Jangan Kencing Sembarangan Di Pantai Bali
                                                                                 DENPASAR -  Pantai-pantai di pulau  Bali diyakini dijaga seorang dewa yang  dipersonifikasikan sosok  laki-laki tinggi besar yang sewaktu waktu bisa  murka jika manusia tidak  menghormati ataupun menjaga perbuatan dan tutur  katanya.
Sebagai  contoh, jika seseorang buang air kecil di sembarang tempat di  sekitar  pantai, maka bisa berakibat celaka bagi dirinya. Untuk itu,  mereka  perlu mengetahui tempat tempat mana yang disakralkan dan tidak  boleh  sembarangan berperilaku di sekitarnya.
Berdasar keyakinan umat  Hindu di Pulau Dewata, semua yang ada di bumi  sebagai ciptaan Tuhan  haruslah diperlakukan secara baik dan seimbang.  Dalam filosofi Hindu  dikenal Tri Hita Karana yakni menjaga keseimbangan  hubungan antara  manusia dengan manusia, alam dan sang pencipta.
"Kami di Bali  meyakini konsep Tri Hita sehingga alam tetap terjaga  dengan baik, kata  tokoh spiritual Hindu, I Gusti Ngurah Harta, dalam  sebuah perbincangan  dengan okezone di Denpasar, Jumat (11/06/2010).
Konon, Bali  yang dikelilingi lautan tersebut, dijaga oleh Dewa berjenis  kelamin  laki-laki yang dikenal dengan nama Ratu Gede Dalem Ped. "Dewa  laki laki  inilah  yang menjaga semua pantai di Bali," terang dia sembari   menyebutkan jika penjaga Gunung atau pegunungan oleh seorang dewa   perempuan.
Dewa yang digambarkan bertubuh tinggi besar itu juga  memiliki caling  atau taring sehingga semakin menambah kesan seram dan  menakutkan.
Adapun istana atau tempat bersemayam Dalem Ped, sang  penjaga laut Bali,  diyakini berada di sekitar Nusa Penida, Kabupaten  Klungkung. Di  sepanjang pantai terdapat tempat-tempat sakral dan sangat  dihormati oleh  warga desa adat setempat. Tak heran jika setiap enam  bulan sekali  sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap tempat  sakral itu,  digelarlah serangkaian upacara "piodalan".
"Semua  kegiatan upacara keagamaan muaranya pasti ke laut. Laut dijadikan   "caru" atau tumbal untuk tempat pembuangan segala bentuk keburukan atau   kejahatan manusia," kata Tu Rah. Jika ada kesalahan atau tindakan   manusia yang dianggap kotor atau "leteh" di pantai, maka harus segera   digelar upacara caru untuk membersihkan kesalahan dan dosa.
Dikatakan  Tu Rah, banyak peristiwa peristiwa irasional atau aneh berbau  mistis  kerap terjadi di sepanjang pantai, ketika ada orang yang  melakukan  tindakan tercela. "Biasanya orang yang sembarangan berbuat di  pantai  apalagi di sekitar tempat sakral bakal menemuai celaka," urainya.

