Ahmadiyah
Senin
Ahmadiyah
Segala puji bagi Allah semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi akhir zaman Muhammad bin Abdillah kepada para keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Amma ba'du:
Akhir-akhir ini terjadi lagi kerusuhan yang melibatkan kelompok Ahmadiyah yang secara syarie telah divonis sesat oleh para ulama termasuk tempat lahirnya di India maupun Pakistan. Namun apa yang membuat para penganut kelompok ini bersikukuh dengan kebenaran Mirza Ghulam Ahmad ?
Diantara dalil yang selalu didengungkan oleh kelompok Ahmadiyah Qadiyani untuk membuktikan kebenaran kenabian Mirza Ghulam Ahmad seperti yang beredar di situs-situs mereka adalah hadits tentang gerhana:
Kepalsuan hadits gerhana tersebut:
Hadits  yang  diriwayatkan didalam sunan Ad-Daruquthni dalam bab Shalat Kusuf dan  Khusuf  dan  mereka mengklaim bahwa peristiwa itu terjadi dizaman Ghulam Ahmad.
Hadits   ini diriwayatkan oelh Imam Ad-Daruquthni dalam Sunannya dengan nomor  (1816)  beliau berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Ashtharkhi:  telah  menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdillah bin Naufal: telah  menceritakan  kepada kami ‘Ubaid bin Na’isy: telah menceritakan kepada kami Yunus bin  Bukair  dari ‘Amru bin Syamir dari Jabir dari Muhammad bin ‘Ali berkata:  Sesungguhnya  Mahdi kami memiliki dua tanda yang belum pernah terjadi sejak diciptakan   langit-langit dan bumi yaitu gerhana bulan yang terjadi pada malam  pertama  dibulan Ramadhan dan gerhana matahari yang terjadi pada pertengahan  bulan  tersebut dan keduanya belum pernah terjadi sejak Allah menciptakan  langit-langit  dan bumi).
Dan hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai hujah  karena  derajatnya tidak shahih dari beberapa sisi:
Pertama:  ’Amru bin Syamir Al-Ju’fi kuniyahnya Abu Abdullah, Imam Nasa’i  berkata  dalam kitab Ad-dhuafa wa Al-matrukin: ’Amru bin Syamir haditsnya  ditingggalkan  dia orang Kufah. Ibnu Hibban berkata dalam kitab Al-Majruhin: ”dia  adalah  pengikut kelompok rafidhah (syi’ah) yang biasa mencela para sahabat  Rasulullah  shallallahu ’alaihi wasallam dan termasuk yang meriwayatkan  hadits-hadits palsu  dari perawi yang tsiqat berkaitan dengan keutamaan Ahli bait dan  lainnya, tidak  dihalalkan menulis haditsnya kecuali karena takjub dan terheran-heran.  Telah  memberitakan kepada kami Muhammad bin Ishaq maula Tsaqif berkata: telah  menceritakan kepada kami Mufadhal bin Ghassan  berkata: aku mendengar  Yahya bin  Ma’in berkata: ’Amru bin Syamir tidak boleh ditulis haditsnya”.
Ibnu  Abi  Hatim berkata dalam kitab ”Al-Jarhu wa At-Ta’dil”: telah memberitakan  kepada  kami Abdur Rahman berkata: Abu Zar’ah ditanya tentang ’Amru bin Syamir  maka  beliau berkata: dia lemah haditsnya” Imam Bukhari berkata: dia munkar  haditsnya,  dan banyak lagi komentar para ahli hadits terhadap ’Amru bin  Syamir.
Kedua: Jabir bin Yazid Al-Ju’fi dari  ahli kufah  kuniyahnya Abu Yazid, Ibnu Hibban berkata dalam Al-Majruhin: dia adalah  Saba’i  termasuk sahabat Abdullah bin Saba’ dan dia mengatakan bahwa Ali  radhiallahu  anhu akan kembali kedunia .
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin  Ahmad  Al-Qathan telah menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad: aku  mendengar Yahya  bin Ma’in berkata: Jabir Al-Ju’fi tidak boleh ditulis haditsnya, telah  menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman bin Faris telah  menceritakan  kepada kami Muhammad bin Ismail Al-Bukhari telah menceritakan kepada  kami  Al-Humaidi: aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata: Jabir Al-Ju’fi  beriman  dengan akidah raj’ah.Dan beberapa komentar ulama lainnya yang senada  dengannya.
Ketiga: Muhammad bin Ali adalah bin  Husain  bin Ali bin Abi Talib Abu Ja’far Al-Baqir tsiqah fadhil termasuk  peringkat  keempat, maka hadits itu terputus sebagaimana telah ditetapkan dalam  ilmu  mustalah hadits maka tidak sah dijadikan hujah karena tidak boleh  menolak  perkataan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dengan perkataan orang  lain.
Keempat: hadits tersebut munkar karena  bertentangan dengan hadits yang telah disepakati keshahihannya dari  haditsnya  ’Aisyah radhiallahu anha berkata:
(Telah terjadi gerhana matahari  dizaman  Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam lalu beliau shalat bersama  manusia  dengan berdiri yang lama kemudian ruku yang lama kemudian berdiri lagi  dengan  lama tetapi tidak selama yang pertama kemudian beliau ruku dengan lama  tetapi  tidak selama yang pertama kemudian sujud dengan lama kemudian beliau  melakukan  pada rakaat yang kedua seperti yang dilakukan pada rakaat pertama  kemudian  beliau selesai shalat ketika matahari sudah terang kembali lalu beliau  berkhutbah dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya kemudian berkata:
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan Allah  tidak  terjadi gerhana karena kematian seseorang atau hidupnya seseorang maka  jika  kalian melihat kejadian itu maka berdoalah kepada Allah dan bertakbirlah  dan  sholatlah dan bersedekahlah”, kemudian beliau berkata: ”Wahai umat  Muhammad demi  Allah tidak ada yang lebih cemburu dari Allah ketika ada hambanya laki  maupn  perempuan yang berzina, Wahai umat Muhammad, demi Allah seandainya  kalian tahu  yang aku tahu niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak  menangis”).
Kesimpulan:
1-Hadist ini palsu mauquf kepada Muhammad bin Ali karena banyaknya  perawinya  yang lemah, dan hadits ini sesuai dengan perkataan Syeikh Albani  rahimahullah:  kegelapan diatas kegelapan, hampir semua tingkatan perawinya lemah,  sebagaimana  hadits itu juga bertentangan dengan riwayat yang shahih dari Nabi  shallallahu  ’alaihi wasallam maka tidak boleh menolak perkataan Nabi shallallahu  ’alaihi  wasallam dengan perkataan selainnya, jika kita memahami hal ini maka  jelaslah  kesesatan kelompok Qadiyaniah ketika berhujah dengan hadits ini untuk  dakwaan  palsu mereka.
Diriwayatkan juga atsar ini dari Al-Baqir dengan  jalan yang  lebih kuat tetapi menyelisihi tanggal kusuf dan khusuf yang disebutkan  pemalsu  hadits ’Amru bin Syamir dalam riwayatnya, lalu kenapa pengikut Qadiyani  tidak  menerima riwayat-riwayat tersebut ?
2-Riwayat yang palsu tersebut  sama  sekali tidak menyebutkan gerhana matahari dan bulan pada tanggal 13 dan  28  Ramadhan  tetapi pada tanggal 1 dan 15 Ramadhan.
3-Malam gerhana  pertama  di Qadiyan adalah malam 12 dari bulan Qamariyah bukan malam 13  sebagaimana klaim  pengikut Qadiyaniah.
4-Tidak mungkin terjadi gerhana matahari  pada  tanggal 27 dari bulan Qamariyah sebagaimana klaim pengikut Qadiyaniah,  karena  supaya terjadi gerhana bulan pada tanggal 27 harus tertunda penglihatan  anak  bulan untuk dua setengah hari !
5-Gerhana matahari dan bulan  serentak  dibulan Ramadhan terjadi hanya selama 23 tahun sekali, adapun Mirza  mengklaim  bahwa gerhana seperti ini tidak pernah terjadi sejak Allah menciptakan  langit  dan bumi.
6-Imam Ad-Daruquthni yang meriwayatkan atsar dari  syi’ah ini  beliau secara terang mendhaifkan ’Amru bin Syamir perawi hadits dalam  kitab yang  sama yang menyebutkan atsar ini. Bahkan perawi pemalsu ini telah  dilemahkan oleh  para ulama baik dari ahli sunah maupun syi’ah.
7-Perlu  diperhatikan  kesalahan tahun Mirza Ghulam Ahmad mengklaim sebagai Al-Mahdi,yang benar  dia  mengklaimnya pada tahun 1891 M bukan 1882 M.
(ar/voa-islam.com)


0 komentar to “Ahmadiyah”