Suara Hati Seorang Ibu
Selasa
Suara Hati Seorang Ibu
Sejak  dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat  memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan  psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas  aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak  mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan  kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu  meneteskan air mata kegembiraan kami.
 
Berikutnya,  aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi  kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin  melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan  sesuatu.
Masa  remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun  berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.  Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu,  namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring  perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku  telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui  telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah  ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk  melihat anakku.
Ibu  sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering  melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku.  Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,
Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]
Pandanglah  masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang  tua.
KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat  Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan  kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia  bercerita.
Aku  mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk  masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang  aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku  mengadu.
“Wahai  Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia  menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci.  Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”.  Rasulullah bersabda : “Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku  keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan  mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan  berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air.  Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup  wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu  Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan  Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis  gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah  mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan  menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]
Ibnu  Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya  : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau  menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat  persalinan)”.
Zainal  Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang  keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling  berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua  dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku  mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.
Sebelumnya,  kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang  yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah  ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya  telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan  berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus  kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.
Dalam  shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari  Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais  bin Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya,  “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau  dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar  bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai  bercerita, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda.
“Akan  datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang  berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan  sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu  yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah,  niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika  bertemu”.
(Umar  berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia  memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”.  Ia menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis  (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih  suka bersama orang yang tidak dikenal”.
Kisah  lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah  memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak  sebagai tanda penyesalannya.
KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan  ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret  ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini  dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya  sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak  berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”.  Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai  sedekh dariku!”.
Kisah  pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari  istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan  yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku  menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk  ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun  menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu  tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku  ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”
Sebagai  penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan  jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga  Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak  menuju lembah kehinaan, neraka.
Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya  : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya,  “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang  mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia  (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]
[Diadaptasi  dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam  Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]
[Disalin  dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit  Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton  Gondangrejo – Solo 57183]
Source: almanhaj.or.id


1 to “Suara Hati Seorang Ibu”>
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat saya mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan ke jakarta untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk Drs Tauhid SH Msi No Hp 0853-1144-2258. siapa tau beliau masih bisa membantu anda, Wassalamu Alaikum Wr Wr ..