Tentara Muslim Israel
Sabtu
Tentara Muslim Israel
Konflik Israel Palestina atau Arab-Israel sering dikonotasikan sebagai   peperangan antara Muslim dan Yahudi. Namun, sesungguhnya paham konotasi   itu cukup rumit karena kini diperkirakan ratusan bahkan ribuan  pemuda  Muslim tercatat menjadi anggota militer Israel. Mereka ikut   bertempur di berbagai front melawan Arab, seperti front Lebanon dan   Jalur Gaza.
Fahad Fallah adalah seorang perwira Muslim berpangkat kapten di   institusi militer Israel. Fallah yang berasal dari suku Badui Israel   mengaku bangga menjadi anggota korp militer dan siap bertempur di   laga mana pun melawan musuh-musuh Israel. Ia juga mengaku ikut   bertempur dalam perang Jalur Gaza lalu (27 Desember 2008 hingga 18   Januari 2009).
 Fallah menuturkan, menjadi anggota militer Israel adalah warisan   keluarga. ”Kakek dan bapak saya menjadi anggota militer Israel,” kata   Fallah.
 Banyak warga Badui Arab yang beragama Islam bangga memiliki loyalitas   pada negara Israel, tempat kelahiran mereka. Dan sejarah kerja sama   Badui-Yahudi sesungguhnya telah terjadi sebelum berdirinya negara Israel   tahun 1948.
 Kepala kabilah Al Hib dari suku Badui, Abu Yousuf, bahkan mengirim 60   anggota kabilah itu untuk membantu Yahudi berperang melawan Arab pada   tahun 1946-1947. Kabilah Al Hib hidup di lembah-lembah Galilie (kini   wilayah Israel Utara berbatasan dengan Lebanon dan Suriah).
 Di Israel juga ada tugu pahlawan khusus bagi serdadu Israel dari Badui   Muslim yang gugur dalam berbagai kancah peperangan melawan bangsa Arab.   Selain dari kalangan Badui, dikenal pula suku Druze Muslim yang menjadi   anggota militer Israel.
 Pihak militer Israel menolak mengungkapkan berapa sesungguhnya jumlah   serdadu Israel dari kalangan Muslim. Namun, diperkirakan mencapai   ratusan dan bahkan ribuan. UU Israel tidak mengharuskan Muslim dan   minoritas lainnya ikut program wajib militer di negara itu.
 Apa motivasi Muslim di Israel masuk menjadi anggota militer negara itu?   Penanggung jawab urusan minoritas di institusi militer Israel, Kolonel   Ahmed Romzi, mengatakan, kewajiban pertama warga Israel dalam  membela  tanah airnya, apa pun agama mereka, adalah mengabdi di  institusi  militer.
Ia juga menegaskan, kaum minoritas di Israel kini juga mulai menyadari   bahwa untuk meraih persamaan hak dengan Yahudi, dalam konteks negara   Israel, harus melaksanakan semua kewajiban negara itu, termasuk menjadi   anggota militer.
 Menurut Romzi, banyak pemuda Muslim yang masuk menjadi anggota militer   Israel untuk mendapatkan dana bagi sekolah mereka di universitas agar   lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
 Departemen Pertahanan Israel memang memberi fasilitas bantuan dana bagi   serdadunya yang ingin melanjutkan studi ke tingkat universitas. Juga   banyak perusahaan Yahudi mensyaratkan bagi pelamar kerja harus memiliki   surat bukti menjadi anggota militer.
 Romzi mengungkapkan, warga Muslim Israel yang masuk menjadi anggota   militer pascaperang di Jalur Gaza malah meningkat meskipun perang itu   mendapat kutukan keras dari segenap Muslim di seluruh dunia.
 ”Ratusan Muslim di Israel mendaftar menjadi anggota militer negara itu   per tahun. Mungkin jumlah Muslim yang menjadi anggota militer Israel   mencapai ribuan,” ungkap Romzi.
 Bulan Maret lalu (pascaperang Jalur Gaza), menurut Romzi, Departemen   Pertahanan Israel menyebarkan iklan lowongan dan ternyata semakin banyak   Muslim Israel yang mendaftar.
 ”Ini membuktikan perang Jalur Gaza tidak berpengaruh sama sekali,”   lanjutnya.
 Kecewa
 Namun, banyak pula pemuda Muslim yang pernah menjadi anggota militer   Israel merasa kecewa akibat mendapat cemoohan dari masyarakatnya, bahkan   disebut pengkhianat.
 ”Ketika melamar menjadi anggota militer, saya dijanjikan kemudahan   mencari kerja. Namun, setelah mengajukan lamaran kerja ke berbagai   perusahaan dalam waktu cukup lama, lamaran saya selalu ditolak dan   akhirnya saya kembali ke kampung,” ungkap Maher Badawi, seorang Muslim   dari kota Nazaretz (Israel Utara) yang kini menjadi guru olahraga,   menuturkan pengalamannya.
 Lebih ironi lagi, lanjut Badawi, warga Muslim di Israel menolak   mempekerjakan dia karena dituduh telah mengabdi sebagai anggota militer   Israel.
 ”Jadi, saya ini ditolak di mana-mana. Ditolak di masyarakat Yahudi   maupun Muslim,” ungkapnya. Ia mengungkapkan penyesalannya menjadi   anggota militer Israel karena kini terus dicemooh dan disebut   pengkhianat.
 Gerakan Islam di Israel yang dipimpin Sheikh Raid Shalah merupakan   institusi Islam yang paling mengutuk fenomena masuknya pemuda Muslim   menjadi anggota militer Israel. Gerakan Islam sejak beberapa tahun lalu   mengharamkan segenap pemuda Muslim menjadi anggota militer Israel.   Gerakan Islam juga menolak menshalatkan jenazah pemuda Muslim yang   tercatat pernah atau tengah menjadi anggota militer Israel.

