Kumpulan Hadits Tentang Puasa Ramadhan
1. Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)
 2. Allah ‘Azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunahkan  shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan  mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti  bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR. Ahmad)
3. Rasulullah Saw menaiki mimbar (untuk berkhotbah). Menginjak anak  tangga (tingkat) pertama beliau mengucapkan, “Aamin”, begitu pula pada  anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya,  “Mengapa Rasulullah mengucapkan “Aamin”? Beliau lalu menjawab, “Malaikat  Jibril datang dan berkata, “Kecewa dan merugi seorang yang bila namamu  disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu” lalu aku berucap  “Aamin.” Kemudian malaikat berkata lagi, “Kecewa dan merugi orang yang  berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai  bisa masuk surga.” Lalu aku mengucapkan “aamin”. Kemudian katanya lagi,  “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan Ramadhan  tetapi tidak terampuni dosa-dosanya.” Lalu aku mengucapkan “Aamin.” (HR.  Ahmad)
4. Bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada  hari kiamat dari harumnya misik (minyak wangi paling harum di dunia).  (HR. Bukhari)
5. Makanlah waktu sahur. Sesungguhnya makan waktu sahur menyebabkan  berkah. (HR. Mutafaq’alaih)
6. Manusia tetap berkondisi baik selama mereka tidak menunda-nunda berbuka puasa. (HR. Bukhari)
7. Barangsiapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya. (HR. Bukhari)
8. Barangsiapa shalat malam pada malam Lailatul Qodar dengan keimanan  dan harapan pahala dari Allah maka akan terampuni dosa-dosanya yang  terdahulu. (HR. Bukhari)
9. Mungkin hasil yang diraih seorang shaum (yang berpuasa) hanya  lapar dan haus, dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam  (Qiyamul lail) hanyalah berjaga. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
10. Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang (menerima makanan) berpuasa tidak dikurangi sedikitpun. (HR. Tirmidzi)
11. Tidaklah termasuk kebajikan orang yang tetap berpuasa dalam perjalanan (musafir). (HR. Bukhari)
12. Barangsiapa berbuka puasa sehari tanpa rukshah (alasan yang  dibenarkan) atau sakit, maka tidak akan dapat ditebus (dosanya) dengan  berpuasa seumur hidup meskipun dia melakukannya. (HR. Bukhari dan  Muslim)
Kitab Puasa dalam Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Oleh : Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani.
Hadits Puasa  ke-1
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah engkau mendahului Ramadhan dengan  berpuasa sehari atau dua hari, kecuali bagi orang yang terbiasa  berpuasa, maka bolehlah ia berpuasa.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-2
Ammar Ibnu Yasir Radliyallaahu ‘anhu berkata: Barangsiapa berpuasa pada  hari yang meragukan, maka ia telah durhaka kepada Abul Qasim (Muhammad)  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam Hadits Puasa  mu’allaq riwayat Bukhari,  Imam Lima menilainya maushul, sedang Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban  menilainya Hadits Puasa  shahih. 
Hadits Puasa  ke-3
Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila engkau sekalian  melihatnya (bulan) berpuasalah, dan apabila engkau sekalian melihatnya  (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah.”  Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: “Jika awan menutupi kalian maka  perkirakanlah tiga puluh hari.” Menurut riwayat Bukhari: “Maka  sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari.” 
Hadits Puasa  ke-4
Menurut riwayatnya dari Hadits Puasa  Abu Hurairah: “Maka sempurnakanlah  hitungan bulan Sya’ban 30 hari.” 
Hadits Puasa  ke-5
Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Orang-orang melihat bulan sabit,  lalu aku beritahukan kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bahwa  aku benar-benar telah melihatnya. Lalu beliau berpuasa dan menyuruh  orang-orang agar berpuasa. Riwayat Abu Dawud. Hadits Puasa  shahih  menurut Hakim dan Ibnu Hibban. 
Hadits Puasa  ke-6
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa ada seorang Arab Badui  menghadap Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu berkata: Sungguh aku  telah melihat bulan sabit (tanggal satu). Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain  Allah?” Ia berkata: Ya. Beliau bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa  Muhammad itu utusan Allah.” Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda:  “Umumkanlah pada orang-orang wahai Bilal, agar besok mereka berpuasa.”  Riwayat Imam Lima. Hadits Puasa  shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu  Hibban, sesang Nasa’i menilainya mursal. 
Hadits Puasa  ke-7
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada  puasa baginya.” Riwayat Imam Lima. Tirmidzi dan Nasa’i lebih cenderung  menilainya Hadits Puasa  mauquf. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban  menilainya shahih secara marfu’. Menurut riwayat Daruquthni: “Tidak ada  puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa wajib semenjak malam.” 
Hadits Puasa  ke-8
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Suatu hari Nabi Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam masuk ke rumahku, lalu beliau bertanya: “Apakah ada  sesuatu padamu?” Aku menjawab: Tidak ada. Beliau bersabda: “Kalau begitu  aku berpuasa.” Pada hari lain beliau mendatangi kami dan kami katakan:  Kami diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu  kering). Beliau bersabda: “Tunjukkan padaku, sungguh tadi pagi aku  berpuasa.” Lalu beliau makan. Riwayat Muslim. 
Hadits Puasa  ke-9
Dari Sahal Ibnu Sa’ad Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang-orang akan tetap dalam kebaikan  selama mereka menyegerakan berbuka.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-10
Menurut riwayat Tirmidzi dari Hadits Puasa  Abu Hurairah Radliyallaahu  ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah ‘Azza  wa Jalla berfirman: Hamba-hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah mereka  yang paling menyegerakan berbuka.” 
Hadits Puasa  ke-11
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya  dalam makan sahur itu ada berkahnya.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-12
Dari Sulaiman Ibnu Amir Al-Dlobby bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu berbuka, hendaknya ia  berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya, hendaknya ia berbuka  dengan air karena air itu suci.” Riwayat Imam Lima. Hadits Puasa  shahih  menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim. 
Hadits Puasa  ke-13
Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam melarang puasa wishol (puasa bersambung tanpa makan).  Lalu ada seorang dari kaum muslimin bertanya: Tetapi baginda sendiri  puasa wishol, wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Siapa di antara kamu  yang seperti aku, aku bermalam dan Tuhanku memberi makan dan minum.”  Karena mereka menolak untuk berhenti puasa wishol, maka beliau berpuasa  wishol bersama mereka sehari, kemudian sehari. Lalu mereka melihat bulan  sabit, maka bersabdalah beliau: “Seandainya bulan sabit tertunda aku  akan tambahkan puasa wishol untukmu, sebagai pelajaran bagi mereka uang  menolak untuk berhenti.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-14
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan  dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan  bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya.” Riwayat Bukhari  dan Abu Dawud. Lafadznya menurut riwayat Abu Dawud. 
Hadits Puasa  ke-15
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  pernah mencium sewaktu berpuasa dan mencumbu sewaku berpuasa, akan  tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya di antara  kamu. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat  ditambahkan: Pada bulan Ramadhan. 
Hadits Puasa  ke-16
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam pernah berbekam dalam keadaan ihram dan pernah berbekam sewaktu  berpuasa. Riwayat Bukhari. 
Hadits Puasa  ke-17
Dari Syaddad Ibnu Aus bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah  melewati seseorang yang sedang berbekam pada bulan Ramadhan di Baqi’,  lalu beliau bersabda: “Batallah puasa orang yang membekam dan dibekam.”  Riwayat Imam Lima kecuali Tirmidzi. Hadits Puasa  shahih menurut Ahmad,  Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban. 
Hadits Puasa  ke-18
Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘anhu berkata: Pertama kali pembekaman  bagi orang yang puasa itu dimakruhkan adalah ketika Ja’far Ibnu Abu  Thalib berbekam sewaktu berpuasa. Lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam melewatinya dan beliau bersabda: “Batallah dua orang ini.”  Setelah itu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memberikan keringanan  untuk berbekam bagi orang yang berpuasa. Dan Anas pernah berbekam ketika  berpuasa. Riwayat Daruquthni dan ia menguatkannya. 
Hadits Puasa  ke-19
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam memakai celak mata pada bulan Ramadhan sewaktu beliau berpuasa.  Riwayat Ibnu Majah dengan sanad yang lemah. Tirmidzi berkata: Dalam bab  ini tidak ada Hadits Puasa  yang shahih. 
Hadits Puasa  ke-20
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa lupa bahwa ia sedang berpuasa,  lalu ia makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena  sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah.” Muttafaq  Alaihi
Hadits Puasa  ke-21
Menurut riwayat Hakim: “Barangsiapa yang berbuka pada saat puasa  Ramadhan karena lupa, maka tak ada qodlo dan kafarat baginya.” Hadits  Puasa  Shahih. 
Hadits Puasa  ke-22
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang terpaksa muntah maka tak  ada qodlo baginya dan barangsiapa sengaja muntah maka wajib qodlo  atasnya.” Riwayat Imam Lima. Dinilai cacat oleh Ahmad dan dinilai kuat  oleh Daruquthni. 
Hadits Puasa  ke-23
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar pada tahun penaklukan kota Mekah  di bulan Ramadhan. Beliau berpuasa, hingga ketika sampai di kampung  Kura’ al-Ghomam orang-orang ikut berpuasa. Kemudian beliau meminta  sekendi air, lalu mengangkatnya, sehingga orang-orang melihatnya dan  beliau meminumnya. Kemudian seseorang bertanya kepada beliau bahwa  sebagian orang telah berpuasa. Beliau bersabda: “Mereka itu durhaka,  mereka itu durhaka.” 
Hadits Puasa  ke-24
Dalam suatu lafadz Hadits Puasa  shahih ada seseorang berkata pada  beliau: Orang-orang merasa berat berpuasa dan sesungguhnya mereka  menunggu apa yang baginda perbuat. Lalu setelah Ashar beliau meminta  sekendi air dan meminumnya. Riwayat Muslim. 
Hadits Puasa  ke-25
Dari Hamzah Ibnu Amar al-Islamy Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia berkata:  Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku kuat berpuasa dalam perjalanan,  apakah aku berdosa? Maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  bersabda: “Ia adalah keringanan dari Allah, barangsiapa yang mengambil  keringanan itu maka hal itu baik dan barangsiapa senang untuk berpuasa,  maka ia tidak berdosa.” Riwayat Muslim dan asalnya dalam shahih  Bukhari-Muslim dari Hadits Puasa  ‘Aisyah bahwa Hamzah Ibnu Amar  bertanya. 
Hadits Puasa  ke-26
Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu berkata: Orang tua lanjut usia diberi  keringanan untuk tidak berpuasa dan memberi makan setiap hari untuk  seorang miskin, dan tidak ada qodlo baginya. Hadits Puasa  shahih  diriwayatkan oleh Daruquthni dan Hakim. 
Hadits Puasa  ke-27
Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Ada seorang laki-laki  menghadap Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, lalu berkata: Wahai  Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya: “Apa yang  mencelakakanmu?” Ia menjawab: Aku telah mencampuri istriku pada saat  bulan Ramadhan. Beliau bertanya: “Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk  memerdekakan budak?” ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: “Apakah engkau  mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Ia menjawab: Tidak. Lalu ia  duduk, kemudian Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam memberinya  sekeranjang kurma seraya bersabda: “Bersedekahlan denan ini.” Ia  berkata: “Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami? Padahal  antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang  lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda:  “Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu.” Riwayat Imam  Tujuh dan lafadznya menurut riwayat Muslim. 
Hadits Puasa  ke-28
Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah memasuki waktu pagi dalam keadaan  junub karena bersetubuh. Kemudian beliau mandi dan berpuasa. Muttafaq  Alaihi. Muslim menambahkan dalam Hadits Puasa  Ummu Salamah: Dan beliau  tidak mengqodlo’ puasa. 
Hadits Puasa  ke-29
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bersabda: “Barangsiapa meninggal dan ia masih menanggung  kewajiban puasa, maka walinya berpuasa untuknya.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-30
Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam perna ditanya mengenai puasa hari Arafah,  lalu beliau menjawab: “Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan  datang.” Beliau juga ditanya tentang puasa hari Asyura, lalu beliau  menjawab: “Ia menghapus dosa-dosa tahun yang lalu.” Dan ketika ditanya  tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: “Ia adalah hari kelahiranku,  hari aku diutus, dan hari diturunkan al-Qur’an padaku.” Riwayat Muslim
Hadits Puasa  ke-31
Dari Abu Ayyub Al-Anshory Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan,  kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawwal, maka ia  seperti berpuasa setahun.” Riwayat Muslim. 
Hadits Puasa  ke-32
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jika seorang hamba berpuasa  sehari waktu perang di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkannya  dengan puasa itu dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan.” Muttafaq  Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-33
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam biasa berpuasa sehingga kami menyangka beliau tidak akan berbuka  dan beliau berbuka sehingga kami menyangka beliau tidak akan berpuasa.  Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali bulan Ramadhan dan aku tidak  pernah melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan lebih banyak daripada  bulan Sya’ban. Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-34
Abu Dzar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam memerintahkan kita untuk berpuasa tiga hari dalam sebulan, yaitu  pada tanggal 13,14, dan 15. Riwayat Nasa’i dan Tirmidzi. Hadits Puasa   shahih menurut Ibnu Hibban. 
Hadits Puasa  ke-35
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak diperbolehkan bagi seorang perempuan  berpuasa di saat suaminya di rumah, kecuali dengan seizinnya.” Muttafaq  Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim. Abu Dawud menambahkan:  “Kecuali pada bulan Ramadhan.” 
Hadits Puasa  ke-36
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam  melarang berpuasa pada dua hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya  Kurban. Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-37
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Hari-hari tasyriq adalah  hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah ‘Azza wa  Jalla.” Riwayat Muslim. 
Hadits Puasa  ke-38
‘Aisyah dan Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu berkata: Tidak diizinkan  berpuasa pada hari-hari tasyriq, kecuali orang yang tidak mendapatkan  hewan kurban (di Mina saat ibadah haji). Riwayat Bukhari. 
Hadits Puasa  ke-39
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bersabda: “Janganlah mengkhususkan malam Jum’at untuk bangun  beribadah dibanding malam-malam lainnya dan janganlah mengkhususkan hari  Jum’at untuk berpuasa dibanding hari-hari yang lainnya, kecuali jika  seseorang di antara kamu sudah terbiasa berpuasa.” Diriwayatkan oleh  Muslim. 
Hadits Puasa  ke-40
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah sekali-kali seseorang di antara  kamu berpuasa pada hari Jum’at, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya  atau sehari sesudahnya.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-41
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila bulan Sya’ban telah lewat setengah,  maka janganlah engkau berpuasa.” Riwayat Imam Lima dan diingkari oleh  Ahmad. 
Hadits Puasa  ke-42
Dari al-Shomma’ binti Busr Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah berpuasa pada hari  Sabtu, kecuali yang telah diwajibkan atasmu. Jika seseorang di antara  kamu hanya mempunyai kulit anggur atau ranting pohon, hendaknya ia  mengunyahnya.” Riwayat Imam Lima dan para perawinya dapat dipercaya,  namun Hadits Puasa  itu mudltharib. Malik menilainya munkar dan Abu  Dawud berkata: Hadits Puasa  itu mansukh (oleh Hadits Puasa  nomer 43  berikut). 
Hadits Puasa  ke-43
Dari Ummu Salamah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam paling sering berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad, dan  beliau bersabda: “Dua hari tersebut adalah hari-hari raya orang musyrik  dan aku ingin menentang mereka.” Dikeluarkan oleh Nasa’i. Hadits Puasa   shahih menurut Ibnu Khuzaimah dengan lafadz ini. 
Hadits Puasa  ke-44
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah. Riwayat Imam  Lima selain Tirmidzi. Hadits Puasa  shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan  Hakim. Hadits Puasa  munkar menurut Al-’Uqaily. 
Hadits Puasa  ke-45
Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada puasa bagi orang  yang berpuasa selamanya.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-46
Menurut riwayat Muslim dari Hadits Puasa  Abu Qotadah dengan lafadz:  “Tidak puasa dan tidak berbuka.” 
Hadits Puasa  ke-47
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu  ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa melakukan ibadah Ramadhan  karena iman dan mengharap ridlo’Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang  telah lewat.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-48
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bila memasuki sepuluh hari — yakni sepuluh hari terakhir dari  bulan Ramadhan– mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan  membangunkan keluarganya. Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-49
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan  hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf  sepeninggalnya. Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-50
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi  wa Sallam bila hendak beri’tikaf, beliau sholat Shubuh kemudian masuk ke  tempat i’tikafnya. Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-51
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam pernah memasukkan kepalany ke dalam rumah — beliau di dalam  masjid–, lalu aku menyisir rambutnya dan jika beri’tikaf beliau tidak  masuk ke rumah, kecuali untuk suatu keperluan. Muttafaq Alaihi dan  lafadznya menurut Bukhari. 
Hadits Puasa  ke-52
‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Disunatkan bagi orang yang  beri’tikaf untuk tidak menjenguk orang sakit, tidak melawat jenazah,  tidak menyentuh perempuan dan tidak juga menciumnya, tidak keluar masjid  untuk suatu keperluan kecuali keperluan yang sangat mendesak, tidak  boleh i’tikaf kecuali dengan puasa, dan tidak boleh i’tikaf kecuali di  masjid jami’. Riwayat Abu Dawud. Menurut pendapat yang kuat Hadits Puasa   ini mauquf akhirnya. 
Hadits Puasa  ke-53
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa  Sallam bersabda: “Tidak ada kewajiban puasa bagi orang yang i’tikaf,  kecuali ia mewajibkan atas dirinya sendiri.” Riwayat Daruquthni dan  Hakim. Hadits Puasa  mauquf menurut pendapat yang kuat. 
Hadits Puasa  ke-54
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu ‘anhu bahwa beberapa shahabat Nabi  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh  malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada  tujuh malam terakhir.” Muttafaq Alaihi. 
Hadits Puasa  ke-55
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda tentang lailatul qadar: “Malam  dua puluh tujuh.” Riwayat Abu Dawud dan menurut pendapat yang kuat ia  adalah mauquf. ada 40 pendapat yang berselisih tentang penetapannya yang  saya paparkan dalam kitab Fathul Bari. 
Hadits Puasa  ke-56
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah,  bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus  aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: “bacalah (artinya: Ya  Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka  ampunilah aku).” Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud. Hadits Puasa   shahih menurut Tirmidzi dan Hakim. 
Hadits Puasa  ke-57
Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada perjalanan kecuali  ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini, dan Masjidil Aqsho.”  Muttafaq Alaihi.
Kitab Puasa
1. Keutamaan bulan Ramadan
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka  dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan  dibelenggu. (Shahih Muslim No.1793)
2. Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil  mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa  sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti  puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup  awan, maka hitunglah (30 hari). (Shahih Muslim No.1795)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau melihat hilal (awal bulan  Ramadan), maka hendaklah engkau memulai puasa. Apabila engkau melihat  hilal (awal bulan Syawal), maka hendaklah engkau berhenti puasa. Dan  apabila tertutup awan, maka hendaklah engkau berpuasa selama 30 hari.  (Shahih Muslim No.1808)
3. Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan Ramadan
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari  sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya  silakan berpuasa. (Shahih Muslim No.1812)
4. Bulan yang berjumlah 29 hari
Hadis riwayat Ummu Salamah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah bersumpah tidak akan menemui sebagian  istri-istrinya selama sebulan. Dan setelah 29 hari berlalu, beliau  datang menemui mereka. Kemudian beliau ditanya: Wahai Nabi! Baginda  bersumpah tidak akan menemui kami selama satu bulan. Mendengar itu,  beliau bersabda: Sesungguhnya bulan itu berjumlah 29 hari. (Shahih  Muslim No.1816)
5. Arti pernyataan Nabi saw. bahwa dua bulan yang terdapat hari raya, jumlah harinya tidak berkurang
Hadis riwayat Abu Bakrah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Dua bulan yang terdapat hari raya,  harinya tidak berkurang; hari raya Ramadan dan bulan Zulhijah. (Shahih  Muslim No.1822)
6. Waktu berpuasa dimulai sejak terbitnya fajar dan seseorang dibolehkan makan dan lainnya sampai terbit fajar, sifat fajar yang berkaitan dengan masuknya waktu berpuasa serta masuknya waktu salat subuh dan sebagainya
Hadis riwayat Adi bin Hatim ra.:
Ketika turun ayat: Sehingga nyata bagimu benang yang putih dari benang  yang hitam, yaitu fajar, maka Adi bin Hatim berkata kepada Rasulullah  saw: Wahai Rasulullah, sungguh saya meletakkan benang berwarna putih dan  benang berwarna hitam di bawah bantalku, sehingga aku dapat mengenali  antara waktu malam dan waktu siang hari. Rasulullah saw. bersabda:  Sesungguhnya bantalmu itu sangat lebar. Sesungguhnya yang dimaksud  adalah hitamnya (gelapnya) malam dan putihnya (terangnya) siang pada  saat fajar. (Shahih Muslim No.1824)
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Makan dan minumlah hingga nyata bagimu benang yang  putih dari benang yang hitam. Beliau berkata: Seorang lelaki mengambil  seutas benang yang berwarna putih dan seutas benang berwarna hitam. Lalu  ia makan sampai kedua benang tersebut kelihatan jelas olehnya, sampai  akhirnya Allah menurunkan ayat kelanjutannya Pada waktu fajar, sehingga  persoalannya menjadi jelas. (Shahih Muslim No.1825)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda bahwa ketika Bilal  mengumandangkan azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kalian  sampai engkau mendengar azan yang dikumandangkan oleh Ibnu Ummu Maktum.  (Shahih Muslim No.1827)
Hadis riwayat Ibnu Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah sekali-kali azan Bilal itu mencegah  salah seorang di antara kalian untuk makan sahur, karena Bilal  mengumandangkan azan atau memanggil pada malam hari adalah untuk  mengingatkan orang yang sedang salat qiyam (akan dekatnya waktu fajar)  dan untuk membangunkan orang yang masih tidur. Selanjutnya beliau  bersabda: Janganlah engkau hiraukan ucapan seseorang bahwa fajar itu  begini begini sambil membenahi letak tangannya kemudian mengangkatnya ke  atas, sesungguhnya fajar yang dimaksud ialah begini, sambil  merenggangkan celah di antara kedua jarinya. (Shahih Muslim No.1830)
7. Keutamaan sahur, sunat mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur  itu terdapat keberkahan. (Shahih Muslim No.1835)
Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra., ia berkata:
Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami  melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara  keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab:  Selama bacaan lima puluh ayat. (Shahih Muslim No.1837)
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang itu senantiasa dalam  kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (Shahih Muslim No.1838)
8. Keterangan waktu berakhirnya puasa dan berlalunya waktu siang
Hadis riwayat Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Ketika malam datang, siang pergi dan matahari  pun terbenam, maka saat itulah orang yang berpuasa mulai berbuka.  (Shahih Muslim No.1841)
Hadis riwayat Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata:
Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di bulan Ramadan. Ketika  matahari terbenam, beliau bersabda: Wahai fulan, singgahlah dan  siapkanlah hidangan buat kami! Orang yang disuruh berkata: Wahai  Rasulullah, bukankah sebaiknya baginda tangguhkan sebentar? Rasulullah  saw. bersabda: Singgahlah dan siapkan hidangan buat kami! Kemudian ia  singgah dan menyiapkan hidangan, lalu ia memberikannya kepada beliau.  Nabi saw. meminumnya, kemudian bersabda sambil memberikan isyarat kedua  tangannya: Jika matahari sudah terbenam di arah sana dan malam sudah  datang dari arah sana, maka orang yang berpuasa boleh berbuka. (Shahih  Muslim No.1842)
9. Larangan puasa wishal (sambung)
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Nabi saw. melarang puasa sambung (terus-menerus tanpa berbuka).  Para sahabat bertanya: Bukankah baginda sendiri melakukan puasa wishal?  Nabi saw. menjawab: Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Aku diberi  makan dan minum. (Shahih Muslim No.1844)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang puasa sambung. Kemudian salah seorang sahabat  bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah baginda sendiri melakukan puasa  wishal? Beliau bersabda: Siapa di antara kalian yang seperti aku?  Sesungguhnya di malam hari aku diberi makan dan minum oleh Tuhanku.  Ketika mereka enggan menghentikan puasa sambung, beliau sengaja  membiarkannya sehari sampai beberapa hari. Kemudian pada hari  berikutnya, mereka melihat bulan (tanda masuk bulan Ramadan). Rasulullah  saw. lantas bersabda: Kalau bulan itu tertunda datangnya, niscaya akan  aku tambah lagi berpuasa sambung buat kalian sebagai pelajaran bagi  mereka, karena mereka enggan berhenti puasa sambung. (Shahih Muslim  No.1846)
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah mengerjakan salat di bulan Ramadan. Kemudian aku  datang ikut salat di samping beliau. Kemudian datang lagi orang lain dan  ikut pula mengerjakan di sampingku dan seterusnya, sampai kira-kira  sebanyak sepuluh orang. Ketika Rasulullah saw. merasa akan keberadaan  kami di belakangnya, beliau meringankan salat kemudian pulang ke rumah  untuk melanjutkan salat yang masih tersisa. Pagi harinya aku tanyakan  hal itu kepada beliau: Apakah semalam engkau sengaja memberikan  pelajaran kepada kami? Beliau menjawab: Betul, itulah alasan yang  membuat aku melakukan seperti itu. Anas berkata: Kemudian Rasulullah  saw. melakukan puasa sambung. Hal itu terjadi di akhir bulan Ramadan.  Mengetahui hal itu maka ada beberapa orang sahabat yang ikut berpuasa  sambung. Rasulullah saw. kemudian bersabda: Apakah mereka mau ikut  berpuasa sambung bersamaku? Sesungguhnya kalian tidak seperti aku. Demi  Allah, seandainya bulan ini dipanjangkan untukku, niscaya aku akan terus  berpuasa biar hal itu menjadi pelajaran bagi mereka yang keras kepala.  (Shahih Muslim No.1848)
10. Boleh ciuman dalam keadaan puasa dengan syarat tidak membangkitkan nafsu
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. mencium salah seorang istri beliau dan beliau  sedang berpuasa lalu istrinya tersenyum. (Shahih Muslim No.1851)
Hadis riwayat Umar bin Abu Salamah ra.:
Bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.: Bolehkah orang yang sedang  berpuasa itu berciuman (dengan istrinya)? Rasulullah saw. menjawab:  Tanyakan saja kepada Ummu Salamah. Kemudian ia (Ummu Salamah)  memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw. melakukannya. Umar bin  Abu Salamah lalu berkata: Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah  mengampuni dosa baginda yang lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw.  bersabda padanya: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling  takwa kepada Allah dari kalian. (Shahih Muslim No.1863)
11. Sah puasa orang yang masih junub pada waktu fajar
Hadis riwayat Aisyah ra. dan Ummu Salamah ra. berkata:
Rasulullah saw. pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena  mimpi kemudian beliau terus berpuasa. (Shahih Muslim No.1864)
12. Diharamkan bersetubuh di siang hari bulan Ramadan bagi yang berpuasa dan wajib membayar kifarat yang sangat berat. Keterangan bahwa kifarat tersebut harus dilaksanakan bagi yang mampu atau tidak mampu dan bagi yang tidak mampu tanggungan kifarat tersebut ditunggu sampai mampu
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan berkata: Celaka saya, wahai  Rasulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu  menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan  Ramadan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk  memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya:  Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab:  Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk  memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya.  Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan  sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki  tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang  paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada  keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka Rasulullah  saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian  beliau bersabda: Pulanglah dan berikan makan keluargamu. (Shahih Muslim  No.1870)
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Celaka aku.  Rasulullah saw. bertanya: Kenapa? Lelaki tadi menjawab: Aku telah  menggauli istriku pada siang hari bulan Ramadan. Rasulullah saw.  bersabda: Bersedekahlah untuk itu, bersedekahlah. Tetapi laki-laki tadi  berkata: Aku tidak memiliki apa-apa. Lalu beliau menyuruhnya duduk  sejenak. Kemudian beliau memberikan kepadanya dua keranjang makanan dan  menyuruhnya untuk menyedekahkannya. (Shahih Muslim No.1873)
13. Boleh berpuasa atau berbuka di siang hari bulan Ramadan bagi yang bepergian bukan untuk maksiat apabila jarak perjalanan minimal kira-kira 45 km, dan bagi orang yang mampu lebih baik berpuasa dan bagi yang keberatan boleh tidak puasa
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bepergian pada tahun penaklukan kota Mekah di  bulan Ramadan. Beliau tetap berpuasa hingga tiba di daerah Kadid, beliau  tidak berpuasa. Dan para sahabat Rasulullah saw. selalu mengikuti  kejadian demi kejadian karena perintahnya. (Shahih Muslim No.1875)
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. pada suatu perjalanan melihat seorang laki-laki  dikerumuni orang banyak sehingga ia hampir-hampir tidak dapat dikenali.  Kemudian beliau bertanya: Ada apa dengannya? Para sahabat menjawab: Dia  sedang berpuasa. Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk kebaikan  kalian berpuasa dalam perjalanan. (Shahih Muslim No.1879)
Hadis riwayat Anas Bin Malik ra.:
Anas ra. pernah ditanya tentang berpuasa pada bulan Ramadan dalam  perjalanan? Dia menjawab: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw.  pada bulan Ramadan, yang berpuasa tidak mencela yang tidak puasa dan  yang tidak puasa juga tidak mencela yang berpuasa. (Shahih Muslim  No.1884)
14. Pahala orang yang tidak puasa dalam perjalanan jika ia menangani suatu pekerjaan
Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Di antara  kami ada yang tetap berpusa dan ada pula yang tidak puasa. Kami singgah  di sebuah tempat saat hari sedang panas sekali. Di antara kami yang  paling banyak mendapat naungan ialah orang-orang yang berpakaian  lengkap, sementara orang-orang yang tidak berpakaian lengkap mereka  melindungi kepalanya dari teriknya matahari dengan menutupkan tangannya  ke atas. Maka orang-orang yang berpuasa berjatuhan (karena lemah) dan  mereka yang tidak puasa masih dapat tegak berdiri. Mereka kemudian  mendirikan tenda-tenda dan memberikan minum unta-unta. Lalu Rasulullah  saw. bersabda: Orang-orang yang berbuka hari ini pergi membawa pahala.  (Shahih Muslim No.1886)
15. Memilih puasa atau tidak puasa dalam bepergian
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Hamzah bin Amru Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah saw. tentang puasa  dalam perjalanan, maka beliau menjawab: Jika engkau mau, berpuasalah dan  jika engkau tidak mau, maka boleh tidak puasa. (Shahih Muslim No.1889)
Hadis riwayat Abu Darda ra., ia berkata:
Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di bulan Ramadan pada hari  yang sangat panas, sehingga sampai sebagian kami terpaksa harus  menutupkan tangan pada kepalanya, karena teriknya matahari. Kami semua  tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw. dan Abdullah bin  Rawahah. (Shahih Muslim No.1892)
16. Sunat berbuka bagi orang yang beribadah haji pada hari Arafah di Arafah
Hadis riwayat Ummul Fadhel binti Harits ra.:
Bahwa beberapa orang berdebat di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa  Rasulullah saw. Sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa pada hari itu  beliau berpuasa, sebagian mengatakan bahwa pada hari itu beliau tidak  berpuasa. Kemudian aku mengirimkan segelas susu kepada beliau yang wukuf  dekat untanya di Arafah. Ternyata beliau meminumnya (beliau tidak  puasa). (Shahih Muslim No.1894)
Hadis riwayat Ummul Fadhel ra., ia berkata:
Beberapa orang sahabat Rasulullah saw. merasa ragu akan hukum puasa hari  Arafah, sedangkan kami di sana bersama Rasulullah saw. Maka aku  mengirimkan secangkir susu kepada beliau, sewaktu beliau berada di  Arafah lalu beliau meminumnya (tidak puasa). (Shahih Muslim No.1895)
17. Puasa pada hari Asyura’
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah kaum Quraisy pada zaman Jahiliyah selalu berpuasa pada hari  Asyura’ dan Rasulullah saw. juga berpuasa pada hari itu. Ketika beliau  hijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa pada hari itu dan menyuruh para  sahabat untuk berpuasa pada hari itu. Namun ketika diwajibkan puasa  bulan Ramadan, beliau bersabda: Barang siapa yang ingin berpuasa, maka  berpuasalah dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, maka ia boleh  meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1897)
Hadis riwayat Abdullah Ibnu Umar ra.:
Bahwa orang-orang Jahiliyah dahulu selalu berpuasa pada hari Asyura’.  Dan bahwa Rasulullah saw. dan kaum muslimin juga berpuasa pada hari itu  sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda:  Sesungguhnya hari Asyura’ adalah hari-hari Allah, maka barang siapa yang  ingin berpuasa, maka berpuasalah pada hari itu dan barang siapa yang  tidak ingin, maka ia boleh meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1901)
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: Asy`ats bin Qais datang  menjumpai Abdullah, ketika ia sedang makan siang, ia (Abdullah) berkata:  Wahai Abu Muhammad, mari kita makan siang. Ia (Asy`ats) berkata:  Bukankah hari ini adalah hari Asyura’? Ia (Abdullah) bertanya: Apakah  engkau mengetahui apa hari Asyura’ itu? Ia (Asy`ats) menjawab: Hari apa  itu. Kemudian ia (Abdullah) menjelaskan: Hari itu adalah hari yang  dahulu Rasulullah saw. selalu berpuasa sebelum diwajibkan puasa bulan  Ramadan dan ketika puasa bulan Ramadan diwajibkan, puasa hari Asyura’  itu ditinggalkan. (Shahih Muslim No.1905)
Hadis riwayat Muawiyah bin Abu Sufyan ra.:
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwa ia mendengar Muawiyah bin Abu Sufyan  berpidato di Madinah pada hari Asyura’ ketika ia berkunjung ke kota  tersebut. Ia bertanya: Di manakah ulama-ulama kalian, wahai penduduk  Madinah? Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang hari ini.  Hari ini adalah hari Asyura’ dan Allah tidak mewajibkan kalian  melaksanakan puasa pada hari ini, tetapi aku berpuasa. Maka barang siapa  di antara kalian ingin berpuasa, maka berpuasalah dan barang siapa di  antara kalian ingin berbuka, maka silakan tidak puasa. (Shahih Muslim  No.1909)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau menjumpai orang-orang  Yahudi melaksanakan puasa hari Asyura’. Ketika ditanyakan tentang hal  itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah  diberikan Allah kepada Nabi Musa as. dan Bani Israel atas Firaun. Karena  itulah pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya.  Mendengar jawaban itu Rasulullah saw. bersabda: Kami lebih berhak atas  Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa.  (Shahih Muslim No.1910)
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Has.ri Asyura’ adalah hari yang dimuliakan orang-orang Yahudi dan  dijadikannya sebagai hari raya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda:  Berpuasalah kalian pada hari Asyura’ tersebut. (Shahih Muslim No.1912)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Ibnu Abbas ra. pernah ditanya tentang puasa pada hari Asyura’, dia  menjawab: Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. berpuasa sehari untuk  mencari keutamaan hari itu atas hari-hari yang lain selain pada hari  ini. Begitu pula (saya tidak pernah melihat beliau) berpuasa sebulan  penuh kecuali pada bulan ini, bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.1914)
18. Barang siapa makan pada siang hari Asyura’, maka hendaknya ia berpuasa pada sisa harinya
Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah mengutus seorang laki-laki dari Aslam pada hari  Asyura’ untuk mengumumkan kepada manusia bahwa Barang siapa yang belum  berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa dan barang siapa yang terlanjur  makan, maka hendaknya ia menyempurnakan dengan berpuasa sampai menjelang  malam. (Shahih Muslim No.1918)
Hadis riwayat Rubayyi` binti Muawwidz bin Afra’ ra., ia berkata:
Rasulullah saw. mengirim surat ke kampung-kampung Ansar di sekitar  Madinah yang isinya: Barang siapa yang pada pagi hari ini dalam keadaan  berpuasa, maka hendaknya ia menyempurnakan puasanya itu. Barang siapa  yang pada pagi hari ini tidak berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa pada  sisa harinya. Setelah itu kami berpuasa, bahkan kami menyuruh anak-anak  kami yang masih kecil untuk ikut berpuasa bersama kami atas izin Allah.  Sehingga ketika kami berangkat ke mesjid, kami membuatkan untuk mereka  (anak-anak kami) mainan dari bulu kambing kibasy. Jika di antara mereka  ada yang menangis minta makan, maka kami (hiburnya) dengan memberikan  mainan tersebut. Demikian yang kami lakukan sampai kami semua boleh  berbuka. (Shahih Muslim No.1919)
19. Larangan berpuasa pada hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha
Hadis riwayat Umar bin Khathab ra., ia berkata:
Bahwa dua hari ini hari yang dilarang Rasulullah saw. untuk berpuasa,  yaitu hari raya Idul Fitri setelah kalian berpuasa (Ramadan) dan hari  raya makan (daging kurban) setelah kalian menunaikan ibadah haji.  (Shahih Muslim No.1920)
Hadis riwayat Abu Said Khudhri ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah patut berpuasa  pada dua hari tertentu, yakni Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul  Fitri setelah puasa Ramadan. (Shahih Muslim No.1922)
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Umar ra. dan berkata: Sungguh aku  telah bernazar untuk berpuasa satu hari yang bertepatan dengan Hari Raya  Idul Adha atau Hari Raya Idul Fitri. Ibnu Umar ra. berkata: Allah Taala  memerintahkan untuk menepati janji, nazar dan Rasulullah saw. melarang  puasa pada hari ini. (Shahih Muslim No.1924)
20. Makruh berpuasa pada hari Jumat saja
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.:
Dari Muhammad bin Abbad, ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir bin  Abdullah ra. ketika sedang melakukan tawaf di Baitullah: Apakah  Rasulullah saw. melarang puasa pada hari Jumat saja? Jabir menjawab: Ya,  demi Tuhan Baitullah ini. (Shahih Muslim No.1928)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian  berpuasa pada hari Jumat, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya atau  (berniat puasa) hari sesudahnya. (Shahih Muslim No.1929)
21. Penghapusan firman Allah: Dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah dengan firman-Nya Barang siapa di antara engkau hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaknya ia berpuasa pada bulan itu
Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Ketika turun ayat berikut, Dan wajib bagi orang-orang yang berat  menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi  makan seorang miskin, maka orang yang ingin tidak puasa, cukup dengan  membayar fidyah, hingga akhirnya turun ayat berikutnya yang menghapus  hukum ayat sebelumnya. (Shahih Muslim No.1931)
22. Membayar puasa Ramadan di bulan Syakban
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah aku mempunyai tanggungan puasa Ramadan, aku tidak dapat  membayarnya kecuali pada bulan Syakban, karena kesibukan dari Rasulullah  saw. atau kesibukan bersama Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.1933)
23. Membayarkan tanggungan puasa orang yang telah meninggal
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang meninggal dunia dan ia  mempunyai tanggungan puasa, maka walinya harus berpuasa untuk membayar  tangungannya. (Shahih Muslim No.1935)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw. dan berkata:  Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan ia mempunyai tanggungan puasa  sebulan. Beliau bertanya: Apa pendapatmu jika ibumu mempunyai utang  kepada orang lain, apakah engkau akan membayarnya? Ia menjawab: Ya (aku  akan bayar). Beliau bersabda: Utang kepada Allah adalah lebih berhak  untuk dibayar. (Shahih Muslim No.1936)
24. Menjaga lidah bagi yang berpuasa
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kalian bengun dalam  keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara jorok dan kotor, maka  jika seseorang dicaci atau diperangi, maka hendaklah ia berkata: Aku  sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (Shahih Muslim No.1941)
25. Keutamaan puasa
Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu  yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu  itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersama  mereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa? Kemudian mereka  masuk lewat pintu tersebut dan ketika orang yang terakhir dari mereka  sudah masuk, maka pintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang  akan masuk lewat pintu itu. (Shahih Muslim No.1947)
26. Keutamaan berpuasa di jalan Allah bagi orang yang mampu, tanpa mudarat dan meninggalkan hak (bekerja)
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang hamba yang berpuasa satu hari  di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka  sejauh jarak perjalanan 70 tahun. (Shahih Muslim No.1948)
27. Makan, minum dan bersetubuhnya orang yang lupa itu tidak membatalkan puasa
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa lupa bahwa ia sedang berpuasa,  sehingga ia makan atau minum, maka hendaklah ia meneruskan puasanya,  karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah. (Shahih  Muslim No.1952)
28. Puasanya Nabi saw. pada selain bulan Ramadan. dan sunat tidak mengosongkan satu bulan dari puasa
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada  bulan Ramadan. Beliau berpuasa, jika beliau mau, sampai-sampai ada yang  mengira bahwa beliau, demi Allah, tidak pernah tidak puasa. Jika beliau  mau, beliau tidak puasa, sampai-sampai ada yang mengira bahwa beliau,  demi Allah, beliau tidak pernah puasa. (Shahih Muslim No.1959)
Hadis riwayat Anas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah selalu berpuasa (sunat), sampai ada yang  mengatakan bahwa beliau seakan-akan berpuasa terus-menerus. Dan pernah  pula beliau selalu tidak berpuasa, sampai ada yang mengatakan bahwa  beliau tidak pernah puasa (sunat). (Shahih Muslim No.1961)
29. Larangan berpuasa setahun penuh bagi yang akan memudaratkan atau menjadikan kewajibannya terbengkalai atau tidak berbuka pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta pada hari tasyrik dan penjelasan keutamaan berpuasa selang-seling
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
Rasulullah saw. dikabarkan bahwa aku pernah berkata akan selalu salat  qiyam, akan berpuasa pada siang harinya sepanjang hidupku. Kemudian  Rasulullah saw. bertanya: Betulkah engkau pernah bilang demikian? Aku  menjawab: Betul, aku pernah mengatakannya, wahai Rasulullah. Rasulullah  saw. bersabda: Sungguh engkau tidak akan mampu melakukan yang demikian.  Oleh karena itu berpuasalah dan juga berbukalah. Tidurlah dan bangun  malamlah. Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan. Sebab, satu  kebajikan itu nilainya sama dengan sepuluh kebajikan. Dan yang demikian  itu (puasa tiga hari dalam tiap bulan) nilainya sama dengan puasa satu  tahun. Lalu aku katakan kepada Rasulullah saw: Tetapi aku mampu berbuat  lebih dari itu. Beliau bersabda: Berpuasalah sehari dan tidak puasa dua  hari. Aku katakan kepada beliau: Tetapi aku mampu berbuat lebih dari  itu. Rasulullah saw. bersabda: Jika begitu, berpuasalah sehari dan  berbukalah sehari, itu adalah puasa nabi Daud as. dan itulah puasa yang  tengah-tengah. Kemudian aku berkata: Sungguh aku mampu berbuat lebih  dari itu. Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada yang lebih utama dari itu.  Abdullah bin Amru ra. berkata: Aku terima tiga hari sebagaimana yang  dikatakan Rasulullah saw. adalah lebih aku sukai dari istri dan hartaku.  (Shahih Muslim No.1962)
30. Hukum puasa pada hari-hari akhir bulan Syakban
Hadis riwayat Imran bin Hushain ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya atau kepada orang lain (dan ia  mendengarnya): Apakah engkau berpuasa pada hari-hari akhir bulan  Syakban? Aku menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Kalau begitu, maka  berpuasalah dua hari. (Shahih Muslim No.1975)
31. Keutamaan lailatulkadar, anjuran untuk mencarinya, keterangan tentang waktunya dan waktu lebih diharapkan saat mencarinya
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa sekelompok orang dari sahabat Rasulullah saw. bermimpi melihat  lailatulkadar pada hari ke tujuh yang terakhir. Kemudian Rasulullah saw.  bersabda: Menurutku bahwa mimpi kalian pasti bertepatan dengan hari ke  tujuh terakhir, maka barang siapa yang ingin menantinya, maka hendaklah  ia menanti pada hari ke tujuh terakhir (bulan Ramadan). (Shahih Muslim  No.1985) 
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Rasulullah saw. pernah melakukan iktikaf pada sepuluh hari pertengahan  bulan Ramadan. Ketika mana waktu dua puluh malam telah berlalu dan akan  menyambut malam yang kedua puluh satu, maka beliau kembali ke rumahnya  dan sahabat yang beriktikaf bersama beliau juga kembali ke rumah mereka.  Kemudian beliau bangun malam pada malam ia kembali dari iktikaf dan  berpidato di hadapan sahabat serta menyuruh mereka untuk melaksanakan  kehendak Allah lalu bersabda: Sungguh dahulu aku iktikaf pada sepuluh  malam ini (sepuluh malam pertengahan) kemudian nampak olehku (melalui  mimpi) untuk iktikaf pada sepuluh malam akhir. Barang siapa yang pernah  iktikaf bersamaku, maka hendaklah ia tidur di tempat iktikafnya.  Sesungguhnya aku telah melihat (lailatulkadar) pada malam-malam ini,  tetapi lalu aku lupa (waktunya), maka cari dan nantikanlah malam itu di  sepuluh malam akhir yang ganjil. Aku pernah bermimpi bahwa aku sujud di  air dan lumpur. Abu Said Al-Khudri berkata: Pada malam kedua puluh satu,  kami diturunkan hujan, sehingga air mengalir dari atap mesjid ke tempat  salat Rasulullah saw., lalu aku memperhatikan beliau. Beliau sudah  selesai dari salat Subuh dan pada wajah beliau basah dengan lumpur dan  air. (Shahih Muslim No.1993) 
Rasulullah saw. bersabda: Cari dan nantikanlah lailatulkadar pada sepuluh terakhir bulan Ramadan.
http://kumpulanhadistkumpulanhadist.blogspot.com/
http://ainuamri.wordpress.com/


0 komentar to “Kumpulan Hadits Tentang Puasa Ramadhan”