ada yang sampai 500.000 Dong.
Selain itu juga untuk mengefisienkan sistem pencatatan keuangan, biar tidak perlu nulis/ngeprint panjang Rp 10.000, tapi cukup Rp 10 saja, ngirit 0-nya tiga. Ini sekaligus bisa menghemat waktu, dan tinta..(seriously). Kalau untuk nulis satu kali saja sih memang ngga terasa, tapi coba bayangin kalau nulis 1000 kali! Apalagi kalau jutaan kali, tiap hari di seluruh Indonesia, bisa bikin ekonomi biaya tinggi dan ngerepotin!
Redenominasi biasanya dilakukan pada saat ekonomi membaik dan inflasi terkendali. Sedangkan sanering dilakukan saat ekonomi dan inflasi tidak terkendali. Kita pernah mengalami sanering dua kali yaitu tahun 1959 dan 1965. Saat itu inflasi mencapai diatas 40%. Sanering cenderung merugikan masyarakat, sedangkan Redenominasi tidak merugikan, malah bikin simpel.
Saat ini redenominasi rupiah hanya baru wacana saja yang dikemukakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution. Proses ini telah berhasil dilakukan di Turki dan Rumania.
Misalnya, angka Rupiah Rp 10.000 dibuat simpel jadi Rp 10. Dikurangi 0-nya tiga, tapi nilainya tetap tidak berkurang.
Kalau beli mie ayam jamur harga awalnya Rp 10.000 semangkok, setelah redenominasi kita beli mie ayam dengan harga nominalnya jadi Rp 10 saja. Mudah kan? Tidak berarti tukang mie ayamnya rugi, karena dia yang tadinya modalnya Rp 5000, sekarang modalnya hanya Rp 5 per mangkok. Sama saja, tapi lebih simpel.
Kalau kita beli baju kaos Ipin Upin harganya Rp 100.000 (mahal amat!), setelah redenominasi rupiah harga belinya jadi Rp 100. Jadi dengan Rp 100 itu kita tetap bisa beli baju yang sama. Tidak ada pengurangan nilai tukar, hanya dibikin sederhana saja angkanya.
Redenominasi biasanya memang dilakukan untuk menyederhanakan nilainya saja. Di negara-negara lain kebanyakan nilai pecahan nominalnya tidak sebesar Rupiah (yang sampai puluhan ribu dan seratus ribu). Di Amerika, pecahan US$ yang tertinggi saja hanya sampai 100. Bahkan nilai Rupiah Indonesia Rp 100.000 adalah salahsatu nilai pecahan uang terbesar di dunia, setelah nilai uang Vietnam yang pecahannya ada yang sampai 500.000 Dong.
Selain itu juga untuk mengefisienkan sistem pencatatan keuangan, biar tidak perlu nulis/ngeprint panjang Rp 10.000, tapi cukup Rp 10 saja, ngirit 0-nya tiga. Ini sekaligus bisa menghemat waktu, dan tinta..(seriously). Kalau untuk nulis satu kali saja sih memang ngga terasa, tapi coba bayangin kalau nulis 1000 kali! Apalagi kalau jutaan kali, tiap hari di seluruh Indonesia, bisa bikin ekonomi biaya tinggi dan ngerepotin!
Redenominasi biasanya dilakukan pada saat ekonomi membaik dan inflasi terkendali. Sedangkan sanering dilakukan saat ekonomi dan inflasi tidak terkendali. Kita pernah mengalami sanering dua kali yaitu tahun 1959 dan 1965. Saat itu inflasi mencapai diatas 40%. Sanering cenderung merugikan masyarakat, sedangkan Redenominasi tidak merugikan, malah bikin simpel.
Saat ini redenominasi rupiah hanya baru wacana saja yang dikemukakan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution. Proses ini telah berhasil dilakukan di Turki dan Rumania.
0 komentar to “Pengertian Redenominasi Rupiah”
=