Falun Gong

Kamis



Falun Gong

Catatan Editor: Manusia menyibukkan diri dengan kehidupan dan idealismenya, sangat jarang yang memperhatikan seorang asing di jalanan, namun di berbagai tempat di dunia ini terdapat sekelompok orang yang demikian hening, yang selalu bisa menarik perhatian orang asing, dan kemudian menarik rasa hormat. Mereka adalah para praktisi Falun Gong yang tetap teguh berunjuk rasa di depan berbagai kantor kedutaan maupun konjen PKC di seluruh dunia.

(PHILLE GAL)

Pada 19 Oktober lalu, Pengadilan Banding Provinsi British Columbia, Kanada, berdasarkan pengaduan warga dan UU yang berlaku memutuskan bahwa, mantan walikota Vancouver, Sam Sullivan, dinyatakan bersalah telah memanfaatkan peraturan tambahan kota untuk melarang para praktisi Falun Gong mengadakan aksi damai anti penindasan di depan Gedung Konjen PKC dengan mengusung spanduk yang bertuliskan “Tidak Sesuai Dengan UU Kanada”, dan sebagai pertanggung jawaban kota tersebut dalam waktu setengah tahun harus mengubah peraturan tersebut dan menghormati UU dengan memberikan kebebasan berpendapat bagi para praktisi Falun Gong.

Ternyata sejak Agustus 2001, sebagai protes terhadap penindasan PKC terhadap Falun Gong, sebagian praktisi Falun Gong di Vancouver telah melakukan meditasi selama 24 jam non-stop secara bergiliran di depan Konjen PKC.

Agar membuat masyarakat lebih mengenal fakta penindasan oleh PKC terhadap Falun Gong yang diblokir secara ketat oleh PKC, mereka pun membentangkan papan informasi, dan membuat sebuah gubuk kayu berwarna biru, sehingga para praktisi Falun Gong yang siang malam ikut serta dalam aksi unjuk rasa tersebut memiliki tempat untuk berteduh jika terjadi hujan ataupun turun salju.

Selama 5 tahun berikutnya, pemandangan gubuk kayu biru dan papan informasi yang berjejer itu oleh media massa setempat disebut “pemandangan HAM tersendiri yang unik di depan kantor Konjen PKC”, dan “aksi damai Falun Gong memang pantas disebut sebagai teladan dalam perlawanan tanpa kekerasan”

Namun aksi unjuk rasa yang tidak bersuara ini telah mengusik “7 inci” pemerintahan tirani PKC. Untuk mencegah praktisi Falun Gong melakukan aksi unjuk rasa, Konjen PKC terus menerus memberikan tekanan kepada Pemkot Vancouver. Pada 8 Juni 2006, Sullivan yang belum lama menjabat sebagai walikota Vancouver mendadak mengumumkan bahwa papan informasi dan gubuk kayu biru tersebut tidak boleh dipajang tanpa persetujuan tertulis dari Pemkot Vancouver, yang berarti telah melanggar peraturan kota, dan harus segera dibongkar dalam batas waktu yang telah ditentukan. Waktu itu Joe Arvay, pengacara yang mewakili kelompok Falun Gong memaparkan 25 aturan, yang menguraikan adanya hubungan erat antara penindasan PKC dengan keputusan Sullivan tersebut.

Menanggapi keputusan Pengadilan Banding Provinsi British Columbia, warga Vancouver sangat antusias. Seorang warga Barat mengatakan, “Walaupun saya tidak begitu mengenal Falun Gong, tapi saya merasa ikut senang karenanya. Kali ini bukan hanya Falun Gong menang, juga merupakan kemenangan warga Kanada, jika bisa melihat gubuk biru itu lagi, akan sangat mengharukan.”


Sepucuk surat dan sebuah buku

Keharuan seperti ini juga terjadi di Inggris. Di tengah Kota London di depan sebuah gedung di Jalan Portland nomor 66, persis di seberang kantor Kedubes PKC di London, merupakan lokasi unjuk rasa 24 jam para praktisi Falun Gong. Sejak 3 Juni 2002, setiap hari di sana paling tidak ada 1 orang yang akan berlatih gerakan Falun Gong.

Mereka pernah menyatakan kepada media massa Inggris, “Selama penindasan terhadap Falun Gong tidak berhenti sehari saja, maka aksi kami ini tidak akan pernah berhenti.” Begitulah tidak peduli siang atau malam, meskipun turun hujan badai, angin kencang, atau matahari terik, selalu saja ada praktisi Falun Gong yang berdiri di pinggir jalan itu dan melakukan aksi damai, sikap mereka yang bersiteguh telah menggugah seluruh daratan Inggris, dan BBC yang telah berkali-kali memberitakannya.

Pada Agustus lalu, sepucuk surat diletakkan di depan papan informasi Falun Gong tersebut. “Nyonya yang terhormat, selama beberapa bulan terakhir ini, bagaimana pun keadaan cuaca di sini, setiap hari saya mengemudikan mobil melewati tempat ini dan saya melihat Anda bermeditasi di sini. Saya terharu dengan tindakan Anda yang mencerminkan kedamaian, kesederhanaan, dan ketenangan itu. Rasa haru ini membuat saya memikirkan kembali kehidupan saya sendiri, meskipun saya memiliki rumah, juga tabungan, namun saya tidak dapat melepaskan diri dari kekhawatiran dan penderitaan yang datang mendera setiap hari, dan rasa cemburu yang sering saya rasakan. Saya sangat berterima kasih pada kalian semua, karena keberadaan kalian telah memotivasi saya, membuat saya mengintrospeksi diri, dan oleh karenanya saya juga mendapatkan kedamaian jiwa.”

Surat dari Geoff Peters ini adalah ungkapan suara hati dari banyak orang. Phille Gal, seorang fotografer Prancis yang menetap di London. Sepanjang hari dari 6-7 Maret tahun ini, ia telah mengikuti terus menerus aktivitas 6 orang praktisi Falun Gong yang bergiliran berlatih gerakan Falun Gong selama 24 jam tanpa henti.

Ia mengambil satu foto setiap jamnya, lalu memasukkan 24 lembar foto ini ke dalam sebuah album foto yang berjudul “87660”, yang melambangkan upaya menentang penindasan oleh Falun Gong tanpa mengenal lelah. Baru-baru ini ia memberikan album yang dicetak dengan indah ini kepada praktisi Falun Gong.

Di dalam suratnya ia mengatakan, “Suatu aksi unjuk rasa di Jalan Portland Kota London telah membuat saya mengenal Falun Gong. Sejak saya pindah ke London hingga hari ini, saya terus memperhatikan kegiatan unjuk rasa di situ. Sikap mereka yang pantang menyerah dan tekad yang kuat tanpa mengenal cuaca telah memberikan ingatan yang kuat dalam benak saya.”

“Kisah Falun Gong telah memotivasi saya untuk membubuhkan tanda tangan pada petisi anti penindasan terhadap Falun Gong yang ada di situs internet. Kesabaran, ketekunan, dan kehormatan yang telah kalian tampilkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini telah menjadi dorongan bagi saya, saya ingin membantu kalian untuk menyebar luaskan aksi damai kalian ini, dan akan memberikan foto dan dokumentasi sehubungan dengan proses kelompok Falun Gong yang menentang penindasan.”

“Sebagai penutup saya ingin menekankan, rencana saya ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pemerintahan dari negara mana pun, satu-satunya faktor pendorong saya adalah merampungkan dokumentasi foto bagi sekelompok pengunjuk rasa yang melakukan aksinya dengan gigih dan damai. Saya tidak menginginkan imbalan berupa uang atau wujud apa pun, seluruh biaya yang dibutuhkan (foto dan cetak) akan menjadi tanggung jawab saya sendiri.” (The Epoch Times/lie)



(Epochtimes.co.id)

Artikel Lainnya



0 komentar to “Falun Gong”

Bebas Berkomentar..