Tradisi Dan Adat Suku Biak
Selasa
Tradisi Dan Adat Suku Biak
Suku Biak merupakan salah satu kelompok masyarakat Papua yang hidup dan tinggal di kabupaten Biak Numfor. Turun temurun, setiap kegiatan yang terkait dengan alur kehidupan mereka berjalan berdasarkan aturan adat. Aturan adat itu berasal dari
para leluhur suku Biak yang diyakini sebagai tetua adat. Salah satu  aturan adat yang harus dijalani yakni prosesi adat sebelum warga Biak  melangsungkan pernikahan. Bagaimana prosesi ritual adat itu?
Sebelum melangsungkan pernikahan, pihak keluarga dari lelaki Biak yang  ingin menikah itu diwajibkan untuk melamar wanita calon pendamping. Di  Biak, terdapat dua cara untuk melamar calon pengantin wanita. Pertama,  pinangan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki sewaktu anak lelaki  mereka ataupun anak gadis yang akan dilamar masih berusia anak-anak.  Dalam bahasa Biak, tradisi ini disebut Sanepen. Cara yang kedua yakni  Fakfuken, orang tua lelaki melamar gadis yang akan menjadi pengantin  setelah kedua anak mereka berumur minimal 15 tahun. Pada saat melamar  itu, pihak lelaki membawa Kaken atau tanda perkenalan seperti gelang  ataupun kalung dari manik-manik. Tidak ada ketentuan adat, berapa banyak  kaken yang harus diserahkan, jumlah dan jenisnya berdasarkan pada  kemampuan materi dari pihak keluarga lelaki. Jika orang tua dari pihak  perempuan menerima lamaran itu, mereka juga memberikan kaken kepada  pihak lelaki. Sama halnya dengan tanda perkenalan yang diberikan oleh  pihak lelaki, pihak perempuan memberikan kaken sesuai dengan  kemampuannya.
Jika kedua belah pihak telah setuju untuk menyelenggarakan pernikahan,  mereka menentukan mas kawin yang nantinya diberikan pihak lelaki kepada  pihak wanita. Dulu, mas kawin itu umumnya berupa Kamfar yakni gelang  dari kulit kerang. Jika lelaki yang akan menikah itu berasal dari  keluarga terpandang, ia memberikan sebuah perahu layar sebagai mas  kawin.  Namun seiring dengan perkembangan jaman, suku Biak mengganti  jenis mas kawin itu dengan gelang yang terbuat dari perak. Setelah  penentuan mas kawin, kedua orang tua dari kedua belah pihak pergi menuju  rumah tetua adat suku Biak. Bagi suku Biak, tetua adat memiliki peran  yang sangat penting. Begitu pentingnya peran tetua adat itu, pihak  keluarga akan menyelenggarakan pernikahan pada hari yang oleh tetua adat  dianggap sebagai hari baik. Sementara itu, segala macam kebutuhan  pernikahan mulai dipersiapkan satu minggu menjelang hari pernikahan  dilaksanakan.
Pernikahan adat suku Biak mulai dilaksanakan satu hari sebelum hari  pernikahan tiba. Kedua calon mempelai yang akan menikah mengawali  tradisi ini dengan acara makan bersama dengan semua saudara lelaki dari  pihak ibu kedua mempelai. Keesokan harinya, keluarga wanita mulai  menghias sang gadis sesuai adat. Setelah dianggap tampil sempurna,  barulah calon pengantin wanita dibawa menuju rumah pengantin lelaki. Di  rumah pihak lelaki itulah, puncak acara dalam pernikahan adat suku Biak  dilaksanakan. Ketika menikah, lelaki ataupun wanita Biak mengenakan  pakaian adat Papua yang bentuknya hampir sama. Mereka juga memakai  gelang, kalung, serta ikat pinggang dari manik-manik.
Acara puncak pernikahan adat suku Biak diawali dengan penyerahan  seperangkat senjata berupa tombak, panah, serta parang. Penyerahan itu  diawali dari pihak keluarga wanita kepada pihak lelaki. Bagi suku Biak,  penyerahan dari pihak wanita itu menjadi simbol bahwa keluarga wanita  telah sepenuhnya menyerahkan anak gadis mereka kepada keluarga lelaki.  Setelah diterima oleh wakil dari pihak lelaki, pihak keluarga lelaki  menyerahkan pemberian yang bentuknya sama kepada pihak perempuan. Kali  ini, pemberian ini menjadi simbol, keluarga lelaki telah menerima anak  gadis itu dan menjaganya seperti anak mereka sendiri. Setelah itu,  barulah kepala adat mulai mengawali inti acara pernikahan.
Inti acara pernikahan adat diawali dengan pemberian sebatang rokok yang  tampak seperti cerutu. Rokok itu wajib dihisap oleh pengantin lelaki  kemudian diisap oleh pengantin wanita. Tak lama kemudian, tetua adat  memberikan dua buah ubi yang telah dibakar di atas bara api kepada kedua  mempelai. Ketika itu, setiap pengantin memperoleh sebuah ubi. Doa dan  mantera yang dibacakan oleh sang tetua adat mengiringi prosesi pemberian  ubi itu kepada kedua mempelai. Dalam tradisi ini, doa merupakan  permohonan restu kepada Tuhan agar kedua mempelai mendapat kebahagiaan.  Setelah doa selesai dibacakan, kedua mempelai melaksanakan tradisi  saling menyuapi ubi. Seluruh rangkaian acara pernikahan adat suku Biak  ini diakhiri dengan makan bersama dengan seluruh keluarga dari kedua  pihak dan para tamu undangan. Dengan berakhirnya tradisi makan bersama  itu, usai sudah seluruh rangkaian acara pernikahan adat suku Biak di  kabupaten Biak Numfor, Papua. Ari-Ike/LPP
Masyarakat & Adat Istiadat
Masyarakat  Biak masih memiliki kebudayaan kuno yang berkisar pada kepercayaan  animisme bahkan kepercayaan tersebut lebih ditonjolkan melalui upacara  ritual yang lebih dikenal dengan WOR. Kata Wor sudah berarti lagu dan  tari tradisional. Semua anak yang terkena wabah penyakit dianggap  bernasib malang sehingga harus diadakan upacara adat. Wor dapat  mengekspresikan semua aspek kehidupan orang Biak, seperti halnya upacara  tradisional para leluhur berupa ukiran kayu, dan lebih khusus pada  motif atribut yang digunakan mereka pada saat menyanyi dan menari;  berupa motif pada pakaian. Semua barang yang digunakan untuk upacara  adat dapat disakralkan atau dikeramatkan. 
Beberapa upacara tradisional orang Biak antara lain Upacara gunting rambut/cukur (Wor Kapapnik), Upacara memberi/mengenakan pakaian (Wor Famarmar), Upacara perkawinan (Wor Yakyaker Farbakbuk), dan lain-lain. Seluruh upacara diiringi dengan lagu dan tari bahkan merupakan sumbangan atau pendewaan kepada roh-roh para leluhur.
Pekuburan Tua Padwa

Tempat di mana dapat dilihat tengkorak dan tulang belulang dari leluhur suku Biak yang mendiami kampung Padwa yang teratur rapih di dalam goa batu/tebing karang. Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih 20 menit.
Tari Yosim Pancar
Tarian  persahabatan Biak Numfor dikenal dengan nama Yosim Pancar. Pertunjukkan  yang diadakan lebih dari satu orang denga gerakan dasar yang pebnuh  semangat, dinamik dan menarik, seperti Pancar gas, Gale-gale, Jef, Pacul  Tiga, Seka dan lain-lain.
Wor Barapen

Upacara  Barapen adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh para pemuda (Kabor  Insos) sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja.  Setelah upacara selesai ribuan batu disusun dan dibakar sampai batu  tersebut menjadi bara. Batu yang masih membara disebar, sementara itu  pemimpin keagamaan mempersiapkan dirinya dengan melumuri kakinya dengan  cairan khusus sambil mengucapkan mantra. Ketika sang pemimpin upacara  sudah siap, dia kemudian berjalan di atas batu yang masih panas membara.
Festival  Pesta Pernikahan Tradisional

Suku-suku di Biak sering  sekali mengadakan upacara Munara Yakyaker Purbakbuk, yaitu sebuah  upacara mengantar pengantin perempuan ke rumah pengantin laki-laki.  Yakyaker artinya membiarkan seorang pengantin wanita pergi ke kediaman  pengantin pria.
Informasi lebih lengkap, kunjungi Portal Wisata Biak Numfor


0 komentar to “Tradisi Dan Adat Suku Biak”