Sai Baba: Mengaku Dirinya Tuhan, Tetapi Dia Diperkirakan Sebagai Dajjal
Satyanarayana Raju, adalah   seorang guru lahir tahun 1926 dan terkenal dengan nama Bhagavan Sri   Sathya Sai Baba. Ia memiliki pengikut yang diperkirakan sampai berkisar   beberapa juta orang. Ia mengklaim dirinya memiliki tenaga paranormal  dan  dapat melakukan muzizat. Dua muzizat kesukaannya adalah   mematerialisasikan abu untuk para orang yang miskin dan   mematerialisasikan permata untuk orang yang kaya.Film Guru Busters (Equinox) mendemonstrasikan bahwa muzizat ini tidak lain adalah tricks seorang penyulap belaka. Sebuah fragmen dokumenter dari film tersebut menayangkan komentar seorang ahli fisika India yang diberikan sebuah cincin yang konon dimaterialisasikan dari udara oleh Sai Baba. Ahli fisika tersebut mengatakan bahwa ia memiliki gelar doctorat dari Harvard dan tidaklah ia mungkin dikelabui oleh seorang tukang sulap (magician).
Sekalipun sering kita mendengar akan komentar para ahli yang juga terdelusi olehnya! Film tersebut menampilkan sebuah group yang bernama Indian Science and Rationalists Association [ISRA] group ini keliling India membongkar dan meng expose segala tipuan para fakir, dan dukun-dukun. ISRA debunkers di India adalah semacam tim pencari fakta. Mereka mempraktekkan Ilmun Fakta dan juga mempergunakan prinsip rasio untuk mengexpos segala seni ilusi dukun (magical art of illusion) yang dipergunakan oleh para mystic hindu untuk melakukan levitasi/melayang di udara (levitation) dan (konon) muzizat lainnya.
Salah satu tanda akhir zaman yang akhir-akhir ini cukup menyedot perhatian adalah kehadiran seorang bernama Sai Baba, dia lahir dan tinggal di Desa Nilayam Puthaparti, wilayah timur Khurasan, tepatnya India Selatan.
Rasulullah saw bersabda kepada kami, Dajjal akan keluar dari bumi ini dibagian timur bernama Khurasan (Jamiu at Tirmidzi). Ab Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Hari Kiamat tidak akan datang hingga 30 Dajal (pendusta) muncul, mereka semua berdusta tentang Allah danRasul-Nya.
Bisa jadi Sai Baba ini adalah salah satu dari 30 dajal-dajal kecil yang akan membuka jalan bagi munculnya al-Mash al-Dajjl (Dajjal nantinya akan berperang dengan imam mahdi dan di bunuh oleh nabi Isa as).
wallahu alam..
Laki-laki ini memiliki kemampuan menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang lumpuh dan buta, bahkan mampu menurunkan hujan dan mengeluarkan tepung dari tangannya. Ia juga mampu berjalan melintasi belahan bumi dalam sekejap, menciptakan patung emas, merubah besi menjadi emas, dan banyak lagi berbagai fitnah yang ditunjukkan oleh Sai Baba kepada ribuan orang - bahkan - jutaan yang datang dari
berbagai suku bangsa dan agama. Saat ini laki-laki ini sudah memiliki puluhan juta pengikut..
Maka sudah saatnya bagi setiap muslim untuk mengetahui masalah ini, agar dirinya tidak menjadi korban berikutnya dari fitnah Sai Baba ini.
Dajjal adalah seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah dan berambut keriting(HR.Bukhari dan Muslim)
Diawal kemunculannya, Dajjal berkata, Aku adalah nabi, padahal tidak ada nabi setelahku. Kemudian ia memuji dirinya sambil berkata, Aku adalah Rabb kalian, padahal kalian tidak dapat melihat Rabb kalian sehingga kalian mati (HR.Ibnu Majah)
Persamaan antara DAJJAL dan SAI BABA :
* Dajjal memiliki mata yang buta. Sai Baba pernah mengalami kebutaan di waktu muda kemudian sembuh kembali.
* Dajjal datang dan bersama ada gunung roti dan sungai air. Sai Baba memiliki kemampuan mengeluarkan vibhuti (tepung suci) dari udara melalui tangannya.
* Dajjal memiliki kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan depat dan kecepatannya seperti hujan badai atau secepat awan yang ditiup angin kencang. Sai Baba memiliki kemampuan berjalan menjelajahi bumi dalam hitungan kejapan mata.
* Dajjal mengikuti pengikut yang sangat banyak, bahkan di akhir zaman nanti banyak manusia yang berangan-angan untuk berjumpa dengan Dajjal. Sai Baba memiliki pengikut yang jumlahnya puluhan juta manusia dari berbagai macam suku , bangsa, negara dan agama.
* Dajjal akan muncul dengan mengaku sebagai orang bijak/ baik, sehingga banyak sekali orang yang tertarik untuk mengikutinya. Sai Baba mengaku seabgai orang yang bijak yang membawa misi perdamaian, cinta kasih menghapuskan segala persengketaan dengan bijaksana.
* Dajjal akan muncul dan sebagai nabi. Sai Baba memposisikan dirinya sebagai nabi kepada pengikut2nya.
* Dajjal akang menggunakan nama Al-Masih. Sai Baba mengaku akan menjelma sebagai Isa Al-Masih setelah tahun 2020.
* Dajjal akan mengaku sebagai Tuhan. Sai Baba mengklaim bahwa dirinya adalah Tuhan penguasa alam semesta.
* Dajjal akan mendakwahkan agama Allah. Dalam banyak majelis darshanya Sai Baba banyak berbicara tentang Islam, Al-Qur'an dan keharusan untuk memahaminya.
* Dajjal mampu menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit. Sai Baba memiliki kemampuan menghidupkan orang mati juga menyembuhkan penyakit kanker.
* Dajjal dapat menurunkan hujan. Sai Baba memiliki kemampuan menurunkan hujan dan mendatangkan air untuk irigasi (di NTT sedang di bangun proyek Sai Baba untuk pengairan di daerah yang kering).
* Dajjal bisa mengeluarkan perbendaharaan (perhiasan dan harta) dari bangunan yang roboh, lalu perbendaharaan itu akan mengikuti ratunya. Sai Baba mampu menciptakan patung emas, kalung emas, injil mini dan berbagai bentuk medali berlafadz ALLAH dalam sekejap.
* Dajjal akan membunuh seseorang dan menghidupkannya kembali. Sai Baba bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia.
* Dajjal bisa berpindah raga dan tempat dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sai Baba bisa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya yang merupakan bentuk reinkarnasi dirinya.
* Dajjal bisa membesarkan tubuhnya. Sai Baba memiliki kemampuan berjalan di udara dan membuat kemukjizatan pada sebuh pesawat terbang.
* Dajjal biasa keluar masuk pasar dan makanan. Sai Baba juga manusia biasa yang makan dan minum sebagaimana manusia lainnya, ia juga bisa berjalan ke pasar, rumah sakit, proyek irigasi dan tempat lain yang biasa dikunjungi manusia.
* Dajjal bisa memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tumbuh2an dan air. Sai baba bisa mengeluarkan air dengan hentakan kakinya.
* Dajjal tidak memliki anak. Sai Baba mandul, ia tidak beranak dan tidak berkeluarga (tidak menikah).
* Dajjal memimpin orang yahudi. Sai Baba memiliki misi menyebarkan teologi zionis.
* Dajjal muncul di zaman pertikaian. Sai Baba mengklaim bahwa ia datang dari masa banyak pertikaian dan persengketaan, dan kedatangannya untuk menegakkan kebenaran dan membinasakan kejahatan.
Wahai kaum muslimin, apa lagi yang kita tunggu, marilah segera kita kembali kepada Allah dan rasulnya. Jika salah seorang diantara kalian telah menyelesaikan bacaan tasyahhud akhirnya, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat hal. Hendaknya ia berkata : Ya Allah, aku memohon perlindungan pada Mu dari siksa Neraka Jahannam, adzab kubur, fitnah (cobaan) hidup dan mati serta dari keburukan fitnah.
MAHAGURU India yang dipuja bak dewa sekaligus diterpa tuduhan pelecehan seksual bukanlah Anand Krishna semata. Dia punya “kembaran” bernama Sathyanarayana Raju alias Sathya Sai Baba, yang juga dikenal sebagai seorang guru asal India, tokoh spiritual dan pendidik yang amat populer. Bagi para pengikut setianya—yang tersebar di berbagai belahan dunia, mulai dari pengusaha, politisi, hingga perdana menteri—Sai Baba dipuja bak manusia setengah dewa, guru spritual, dan pencipta mukjizat.
Toh demikian, sang begawan berkali-kali menghadapi hujan kritik dan kecaman; terutama dari mereka yang meragukan ajarannya. Bahkan, dia pernah diadukan sejumlah pengikutnya sendiri telah melecehkan mereka secara seksual, dan lantas diseret ke pengadilan karenanya. Alhasil, pria kelahiran Puttaparthi (desa kecil di India Selatan) pada 23 November 1926 itu jadi bulan-bulanan pemberitaan.
Sampai kini, benar tidaknya Sai Baba melakukan pelecehan seks kepada pengikutnya masih menjadi perdebatan hangat di sejumlah media, termasuk di laman informasi Wikipedia. Di laman ini ada yang menulis tentang berbagai tudingan itu, meski banyak juga yang mengimbanginya dengan berbagai informasi tentang keteguhan Sai Baba dalam menghadapi suara-suara miring ini dan nyatanya hingga kini dia tak terbukti bersalah.
Sebuah liputan bersama CNN dan IBN mengungkapkan berbagai keajaiban Sai Baba—seperti menciptakan vibuthi (abu suci) dan benda-benda kecil semisal cincin, kalung, dan jam tangan—telah menjadi sumber ketenaran sekaligus kontroversi. Bagi kalangan yang skeptis, karya Sai Baba itu hanyalah tipu-muslihat. Namun, bagi para pengikutnya benda-benda itu merupakan bukti daya Ilahi Sai Baba.
***
Berhasil menghimpun banyak pengikut, Sai Baba kemudian mendeklarasikan diri sebagai reinkarnasi seorang tokoh suci aliran Maharashtri, yaitu Sai Baba dari Shirdi—yang ajarannya memadukan Hindu dan Islam.
Sai Baba dan berbagai organisasi yang ia dirikan kerap menyelenggarakan serangkaian kegiatan amal, seperti membangun sekolah gratis, rumah sakit dan lain-lain untuk membantu banyak orang di India dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1999 saja, para pengikut setia Sai Baba diperkirakan tak kurang dari enam juta orang. Angka pastinya sukar ditentukan mengingat keanggotaan jemaah Sai Baba bersifat cair tanpa ikatan formal.
Saat ini diperkirakan terdapat 1.200 Pusat Sathya Sai Baba yang tersebar di 114 negara. Di India sendiri, Sai Baba menarik para pengikut yang kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke atas atau warga perkotaan yang hidup berkecukupan, berpendidikan, dan berpandangan terbuka terhadap pemikiran Barat.
Yang hebat, daya magis Sai Baba tak hanya berhasil menggaet warga biasa. Dia pun berhasil memikat sejumlah presiden dan perdana menteri India dan sejumlah negara lain sampai menjadi pengikut ajarannya. Pada 2002, menurut Norris Palmer dalam bukunya, Gurus in America, Baba mengklaim memiliki pengikut di 178 negara.
***
Di sisi lain, makin bertambah banyak pula pihak yang bercuriga. Seorang wartawan Inggris, Mick Brown, dalam bukunya yang terbit pada 1998 menyatakan bahwa kesaktian Sai Baba saat membangkitkan seorang warga Amerika bernama Walter Cowan pada 1971 dari kematian boleh jadi tidak benar. Brown menarik kesimpulan setelah menelusuri surat-surat dari sejumlah dokter yang memeriksa Cowan.
Serangan lain dimuat di Majalah India Today edisi Desember 2000 yang memuat liputan khusus mengenai Sai Baba. Kali ini sumbernya adalah seorang pesulap, PC Sorcar Jr., yang menuding Sai Baba telah menciptakan mukjizat palsu.
Berbagai tudingan ini bertebaran di Internet. Saking geramnya, pada tahun 2001 Sai Baba mengeluarkan “fatwa” supaya para pengikutnya tidak lagi membuka laman-laman internet yang menyudutkannya. “Internet itu seperti sebuah keranjang sampah. Ketimbang internet, lebih baik innernet,” kata Sai Baba. Maksudnya, ia memerintahkan para pengikutnya supaya berkonsentrasi pada kekuatan di dalam diri ketimbang berselancar di dunia maya.
Tuduhan yang paling menggegerakan adalah tuduhan pelecehan seks yang dilaporkan sejumlah pengikut Sai Baba. Pada tahun 2004, stasiun televisi BBC menayangkan liputan investigasi berjudul “The World Uncovered” dan “The Secret Swami.” Isinya, tentang tuduhan seorang pria bernama Alaya Rahm alias Sam Young yang mengaku telah dilecehkan secara seksual oleh Sai Baba. Selain itu, BBC pun mewawancarai Mark Roche yang mengaku telah menghabiskan 25 tahun hidupnya, sejak 1969, sebagai pengikut Sai Baba dan berakhir sebagai tempat pelampiasan nafsu bejat Sang Guru. Soal pelecehan seksual ini juga pernah ditayangkan berupa film dokumenter, berjudul Seduced by Sai Baba, di sebuah stasiun televisi Denmark beberapa tahun lalu.
Toh demikian, Sai Baba maupun organisasinya, hingga sekarang belum pernah divonis bersalah oleh pengadilan. Menurut laman Saisathyasai.com, Alaya Rahm sempat menggugat organisasi Sathya Sai Baba Society ke pengadilan di negara bagian California, AS, pada 6 Januari 2005. Namun, pada April 2006, Rahm menarik kembali gugatannya setelah melihat gelagat dia tak bakal mendapat kompensasi yang memuaskan. Alhasil, hakim menyatakan gugatan itu wajib dicabut dan penggugat tidak boleh lagi mengajukan pengaduan yang sama dan tak mendapat apa-apa dari gugatan yang dia layangkan.
Buat jutaan pengikut fanatiknya, Sai Baba semata sedang terus difitnah. Tak kepalang tanggung, seorang profesor bernama Anil Kumar menerangkan betapa ia hakulyakin bahwa kontroversi ini, tak lebih tak kurang, merupakan bagian dari rencana agung Sai Baba. “Setiap guru yang terkenal harus menghadapi berbagai pandangan miring selama hidup mereka… Semakin sering dikritik, yang bersangkutan semakin menang,” ditulis Anil dalam artikel berjudul “Divine Downfall.”
Bahkan, melalui surat terbuka yang ditulis bersama-sama pada Desember 2001, Perdana Menteri India saat itu, Atal Behari Vajpayee, beserta mantan Ketua Mahkamah Agung, Ketua Komnas HAM, dan para politisi India lainnya secara terbuka menyatakan kekecewaan mereka atas banyak tuduhan tendensius kepada Sai Baba. “Kami sangat sedih atas berbagai tuduhan liar dan tak berdasar yang dilancarkan kelompok-kelompok kepentingan dan publik kepada Begawan Sri Sathya Sai Baba,” demikian mereka memprihatinkan.
Sai Baba sendiri mengaku tak ambil. “Saya tidak mengejar ketenaran dan popularitas. Jadi, saya tidak merasa rugi apa-apa oleh tuduhan-tuduhan itu,” kata Sai Baba dalam buletin Sai Baba Speaks, “Kejayaan saya akan kian bertambah dari hari ke hari.”
Deklarasi Sebagai Inkarnasi Sai Baba dari Shirdi
Sai  Baba dari Shirdi
Pada  bulan  Mei 1940, saat berumur 14 tahun, Sathyanarayana (nama  kecil  Sathya Sai  Baba) menyatakan dirinya sebagai reinkarnasi  dari seorang  mistikus  sufi; Sai Baba dari Shirdi dan kemudian Sathyanarayana   mengambil nama  Sai Baba. Sejak saat itu, banyak orang yang datang untuk   menantang  klaimnya sebagai reinkarnasi Sai Baba dari Shirdi. Anggota  keluarga dan  tetangga  juga tidak yakin. Mereka mendekati Sathya Sai  Baba muda dan  berkata,  "Jika kamu adalah Sai Baba dari Shirdi, beri  kami beberapa  bukti. “Beri  aku bunga melati itu," kata Sathya muda.  Setelah menerima  bunga melati  tersebut, ia melemparkannya ke lantai.  Bunga-bunga,  menurut mereka yang  hadir, secara ajaib mengatur diri  mereka sebagai  membentuk kata “Sai  Baba” dalam huruf Telugu.  Sejak  saat itulah ia  berhenti bersekolah dan memulai menjalankan  misinya.
Suatu hari ada seseorang bertanya kepada Sathya Sai Baba; apakah kamu Tuhan? Sathya Sai Baba menjawab; “Ya, Aku Tuhan dan kalian juga Tuhan. Perbedaanya antara Aku dan kalian dimana Aku menyadarinya, sedangkan kalian tidak”
Suatu hari ada seseorang bertanya kepada Sathya Sai Baba; apakah kamu Tuhan? Sathya Sai Baba menjawab; “Ya, Aku Tuhan dan kalian juga Tuhan. Perbedaanya antara Aku dan kalian dimana Aku menyadarinya, sedangkan kalian tidak”
Arti Nama Sai Baba
Suatu  hari pada tanggal 9 juni 1974  Sathya Sai Baba pernah berwacana  kepada  pengikutnya di Brindavan   tentang makna dari namanya. Sathya Sai Baba  mengatakan: “Sa berarti   'Tuhan', Ai atau Ayi berarti 'Ibu' dan Baba  berarti Bapa. Nama tersebut   menunjukkan Ibu dan Bapa Ilahi, sama  seperti Saambasiva, yang juga   berarti Ibu dan Bapa Ilahi”
Berikut ini artikel dari majalah asysyariah tentang pembahasan ini.
Berikut ini artikel dari majalah asysyariah tentang pembahasan ini.
Penulis : Al-Ustadz   Abu  Usamah Abdurrahman
Dajjal,  Antara Kenyataan dan Kamuflase
“Dajjal” acap  menjadi   topik seru yang dibicarakan banyak orang. Perkaranya pun kian  hangat   dengan munculnya orang-orang yang mengaku atau dianggap orang  lain   sebagai Dajjal, seperti yang dialamatkan pada Sri Sathya Sai Baba,    seorang begawan dari India. Benarkah dia Dajjal? [Tentu jawabnya    bukanlah dia yang dimaksud dalam hadits-hadits Dajjal. Karena banyak    sifat dan keadaan Dajjal yang tidak ada padanya. Dan tanda-tanda kiamat    yang besar itu datang silih berganti dengan cepat sebagaimana   disebutkan  dalam sebagian hadits. Dan ini belum terjadi pada zaman ini.   (ed)]
Jika   ditinjau  dari sisi bahasa, makna Dajjal adalah sangat tepat untuknya,   karena  Dajjal berarti banyak berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak    berdusta dan menipu, ada pengikutnya ataupun tidak, maka dia adalah    Dajjal. Demikianlah yang diistilahkan oleh Rasulullah Shallallahu    ‘alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau menjelaskan hal ini dalam    banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari    rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam Kitabul Manaqib dan no.    6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim rahimahullahu dalam dua tempat    (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis    Sa’ah) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ   حَتَّى تَقْتَتِلَ  فِئَتَانِ عَظِيْمَتَانِ يَكُوْنُ بَيْنَهُمَا   مَقْتَلَةٌ عَظِيْمَةٌ دَعْوَتُهُمَا  وَاحِدَةٌ وَحَتَّى يُبْعَثَ   دَجَّالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ  ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ وَحَتَّى يُقْبَضَ    الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ    الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيْكُمُ الْمَالُ فَيَفِيْضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُوْلَ الَّذِي    يَعْرِضُهُ عَلَيْهِ: لاَ أَرَبَ لِي بِهِ؛ وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ    فَيَقُوْلُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ؛ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ    مَغْرِبِهَا فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُوْنَ فَذَلِكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ    آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا
“Tidak akan  terjadi hari   kiamat sehingga dua kelompok besar saling berperang dan  banyak   terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka  adalah   satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir  30   orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu,    banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak    terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga    para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima    shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang namun    orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang    berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada    sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’;  terbitnya   matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah  barat di   saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka  itulah   waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang  sebelumnya   dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan  keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Dajjal. Dan bila disebutkan Dajjal secara mutlak (tanpa keterangan tambahan, red.) maka tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Dajjal. Dan bila disebutkan Dajjal secara mutlak (tanpa keterangan tambahan, red.) maka tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengimani  Munculnya  Dajjal Al-Akbar
Tidak ada  keraguan bagi  orang yang beriman terhadap segala  berita yang datang dari  Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam, masuk  akal ataupun tidak.  Karena  mereka meyakini bahwa segala yang  diberitakan oleh Rasulullah   Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sepanjang  riwayatnya shahih, merupakan   berita wahyu dari Allah Subhanahu wa  Ta’ala. Dan segala perkara yang   disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam yang terkait   dengan Dajjal –seperti sifat-sifatnya,  kejadian-kejadian luar biasa  yang  diperbuatnya, masa tinggalnya di atas  dunia, para pengikutnya,  tempat  turunnya, siapa yang akan membunuhnya  dan sebagainya– bagi  orang yang  beriman bukanlah sebuah khurafat dan  tahayul yang menjajah  akal serta  hati mereka. Bukan pula sebuah  keanehan bagi Allah  Subhanahu wa Ta’ala  untuk menjadikan keluarbiasaan  pada diri Dajjal.  Dan ini tidak akan  mengurangi kemuliaan Allah  Subhanahu wa Ta’ala  sedikitpun. Mereka  menjadikan segala yang terkait  dengan Dajjal  sebagai perkara yang akan  menambah dan mengokohkan  keimanan mereka  terhadap kekuasaan Allah  Subhanahu wa Ta’ala serta  kebenaran berita  Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa sallam. Mereka akan  menjadikan  segala yang terkait dengan  Dajjal sebagai ujian yang datang  dari Allah  Subhanahu wa Ta’ala untuk  menambah kebajikan mereka di atas   kebajikan. Tidak ada ucapan yang  keluar dari orang-orang yang beriman   melainkan:
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا
“Kami beriman   kepadanya, semuanya itu  dari sisi Rabb kami.” (Ali ‘Imran: 7)
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
“Kami  mendengar dan  kami patuh.”  (Al-Baqarah: 285)
Dajjal  sebagai Tanda Hari Kiamat
Munculnya  Dajjal   merupakan salah satu tanda hari kiamat kubra (tanda-tanda yang  besar).   Artinya, tanda-tanda yang muncul mendekati hari kiamat dan bukan  tanda   yang biasa terjadi. Seperti munculnya Dajjal, turunnya ‘Isa,   munculnya  Ya’juj dan Ma’juj, serta terbitnya matahari dari sebelah   barat. (Lihat  At-Tadzkirah karya Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu hal.   264, Fathul  Bari 13/485, dan Ikmal Mu’allim Syarah Shahih Muslim,  1/70)
Rasulullah   Shallallahu  ‘alaihi wa sallam telah memberitakan akan munculnya  Dajjal  di dalam  banyak hadits. Di antaranya yang diriwayatkan oleh  Al-Imam  Muslim  rahimahullahu (no. 5228) dari An-Nawwas bin Sam’an  radhiyallahu  ‘anhu:
ذَكَرَ  رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى   اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيْهِ   وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي  طَائِفَةِ النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا   إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِيْنَا.  فَقَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا: يَا   رَسُوْلَ اللهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ  غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيْهِ   وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ: غَيْرُ   الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ،  إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيْكُمْ   فَأَنَا حَجِيْجُهُ دُوْنَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيْكُمْ   فَامْرُؤٌ حَجِيْجُ نَفْسِهِ
“Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi wa sallam  berkisah tentang Dajjal pada pagi hari dan  beliau  mengangkat dan  merendahkan suaranya seakan-akan kami menyangka  dia  (Dajjal) berada di  sebagian pohon korma. Lalu kami berpaling dari  sisi  Rasulullah.  Kemudian kami kembali kepada beliau dan beliau  mengetahui  hal ini, lalu  beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’ Kami  berkata:  ‘Ya Rasulullah,  engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari  dan  engkau mengangkat  serta merendahkan suara, sehingga kami menyangka   bahwa dia berada di  antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas  bersabda:  ‘Bukan Dajjal yang  aku khawatirkan atas kalian. Dan jika dia  keluar dan  aku berada di  tengah kalian maka akulah yang akan  menyelesaikan  urusannya. Dan jika  dia keluar dan aku tidak berada di  tengah kalian,  maka setiap orang  menyelesaikan urusannya  masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu:
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu:
كُنَّا  قُعُوْدًا نَتَحَدَّثُ   فِي ظِلِّ غُرْفَةٍ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ   فَذَكَرْنَا السَّاعَةَ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ   رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ  وَسَلَّمَ: لَنْ تَكُوْنَ – أَوْ لَنْ   تَقُوْمَ – السَّاعَةُ حَتَّى يَكُوْنَ قَبْلَهَا عَشْرُ آيَاتٍ   طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا  وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ وَخُرُوْجُ   يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَالدَّجَّالُ  وَعِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَالدُّخَانُ   وَثَلاَثَةُ خُسُوْفٍ خَسْفٌ  بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ   وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ  ذَلِكَ تَخْرُجُ نَارٌ مِنْ   الْيَمَنِ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَسُوْقُ  النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ
“Kami sedang   duduk-duduk berbincang di bayang-bayang  salah satu kamar Rasulullah.   Kami berbincang tentang hari kiamat, dan  suara kami pun menjadi   meninggi. Lalu beliau bersabda: ‘Tidak akan  terjadi hari kiamat sehingga   muncul sepuluh tanda; yaitu terbitnya  matahari dari sebelah barat,   munculnya Dajjal, munculnya asap,  keluarnya binatang, munculnya Ya’juj   dan Ma’juj, turunnya Isa putra  Maryam, dan tiga khusuf (terbenam ke   dalam bumi), satu di timur, satu  di barat dan satu di Jazirah Arab, dan   api yang keluar dari arah Yaman  dari dataran terendah ‘Adn yang   menggiring manusia ke tempat  mahsyar’.”
Berita tentang munculnya Dajjal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib diimani dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dengan terang dan jelas yang tidak butuh penakwilan apapun, di antaranya:
Berita tentang munculnya Dajjal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib diimani dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dengan terang dan jelas yang tidak butuh penakwilan apapun, di antaranya:
1.  Dia dari  Bani Adam
2. Laki-laki
3. Pemuda
4. Pendek
5. Berkulit  merah
6. Keriting  rambutnya
7. Dahinya  lebar
8. Lehernya  lebar
9. Matanya  buta sebelah   kanan
10.Tertulis   di  antara dua matanya ك ف ر (yang    bermakna kafir)
11.Tidak   berketurunan
12.Pada   matanya sebelah kiri terdapat  daging tumbuh.
Sifat-sifat  di  atas  disebutkan di dalam banyak hadits baik dalam Ash-Shahihain   (Al-Bukhari  dan Muslim) atau selain keduanya.
Dajjal adalah  dari Bani  Adam, Bukan  Lambang Kejahatan dan Kerusakan
Termasuk benarnya keimanan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yaitu mengimani bahwa Dajjal adalah dari Bani Adam, dan bukan sebuah lambang kejahatan dan lambang khurafat, seperti yang telah dikatakan oleh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya Al-Manar (3/317), lalu diikuti oleh Abu ‘Ubayyah yang mengatakan bahwa Dajjal adalah sebuah lambang dari kejahatan dan bukan salah seorang Bani Adam. (Asyrathus Sa’ah, hal. 316)
Termasuk benarnya keimanan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yaitu mengimani bahwa Dajjal adalah dari Bani Adam, dan bukan sebuah lambang kejahatan dan lambang khurafat, seperti yang telah dikatakan oleh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya Al-Manar (3/317), lalu diikuti oleh Abu ‘Ubayyah yang mengatakan bahwa Dajjal adalah sebuah lambang dari kejahatan dan bukan salah seorang Bani Adam. (Asyrathus Sa’ah, hal. 316)
Penakwilan ini  termasuk sikap memalingkan  makna  lahiriah (tekstual) nash-nash.
Asal Dajjal dari Bani Adam telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Dari penjelasan nash tersebut tidaklah masuk akal bila dimaknakan kepada sebuah lambang. Coba perhatikan hadits di bawah ini yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
Asal Dajjal dari Bani Adam telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Dari penjelasan nash tersebut tidaklah masuk akal bila dimaknakan kepada sebuah lambang. Coba perhatikan hadits di bawah ini yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
ذَكَرَ  رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى   اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ   الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: إِنَّ  اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَيْسَ   بِأَعْوَرَ أَلاَ إِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ   الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ  عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ. قَالَ: وَقَالَ   رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَانِي   اللَّيْلَةَ فِي الْمَنَامِ عِنْدَ  الْكَعْبَةِ فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ   كَأَحْسَنِ مَا تَرَى مِنْ أُدْمِ  الرِّجَالِ تَضْرِبُ لِمَّتُهُ بَيْنَ   مَنْكِبَيْهِ، رَجِلُ الشَّعْرِ  يَقْطُرُ رَأْسُهُ مَاءً، وَاضِعًا   يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ  وَهُوَ بَيْنَهُمَا يَطُوْفُ   بِالْبَيْتِ فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟  فَقَالُوا: الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ.   وَرَأَيْتُ وَرَاءَهُ رَجُلاً  جَعْدًا قَطَطًا أَعْوَرَ عَيْنِ   الْيُمْنَى كَأَشْبَهِ مَنْ رَأَيْتُ  مِنْ النَّاسِ بِابْنِ قَطَنٍ،   وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ  رَجُلَيْنِ يَطُوْفُ بِالْبَيْتِ.   فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا  الْمَسِيْحُ الدَّجَّالُ
Rasulullah  Shallallahu  ‘alaihi wa sallam menyebutkan  pada suatu hari di tengah  keramaian  tentang Al-Masih Ad-Dajjal.  Beliau berkata: “Sesungguhnya  Allah tidak  buta sebelah, dan ketahuilah  Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta  mata  sebelah kanannya, seperti buah  anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar   berkata: “Rasulullah bersabda:  ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu   malam ketika aku berada di  Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang   dari Bani Adam yang  terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari   Bani Adam, rambutnya  tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan   meletakkan kedua  tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia   melaksanakan thawaf di  antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka   berkata: ‘Al-Masih  bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada   seseorang yang sangat  keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan   dan serupa dengan  Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak   dua laki-laki dan  thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’   Mereka menjawab:  ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Kenapa Tidak  Disebutkan  Dajjal Di dalam Al-Qur`an  dengan Jelas Sebagaimana dalam  Hadits-hadits?
Mungkin orang-orang akan bertanya kenapa tidak disebutkan di dalam Al-Qur`an dengan jelas tentang Dajjal sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits? Padahal perkara Dajjal tidaklah jauh lebih besar dari perkara Ya’juj dan Ma’juj, sementara urusan Ya’juj dan Ma’juj disebutkan di dalam Al-Qur`an?
Mungkin orang-orang akan bertanya kenapa tidak disebutkan di dalam Al-Qur`an dengan jelas tentang Dajjal sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits? Padahal perkara Dajjal tidaklah jauh lebih besar dari perkara Ya’juj dan Ma’juj, sementara urusan Ya’juj dan Ma’juj disebutkan di dalam Al-Qur`an?
Telah   disebutkan alasannya oleh para ulama dalam banyak  pendapat. Di   antaranya:
1. Penyebutan   Dajjal di dalam Al-Qur`an termasuk  dalam kandungan ayat:
هَلْ  يَنْظُرُوْنَ إِلاَّ  أَنْ تَأْتِيَهُمُ  الْمَلاَئِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ   آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي  بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنْفَعُ   نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ  آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ   فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا قُلِ  انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ
“Yang mereka    nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk    mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Rabbmu atau kedatangan    beberapa ayat Rabbmu. Pada hari datangnya ayat dari Rabbmu, tidaklah    bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum  beriman   sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa   imannya.  Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu, sesungguhnya kamipun menunggu   (pula)’.”  (Al-An’am: 158)
Yang dimaksud  dengan ‘tanda-tanda Rabbmu’  dalam ayat  ini adalah munculnya Dajjal,  terbitnya matahari dari sebelah  barat,  dan munculnya daabbah (binatang).  Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa  sallam telah menjelaskan di dalam  sebuah sabdanya:
ثَلاَثَةٌ إِذَا خَرَجْنَ   لَمْ يَنْفَعْ نَفْسًا  إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ:   الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوْعُ  الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Tiga hal  apabila telah  muncul (terjadi) maka tiada  bermanfaat lagi sebuah  keimanan bagi  seorang jiwa yang belum beriman  (sebelumnya): Dajjal,  daabbah, dan  terbitnya matahari dari arah  barat.”
2.  Al-Qur`an  menyebutkan akan turunnya  Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan dialah  yang akan  membunuh Dajjal. Maka  dengan menyebutkan Masihil Huda (Nabi  ‘Isa  ‘alaihissalam) sudah cukup  dari penyebutan Masihidh Dhalal  (Dajjal). Dan  kebiasaan orang Arab  adalah mencukupkan diri dengan  menyebutkan salah  satu yang berlawanan.
3. Bahwa  munculnya  Dajjal disebutkan oleh  Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam  firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ   وَاْلأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ  خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ   لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya   penciptaan langit dan bumi  lebih besar daripada penciptaan manusia akan   tetapi kebanyakan manusia  tidak mengetahui.” (Al-Mu`min: 57)
Yang dimaksud  kata  “manusia” di dalam ayat  ini adalah Dajjal. Dalam istilah kaidah  bahasa  termasuk dalam bab  penyebutan secara umum sedangkan yang dimaksud   adalah khusus, yaitu  Dajjal. Abu ‘Aliyah berkata: “Artinya lebih besar   dari penciptaan  Dajjal yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi.”  (Tafsir  Al-Qurthubi,  15/325)
Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Ini, kalau memang benar, adalah sebaik-baik jawaban. Dan ini termasuk perkara-perkara yang ditugaskan kepada Rasul-Nya untuk dijelaskan. Dan ilmunya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Fathul Bari, 13/92)
Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Ini, kalau memang benar, adalah sebaik-baik jawaban. Dan ini termasuk perkara-perkara yang ditugaskan kepada Rasul-Nya untuk dijelaskan. Dan ilmunya ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Fathul Bari, 13/92)
4. Al-Qur`an  tidak  menyebutkan Dajjal sebagai bentuk  penghinaan terhadapnya. Di mana  dia  menobatkan dirinya sebagai Tuhan,  padahal dia adalah manusia. Tentu   sikapnya ini menafikan  kemahaagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan   kemahasempurnaan-Nya serta  kesucian-Nya dari sifat-sifat kekurangan.   Oleh karena itu, urusan  Dajjal di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah   sangat hina dan kecil  untuk disebutkan.
Jika demikian,  mengapa tentang Fir’aun  yang mengaku  sebagai Tuhan disebutkan di dalam  Al-Qur`an? Jawabannya  adalah:  “Perkara Fir’aun telah selesai dan habis  masanya, dan  disebutkan  sebagai peringatan bagi manusia. Adapun urusan  Dajjal, akan  muncul di  akhir zaman sebagai ujian bagi manusia.”
Dan terkadang,  sesuatu  itu tidak  disebutkan karena jelas dan nyata perkaranya.
Inilah beberapa pendapat dari jawaban dan alasan ulama tentang mengapa tidak disebutkan permasalahan Dajjal di dalam Al-Qur`an. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar bila muncul, karenanya Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan: “Pertanyaan tentang tidak disebutkannya Dajjal di dalam Al-Qur`an akan terus muncul. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkara Ya`juj dan Ma`juj, sementara fitnah mereka sama dengan fitnahnya Dajjal.” (Fathul Bari, 13/91-92)
Inilah beberapa pendapat dari jawaban dan alasan ulama tentang mengapa tidak disebutkan permasalahan Dajjal di dalam Al-Qur`an. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar bila muncul, karenanya Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan: “Pertanyaan tentang tidak disebutkannya Dajjal di dalam Al-Qur`an akan terus muncul. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkara Ya`juj dan Ma`juj, sementara fitnah mereka sama dengan fitnahnya Dajjal.” (Fathul Bari, 13/91-92)
Pengarang  kitab   Asyrathus Sa’ah menguatkan pendapat yang pertama yaitu Dajjal  telah   disebutkan di dalam Al-Qur`an sebagaimana kandungan ayat dalam  surat   Al-An’am di atas secara global, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi  wa   sallam diamanatkan untuk menjelaskannya (secara rinci). (Asyrathus    Sa’ah, hal. 333)
Fitnah  Dajjal
Tidak ada yang  mengingkari bahwa fitnah   Dajjal adalah fitnah besar sepanjang  perjalanan hidup Bani Adam di atas   dunia ini sampai pada hari kiamat.  Hal ini disebabkan berbagai bentuk   keanehan yang diciptakan Allah  Subhanahu wa Ta’ala yang bisa  diperbuat  oleh Dajjal tersebut,  sebagaimana dijelaskan dalam banyak  riwayat. Dua  fitnah yang  sesungguhnya diusung oleh Dajjal untuk  merekrut pengikut  itulah fitnah  syahwat dan fitnah syubuhat. Di bawah  ini akan dijelaskan  beberapa  fitnah besar Dajjal terhadap umat  Rasulullah Shallallahu  ‘alaihi wa  sallam:
1. Bersama  Dajjal ada surga dan neraka
Diriwayatkan  oleh   Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. 2934) dari sahabat Hudzaifah  bin   Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu    ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعَرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal adalah  buta  sebelah kiri, sangat keriting  rambutnya, dan bersamanya surga dan   neraka. Namun nerakanya adalah  surga dan surganya adalah neraka.”
2. Bersamanya   ada sungai-sungai yang penuh air
Diriwayatkan  oleh  Al-Imam Muslim  rahimahullahu (no. 2934) dari shahabat Hudzaifah   radhiyallahu ‘anhu  berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam   bersabda:
لَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ   الدَّجَّالِ، مِنْهُ  مَعَهُ نَهْرَانِ يَجْرِيَانِ أَحَدُهُمَا   رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ  وَاْلآخَرُ رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ   تَأَجَّجُ فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ  فَلْيَأْتِ النَّهْرَ الَّذِي يَرَاهُ   نَارًا وَلْيُغَمِّضْ ثُمَّ  لْيُطَأْطِئْ رَأْسَهُ فَيَشْرَبَ مِنْهُ   فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَإِنَّ  الدَّجَّالَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ   عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيْظَةٌ مَكْتُوْبٌ  بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ   يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ  كَاتِبٍ
“Sesungguhnya   aku  mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua   sungai  yang mengalir. Dengan penglihatan mata, salah satunya adalah air   yang  putih dan yang lain api yang berkobar. Maka barangsiapa  menjumpai  yang  demikian hendaklah dia mendatangi sungai yang dia lihat  sebagai api  dan  pejamkan matanya kemudian tundukkan kepalanya dan  minumlah darinya,   karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin.  Sesungguhnya Dajjal   buta dan pada matanya ada daging tumbuh yang tebal  serta tertulis di   antara dua matanya kafir, yang akan dibaca oleh  setiap orang yang   beriman baik yang bisa menulis atau tidak.”
3.  Memerintahkan langit  untuk menurunkan  hujan dan bumi menumbuhkan  tanamannya
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا لَبْثُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ:أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِيْنَا فِيْهِ صَلاَةُ يَوْمٍ؟ قَالَ: لاَ، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ: كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيْحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ
Kami   berkata:  “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas dunia?”   Beliau  bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari   bagaikan  satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan selain itu   harinya  sama dengan hari biasa.” Kami mengatakan: “Ya Rasulullah,   bagaimana  kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita   untuk  melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak,   tetapi  ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana   tentang  kecepatannya di muka bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan   yang ditiup  oleh angin lalu dia mendatangi kaum dan menyerukan mereka   sehingga  mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga   memerintahkan  langit untuk menurunkan hujan dan kemudian hujan turun;   dan  memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman maka kemudian tumbuh.”
4. Bersamanya  segala   perbendaharaan bumi, dan bisa menempuh arah dengan cepat bagaikan  hujan   yang ditiup oleh angin. Sebagaimana dalil yang disebutkan di  atas.
5.  Menghidupkan dan   mematikan.
Diriwayatkan    oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri    radhiyallahu ‘anhu (no. 2938) berkata:
حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا حَدِيْثًا طَوِيْلاً عَنِ الدَّجَّالِ فَكَانَ فِيْمَا حَدَّثَنَا قَالَ: يَأْتِي وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِيْنَةِ فَيَنْتَهِي إِلَى بَعْضِ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْمَدِيْنَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُوْلُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيْثَهُ. فَيَقُوْلُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّوْنَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ. قَالَ: فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيْهِ فَيَقُوْلُ حِيْنَ يُحْيِيْهِ: وَاللهِ مَا كُنْتُ فِيْكَ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيْرَةً مِنِّي اْلآنَ. قَالَ: فَيُرِيْدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ
Rasulullah  Shallallahu   ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami sebuah hadits  yang panjang   tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau  sampaikan   adalah: “Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota  Madinah,   maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada  di   sekitar Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik  dan   dia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah    diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya):    ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya,  apakah   kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’ Mereka berkata:  ‘Tidak.’  Dia  pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik  itu  berkata  setelah dihidupkan: ‘Demi Allah, aku semakin yakin  tentang  dirimu.’  Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya  lagi namun  dia tidak  sanggup melakukannya’.”
6. Melakukan  penipuan  dengan mengubah  wujud seseorang
Demikianlah   beberapa bentuk dari sekian fitnah  Dajjal yang sangat dahsyat. Tidak  ada  seorang pun yang akan selamat  melainkan orang-orang yang berusaha   menyelamatkan dirinya kemudian  dijemput oleh rahmat Allah Subhanahu wa   Ta’ala. Dengan rahmat Allah  Subhanahu wa Ta’ala, dia selamat dari fitnah   Dajjal yang amat sangat  dahsyat.
Bentuk fitnah yang juga diusung oleh Dajjal dalam rangka mencari pengikut adalah fitnah syahwat. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menguji kita dengan sedikit harta benda dunia dan kita berguguran menjadi budak kesesatan. Bisa dibayangkan jika si Dajjal mengusung surga dan neraka, membunuh dan menghidupkan, di tangannya ada perbendaharaan bumi, memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun. Dan memerintahkan bumi menumbuhkan tanam-tanaman lalu tumbuh, kemudian menawarkannya kepada kita. Ke manakah kita akan menginjakkan kaki? Apakah menjadi pengikut Dajjal yang di tangannya kenikmatan semu, atau menjadi kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Bentuk fitnah yang juga diusung oleh Dajjal dalam rangka mencari pengikut adalah fitnah syahwat. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menguji kita dengan sedikit harta benda dunia dan kita berguguran menjadi budak kesesatan. Bisa dibayangkan jika si Dajjal mengusung surga dan neraka, membunuh dan menghidupkan, di tangannya ada perbendaharaan bumi, memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun. Dan memerintahkan bumi menumbuhkan tanam-tanaman lalu tumbuh, kemudian menawarkannya kepada kita. Ke manakah kita akan menginjakkan kaki? Apakah menjadi pengikut Dajjal yang di tangannya kenikmatan semu, atau menjadi kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Ucapan  Ulama tentang  Kejadian Luar Biasa pada Dajjal
Al-Qadhi  ‘Iyadh  rahimahullahu berkata:  “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh  Al-Imam  Muslim rahimahullahu  dan selain beliau tentang kisah Dajjal  adalah  hujjah bagi ahlul haq  tentang kebenarannya. Dia adalah manusia  biasa  yang dijadikan oleh  Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi   hamba-hamba-Nya. Allah  Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemampuan   kepadanya berupa hal-hal yang  merupakan kekuasaan Allah Subhanahu wa   Ta’ala semata, seperti  menghidupkan mayat yang dibunuhnya, serta   bersamanya ada segala  kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan   dunia, dia  memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi  dan   memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya  terjadi   dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya.  Kemudian   Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya  ketidaksanggupan untuk   membunuh orang tersebut (setelah dia  menghidupkannya) dan selain orang   tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala  juga membatilkan urusannya lalu  dia  dibunuh oleh Nabi ‘Isa  ‘alaihissalam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala   mengokohkan orang-orang  yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan   seluruh ahli hadits serta  para fuqaha dan para peneliti. Berbeda  dengan  orang-orang yang  mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti   Khawarij, Jahmiyyah,  sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, yaitu   bahwa Dajjal itu benar  adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada   diri Dajjal adalah  khayalan yang tidak memiliki hakikat. Mereka  mengira,  jika hal itu  benar niscaya tidak ada perbedaan dengan  mukjizat yang  terjadi pada  diri nabi. Cara berfikir seperti ini  termasuk kesalahan  mereka  seluruhnya, karena Dajjal tidak mengaku  sebagai nabi dan apa yang   terjadi pada dirinya hanya sebatas sebagai  bukti bahwa dia Dajjal. Dia   justru mengaku sebagai Rabb, meski pada  kenyataannya dia berdusta dalam   pengakuannya, dari sisi penampilannya  sendiri, sesuatu yang baru   terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan,  ketidaksanggupannya untuk   menghilangkan kebutaan matanya dan  menghilangkan tulisan kafir yang   terdapat di antara dua matanya.
Karena  bukti-bukti ini  dan selainnya pada  diri Dajjal, maka tidak tertipu  dengannya kecuali  orang-orang rendahan.  Ini semata-mata untuk menutupi  keinginan dan  kemiskinan, berharap  untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau   menyelamatkan dirinya, atau takut  dari gangguannya, karena fitnahnya   yang dahsyat dan membingungkan akal.
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan terpesona dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari 13/105)
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan terpesona dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari 13/105)
Al-Hafizh  Ibnu  Katsir rahimahullahu  berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan  oleh Allah  Subhanahu wa Ta’ala  sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya  dengan  kejadian-kejadian luar biasa  yang diciptakan Allah Subhanahu wa  Ta’ala  melalui tangannya yang bisa  disaksikan pada masanya. Dan bagi  orang yang  memenuhi panggilannya;  memerintahkan langit untuk  menurunkan hujan lalu  turun dan  memerintahkan bumi untuk menumbuhkan  tanamannya lalu  terlaksana yang  bisa dimakan oleh binatang-binatang  ternak dan  dimanfaatkan oleh mereka  sendiri kemudian mereka bisa  mengambil manfaat  dari binatang ternak  baik daging ataupun susunya.  Dan orang yang tidak  memenuhi panggilannya  serta menolak seruannya  akan ditimpa oleh paceklik  penuh kekurangan,  binatang-binatang ternak  mereka habis mati,  kekurangan pada harta  benda, jiwa, dan buah-buahan.  Bersamanya juga ada  perbendaharaan  bagaikan mayang kurma dan dia  membunuh seseorang lalu  menghidupkannya.  Ini semua bukan penipuan  melainkan hakikat yang nyata  yang diciptakan  Allah Subhanahu wa Ta’ala  untuk menguji hamba-hamba-Nya  pada akhir  zaman nanti. Allah Subhanahu  wa Ta’ala menyesatkan banyak  orang dan  memberikan hidayah kepada  mereka. Orang-orang yang ragu,  niscaya mereka  akan kafir. Dan akan  bertambahlah iman orang-orang yang  beriman.”  (An-Nihayah/Al-Fitan Wal  Malahim 1/121)
Ibnu  Hajar  rahimahullahu berkata: “Pada  diri Dajjal terdapat bukti nyata  atas  kedustaannya di hadapan  orang-orang yang berakal. Karena dia  memiliki  wujud fisik serta  memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan  dengan  kekurangan pada  dirinya bahwa dia adalah orang yang buta  sebelah  matanya. Jika dia  menyeru manusia untuk mempertuhankannya itu   menunjukkan keadaannya yang  paling buruk. Bagi orang yang berakal   mengetahui bahwa dia tidak  mungkin akan bisa menciptakan selainnya,   memperbaiki dan memperbagus  serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan   kekurangan (seperti:  matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya,  dll)  yang ada pada  dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk  dikatakan  adalah: ‘Wahai  orang yang menyangka bisa menciptakan langit  dan bumi,  bentuklah  dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan  pada  dirimu. Dan  jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu  yang  baru pada  diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara  kedua  matamu’.”  (Fathul Bari 13/103)
Ibnul ‘Arabi  rahimahullahu berkata: “Segala  tanda-tanda  kebesaran yang terjadi pada  tangan Dajjal, dari turunnya  hujan serta  tanah menjadi subur bagi orang  yang memercayainya, dan  ketandusan atas  orang yang mengingkarinya, dan  segala yang bersamanya  berupa  perbendaharaan bumi, bersamanya surga dan  neraka dan air yang  mengalir,  semuanya merupakan ujian dari Allah  Subhanahu wa Ta’ala agar   orang-orang yang ragu menjadi binasa dan  orang-orang yang bertakwa   menjadi selamat. Semuanya merupakan perkara  yang sangat menakutkan.   Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda:   “Tidak ada fitnah yang paling besar dari fitnah  Dajjal.” (Fathul Bari   13/103)
Demikianlah    beberapa ucapan para ulama bahwa kejadian-kejadian luar biasa pada   diri  Dajjal adalah perkara yang hakiki, bukan khayalan atau sebuah   kamuflase.  Dan demikianlah keterangan-keterangan nash yang wajib   diimani.
Kiat-Kiat    Terhindar dari Fitnah Dajjal
Sebagaimana  dalam pembahasan di atas   sangat jelas bahwa fitnah Dajjal amat sangat  berat dan besar sehingga   tidaklah heran jika Dajjal memiliki banyak  pengikut. Dan pengikut   Dajjal yang terbanyak adalah dari kalangan  Yahudi, orang ajam   (orang-orang non Arab), bangsa Turki, orang-orang  A’rabi (orang Badui   yang dikuasai kejahilan), dan kaum wanita. Hal ini  telah dijelaskan   oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti  sabda beliau:
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Yang akan  mengikuti Dajjal adalah Yahudi   Ashbahan dan 70.000 dari mereka memakai  pakaian yang tebal dan   bergaris.” (HR. Muslim no. 5237 dari sahabat Anas  radhiyallahu ‘anhu)
Dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu no. 11290 disebutkan: “70.000 dari mereka memakai mahkota.”
Dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu no. 11290 disebutkan: “70.000 dari mereka memakai mahkota.”
Begitu juga  dari kaum ‘ajam, telah  dijelaskan oleh  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa  sallam dalam riwayat  Al-Bukhari (no.  3323) dari sahabat Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu.
Adapun bangsa Turki disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu: “Yang nampak, wallahu ‘alam, yang dimaksud dengan orang-orang Turki adalah para pembela Dajjal.” (An-Nihayah 1/117)
Adapun bangsa Turki disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu: “Yang nampak, wallahu ‘alam, yang dimaksud dengan orang-orang Turki adalah para pembela Dajjal.” (An-Nihayah 1/117)
Tentang  keadaan orang-orang Badui sebagai  pengikut  Dajjal terbanyak disebabkan  kejahilan menguasai mereka,  sebagaimana  dalam riwayat Muslim  rahimahullahu dari sahabat Abu Umamah   radhiyallahu ‘anhu.
Adapun  kebanyakan pengikut mereka dari kaum wanita  karena  keadaan mereka lebih  jelek dari kaum Badui, karena cepatnya  mereka  terpengaruh dan mereka  dikuasai kejahilan, sebagaimana dalam  riwayat  Ibnu ‘Umar radhiyallahu  ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Al-Imam  Ahmad  rahimahullahu dan  dishahihkan sanadnya oleh Ahmad Syakir  rahimahullahu.
Kalaulah   demikian besar  fitnahnya dan banyak yang mengikutinya, maka sudah  barang  tentu kita  harus berusaha menyelamatkan diri dari fitnahnya.  Dan inilah  beberapa  kiat untuk menyelamatkan diri dari fitnah-fitnah  Dajjal.
Pertama:   Berpegang teguh  dengan Islam dan bersenjatakan iman serta mengetahui   nama-nama Allah  Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang mulia  yang  tidak ada  seorangpun menyamai-Nya dalam masalah ini. Diketahui  bahwa  Dajjal  adalah manusia biasa yang makan dan minum, dan Maha Suci  Allah  dari hal  itu. Dajjal buta sebelah sementara Allah Subhanahu wa  Ta’ala  tidak  demikian. Dan tidak ada seorang pun bisa melihat Allah  Subhanahu  wa  Ta’ala sampai mati, sementara Dajjal dilihat ketika  keluarnya baik  oleh  orang-orang kafir atau mukmin.
Kedua:  Berlindung dari  fitnah Dajjal,  terlebih ketika shalat sebagaimana yang  banyak  diriwayatkan dari  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga:  Membaca sepuluh  ayat dari surat  Al-Kahfi baik awal ataupun akhirnya di  hadapan Dajjal,  sebagaimana yang  telah disebutkan oleh Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi  wa sallam.
Keempat:  Lari dari  Dajjal dan mencari tempat perlindungan, seperti  kota Makkah  dan  Madinah. Karena keduanya adalah tempat yang tidak akan  dimasuki  oleh  Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Imam  Ahmad, Abu  Dawud,  dan Al-Hakim dari sahabat ‘Imran bin Hushain  radhiyallahu ‘anhu  dan  dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani  rahimahullahu di dalam kitab   Shahih Al-Jami’us.sumber :

