Kisah Penjagal Yang Bereinkarnasi Menjadi Babi

Selasa



Kisah Penjagal Yang Bereinkarnasi Menjadi Babi

Ny. Dong mengatakan pamannya mampu mengingat kejadian beberapa masa kehidupan terdahulu, ternyata ia sebelumnya pernah terlahir sebagai babi, dan menceritakan kepadanya betapa menderitanya dibantai sebagai babi.

Dalam saling-silang reinkarnasi antara manusia dan hewan, yang paling sering terbaca di dalam literatur pada umumnya reinkarnasi antara manusia dan babi. Di China, babi merupakan sumber pangan utama untuk jenis daging, maka itu terlahir sebagai seekor babi, tentu saja tak dapat menghindari penyembelihan. Itulah sebabnya, terlahir sebagai babi, bukan hanya merupakan semacam nasib yang tragis, juga terselip makna hukum sebab akibat di dalamnya.

Ia mengatakan tak tahu telah beberapa masa kehidupan menjadi babi,  tak terhitung, setiap kali teringat penderitaan ketika menjadi babi,  masih terasa gemetar.  (WANG JIAYI/THE EPOCH TIMES)

Kejadian zaman dahulu

Pada zaman Zhan Guo (2.500 tahun yang silam), Bai Qi (baca: pai ji) jenderal besar Negeri Qin seusai perang Chang Ping, dengan sadis telah menghabisi 400.000 tawanan perang Negeri Zhao yang tak bersenjata. Untuk itu ia telah menumpuk hutang karma yang sulit ditebus dalam bermasa-masa kehidupan berikutnya.

Menurut legenda, ketika orang-orang menyembelih babi, setelah pencabutan bulunya sering kali ditemukan, di atas kulit babi tersebut terdapat 2 aksara Bai Qi. Ini dipercaya lantaran Bai Qi, si pembantai massal, bereinkarnasi sebanyak 400.000 kali sebagai ternak potong yang ajalnya berakhir dengan disembelih baru bisa membayar hutang karma yang ia lakukan terhadap tawanan Zhao.

Di dalam catatan negara-negara Dinasti Zhou Timur (770 – 256 SM) yang dibuat setelah Dinasti Tang juga terdapat teks sejenis itu. Catatan tersebut berbunyi:

“Sampai dengan akhir Dinasti Tang (abad-10), ketika ada kejadian petir menewaskan seekor sapi, pada perut sapi tersebut terdapat 2 aksara Bai Qi. Para ahli yang kompeten mengatakan Bai Qi terlalu banyak membunuh orang, sehingga sampai 1.000 tahun lebih telah berlalu, masih saja bereinkarnasi sebagai hewan yang tersambar halilintar. Seperti itulah beratnya karma membunuh (lawan yang tak berdaya), sungguh suatu hal yang harus dihindari oleh para jenderal.”

Orang yang berbuat jahat menjadi babi, ini mengingatkan saya pada sebuah kisah yang sudah agak lama. Pada era 20-an di Provinsi Shandong, China, pernah terjadi sebuah peristiwa. Terdapat seorang perompak sadis sewaktu berduel dengan orang lain ia terbunuh. Sesudah rohnya meninggalkan raga ia lari kencang di ruang terbuka pada kegelapan malam yang pekat tanpa mengetahui raganya telah terkapar mati.

Di belakangnya ada dua orang mengejarnya, ia lantas lari terbirit-birit. Ketika kedua orang tersebut berhasil mengejar dan mengenakan sepotong jubah hitam ke badannya, ia berontak dan melepas jubah hitam tersebut dan berlari lagi dengan kencang. Kemudian terkejar lagi dan terulang lagi terus menerus adegan mengenakan dan melepaskan jubah.

Pada kali terakhir, ia melihat di depan terdapat sebuah rumah, maka sembari melepas baju hitam itu ia menerjang masuk ke dalam rumah yang terdapat nyala lampu. Belum sampai tuntas dan hanya tertinggal bagian tangan kanannya belum seluruhnya terlepas, di saat itulah ia berhasil menerjang masuk rumah. Pada detik itu, seiring dengan suara tangisan, perempuan yang sedang bersalin di rumah tersebut telah melahirkan seorang bayi yang semuanya normal, hanya saja tangan kanannya berbentuk seperti kaki babi. Bayi tersebut adalah perompak yang bereinkarnasi.

Ternyata akibat karma berat itu, seharusnya ia terlahir lagi sebagai babi dan disembelih demi melunasi karmanya. Jubah yang dipaksa untuk dikenakan oleh dua orang pengejarnya merupakan kulit babi. Oleh karena ia langsung terlahir dan tidak dilakukan pencucian memori dalam otak, pada masa kehidupan sekarang membawa tangan kanan yang berbentuk kaki babi dan membawa memori kehidupan masa sebelumnya.

Dimana pun ia selalu menjelaskan prinsip hukum sebab-akibat kepada orang-orang agar mereka mau berbuat kebaikan dan mengakumulasikannya selama hidup.

Sama dengan kisah terdahulu, cerita reinkarnasi manusia babi ini, masih saja membuat orang merinding!

Kisah menghebohkan lain

Pada saat perjamuan makan, saya semeja dengan seorang istri dari legislator yang bermarga Dong, di dalam percakapan itu diketahui, suami istri Dong meski termasuk orang sibuk, tetapi sejak lama vegetarian. Maka dengan rasa ingin tahu saya menanyakan hal ikhwalnya.

Ny. Dong mengatakan, itu berkat pamannya yang pernah bercerita tentang kejadian bermasa-masa kehidupannya dan mengakui bahwa ia pernah terlahir sebagai babi bahkan tidak hanya sekali dan menerangkan dengan detail penderitaan saat disembelih.

Ia mengatakan ketika babi disembelih, penderitaannya tidak lantas berhenti sampai di situ, ia masih memiliki kepekaan pada tubuhnya. Setelah daging babi dibeli di pasar dan dibawa pulang, semakin lama pengolahannya dengan dicacah atau direbus, maka penderitaan itu masih eksis.

Terutama tatkala dijadikan ham, pasti dibumbui dengan garam, juga butuh proses pengeringan di ruang terbuka, penderitaan yang dialami tersebut tak akan pernah bisa dibayangkan. Yang lebih mengerikan, boleh dibilang penderitaan seekor babi tidak serta merta selesai saat mati disembelih, ia masih harus menunggu seluruh daging itu telah habis termakan baru tuntas!

Ia mengatakan tak tahu telah beberapa masa kehidupan menjadi babi, tak terhitung, setiap kali teringat penderitaan ketika menjadi babi, tak urung masih terasa gemetaran. Ia mengatakan mestinya raja neraka masih akan memvonisnya menjadi babi lagi pada kehidupan kali ini.

Ia terkejut mendengar itu dan lari tunggang langgang, tetapi mereka dengan cepat meraup segenggam bulu babi dan melemparkan ke arah punggungnya, maka pada kehidupan kali ini di punggungnya terdapat sebuah tanda berbulu babi, habis berkata ia melepas hemnya untuk membuktikan bahwa ia tidak bohong.

Sejak mendengar kisah pamannya, suami istri Dong memutuskan untuk menjadi vegetarian.

Filsuf David Hume mengatakan, dalam banyak hal binatang mirip dengan manusia, maka itu kita dengan sendirinya tak dapat mengatakan, hanya mengizinkan umat manusia saja yang memiliki roh dan tidak mengizinkan binatang juga memiliki apa yang disebut roh.

Pernyataan Hume selain sesuai dengan logika, juga sesuai prinsip tersebut bisa dianalogikan. Apabila umat manusia bisa bereinkarnasi, tentu hewan juga bisa. Jadi manusia dan hewan sama-sama bisa bereinkarnasi, maka antara hewan dan manusia bisa saja sa-ling bereinkarnasi, juga suatu hal yang sangat logis!

Meski hingga kini, kita hanya setengah mempercayai reinkarnasi, tetapi bagi orang yang masih menganggap reinkarnasi tak layak untuk dipercaya, barangkali kami juga bisa seperti Dr. Stevenson (ilmuwan AS yang meneliti masalah reinkarnasi), dengan toleransi tinggi namun nada teguh ia akan balik menanyai Anda: “Bukti yang bagaimana, baru bisa membuat Anda mempercayai eksistensi reinkarnasi?”


Artikel Lainnya



0 komentar to “Kisah Penjagal Yang Bereinkarnasi Menjadi Babi”

Bebas Berkomentar..