Menikah Dengan Jin Muslimah
Selasa
Menikah Dengan Jin Muslimah
Sebutlah namanya Ahmad. Ia seorang yang  istimewa. Mudah keluar air  matanya bila mengingat Allah dan merasakan  hal-hal yang menyentuh  hatinya, sering basah matanya dalam shalatnya,  sudah tidak mencintai  dunia (uang, materi dan selera). Bila pun punya  uang, selalu bukan buat  dirinya, tapi untuk orang lain yang lebih  memerlukannnya. Hatinya  bersih. 
Kuat tidak tidur dan tidak makan   berhari-hari. Tidak takut oleh manusia, siapapun, bila menyangkut   kebenaran yang ia bela. Ia orang yang tauhidnya terjaga dan, saya lihat,   sangat dekat dengan Allah SWT melebihi kita pada umumnya. Ia sudah   kasyaf dan sebagai seorang mukasyafah, ia diberi anugrah oleh Allah bisa   melihat alam ruh. Karena itu, ia pun bisa “bertemu” dengan ruh   mursyidnya yang sudah wafat.  Tentu, kemampuannya pun banyak dan luar   biasa (saya tidak perlu menceritakannya disini). Ia orang yang sudah   sangat spiritual. Dalam cerita ini, semua nama yang saya sebutkan, bukan   nama aslinya.
Ahmad sahabat saya ini, sudah  hampir setahun, sejak mengalami kasyaf  (tersibaknya alam ruhani atau  tabir spiritual) biasa berdialog dengan  gurunya bernama Syekh Habib  Syarwani, yang sudah wafat 10 tahun yang  lalu. Syekh Habib semasa  hidupnya adalah seorang ulama hikmah, dikenal  sebagai guru spiritual,  seorang mukasyafah, seorang penasehat agama dan  kebenaran yang  terpercaya. Syekh Habib dipercaya sebagai wali dengan  kehebatan  karomah-keromahnya. Ia tidak suka meramal-ramal seperti  dukun-dukun  atau ahli hikmah lainnya. Tauhidnya lurus kepada Allah SWT.  Semua  kalangan dari orang biasa hingga orang-orang pentingnya  mengakuinya  sebagai guru, penasehat yang lurus dan menyentuh. Syekh  Habib memiliki  ilmu hikmah yang luar biasa.
Ditawari Menikah dengan Jin
Sejak  Ahmad menjadi kasyaf, ruh gurunya terus membimbing hidupnya secara   ruhani. Menurut Ahmad, suatu malam, ruh gurunya didampingi beberapa   muridnya di alam sana, menawarinya sesuatu: “Ahmad, ini ada Jin Muslim   diantara kita, namanya Syekh Maulawi. Ia berumur 400 tahun. Ia mempunyai   putri namanya Fatimah, umurnya 200 tahun. Fatimah masih gadis. Syekh   Maulawi tertarik padamu, pada keshalehanmu dan kekuatanmu dalam memeluk   agama. Kami semua disini menawarkan padamu untuk menikahi Fatimah binti   Maulawi. Bagaimana pendapatmu? Silahkan fikirkan dan pertimbangkan.”
Tentu Ahmad kaget luar biasa.  “Menikah dengan jin?” Tidak pernah  terbayang sedikitpun dalam hidupnya  akan menikah dengan jin. Ini sangat  mengagetkan dan baru mengalami  tawaran seperti ini. Mendengar pun,  pernikahan antar manusia dan jin,  belum pernah. Mau menolak, ia sangat  takzim pada Syekh sebagai gurunya  lahir batin sejak hidupnya. Menyatakan  mau juga tidak terbayang  bagaimana jadinya nanti. Wajar ia sangat  bingung. Anda juga akan  bingung ditawari sesuatu yang kurang berkenan  oleh seseorang yang  sangat Anda hormati. Ya kan?? Mau ditolak, Anda  sangat hormat padanya.  Syusyah ….!! Demikian pula yang terjadi pada  Ahmad. Dalam  kebingungannya, ia mendesah:
“Menurut Syekh bagaimana?”
“Ini hanya tawaran. Bersedia syukur, tidak pun tidak apa-apa.”
“Menurut Islam bagaimana? Saya kan manusia.” Tanya Ahmad lagi ingin tahu bagaimana dari sudut hukum agama.
“Tidak ada larangan.” Jawab gurunya pendek.
Pikiran Ahmad masih terus  diliputi kebingungan. Selama berbulan-bulan  sejak ia bisa berdialog  dengan gurunya tersebut secara ruhani, Ahmad  sudah terbiasa melihat  jin. Oleh jin-jin kafir yang buruk rupa, yang  wajahnya semrawut, tidak  beraturan, sering sekali menggoda perjalanannya  agar niatnya menemui  dan berguru kepada Syekh Syarwani mundur, batal  dan tidak jadi. Ini  adalah ujian beratnya. Ia harus mengalahkan  godaan-godaan makhlus halus  itu. Awalnya, kaget luar biasa dan sangat  takut ketika ia mampu  melihat sosok jin-jin itu. Ada yang menertawakan  perjalannya sambil  bergelantungan di sebuah pohon di tengah malam, ada  yang menghalangi  jalan kakinya, ada yang menumpangi motor yang  dikendarainya di jok  belakang, ada yang menebarkan bau busuk, ada yang  menyerupai wanita  cantik dan telanjang bulat mengajaknya bersetubuh, ada  yang menirukan  suara ibunya atau istrinya memanggil-manggilnya ketika  sedang berjalan.  Semua itu terjadi antara jam 11.30 malam hingga jam  04.00 subuh ketika  ia sering berjalan kaki ke sebuah tempat “pertemuan”  dengan gurunya.
Lama-kelamaan matanya jadi biasa  dan tidak kaget melihat jin-jin  penggoda itu. Mereka selalu muncul  setiap malam di tengah perjalanan  ketika Ahmad menemui gurunya di  tempat tersebut. Mereka menggoda dan  menakut-nakutinya. Oleh  keyakinannya kepada Allah, bahwa mereka lebih  rendah dari manusia,  Ahmad tidak takut bahkan semakin berani mengusirnya  dan bahkan sering  menantangnya untuk tarung karena kesal. Kebanyakan  jin-jin penggoda itu  kabur, mangpret, ngacir ketakutan setelah dibacakan  ayat-ayat Qur’an  seperti ayat kursi.
Tetapi, bukan hanya jin kafir  yang buruk-buruk rupa itu yang dia lihat.  Sering juga jin-jin Muslim  menyapanya. Mereka ini sosoknya lain.  Tubuhnya ada yang wangi, bersih,  tampan dan cantik, tapi ukurannya  tinggi-tinggi dan besar-besar.  Umurnya ratusan tahun. Ada yang sedang  memegang tasbih berdzikir kepada  Allah, ada yang sedang khusyu beribadah  dan sebagainya. Melihat  mereka, Ahmad sudah biasa. Tetapi, ditawari  menikahi dengan jin yang  berbeda jasad, beda dunia, beda alam, sama  sekali tidak pernah  terbayangkan olehnya.
Akhirnya bakti dan hormat pada  gurunya mengalahkan keraguan dirinya.  Bagi Ahmad, Syekh Habib Syawani  di alam ruh, atas izin Allah, masih  mengajarkan ilmu dan telah  membukakan kasyafnya, yang membuatnya bisa  melihat dan berdialog  langsung dengannya. Ahmad akhirnya menyatakan siap  dengan hati bulat,  ikhlas dan pasrah. Singkat cerita, proses pernikahan  pun dilangsungkan.  Disaksikan gurunya dan ruh-ruh yang hadir, dengan  suasana sangat  khidmat, Ahmad dinikahkan dengan Fatimah binti Maulawi,  seorang gadis  jin Muslimah, berumur 200 tahun. Mas kimpoinya? Cukup  hanya membaca  surat Al-Fatihah. Mertuanya bernama Syekh Maulawi adalah  jin yang  sangat dihormati di kalangan jin Muslim di alamnya. Resmilah  mereka  sebagai pasangan suami istri.
Bagaimana gambaran dan kesan  Ahmad tentang Fatimah, istrinya di alam jin  itu? Ia menceritakannya  kepada saya. “Ia memakai kerudung dan masya  Allaah … cantiknya luar  biasa. Tubuhnya harum. Tingginya sekitar 4  meter. Setelah nikah, saya  memangilnya ummi, dia memanggil abi. Sikapnya  tawadhu luar biasa kepada  suami, bahasanya santun, sifatnya halus dan  kecantikannya belum pernah  saya lihat pada manusia. Saya belum pernah  melihat wajah secantik  itu.”
Beberapa hari dari itu, Ahmad  bercerita tentang bulan madunya. Walaupun  tinggi Fatimah sekitar 4  meter, tapi ketika berfungsi sebagai istri dan  menemui suaminya, ia  merubah ukurannya menjadi ukuran manusia biasa,  normal. Suatu saat,  Ahmad memulai ceritanya, ia diajak Fatimah  berjalan-jalan, berkeliling  ke alamnya. Alam jin tidak jauh berbeda  dengan alam manusia. Ada  pengajian, ada sekolah, kampus, masjid dan  bangunan-bangunan lain. Sama  dengan manusia, mereka memiliki peradaban.  Tapi, itu peradaban jin.  Bedanya, bentuknya aneh-aneh, berbeda dengan di  alam manusia. Ahmad  sangat sadar alias bukan mimpi. Selama berkeliling,  perasaannya  dipenuhi aneh dan aneh, takjub dan takjub, heran dan heran  atas apa  yang dialaminya di alam yang berbeda. Akhirnya ia tiba di  sebuah rumah,  ternyata rumahnya Fatimah. Tinggi, luas, bentuknya aneh,  tidak seperti  rumah yang ada di alam manusia. Kamar Fatimah harum dan  bersih.  “Barang-barang” tertata rapih. Di atas tempat tidur, mereka  ngobrol dan  bercumbu. Selain sangat cantik, tubuh Fatimah tercium harum  dan  bercahaya. Maklum ia jin yang taat ibadah. Singkatnya, aneh juga,  Ahmad  merasakan kepuasan persis seperti dengan manusia, bahkan lebih.  Kata  Ahmad, Fatimah tidak akan pernah hamil. Persenggamaan jin dan  manusia  tidak akan mengasilkan kehamilan, karena perbedaan zat makhluk.  Manusia  makhluk fisik, sedangkan jin makhluk non fisik alias makhluk  ghaib.



0 komentar to “Menikah Dengan Jin Muslimah”